Sabtu malam ini ulang tahun Nail. El dan April datang bersama. Sepanjang jalan menuju rumah Nail, perasaan April tak karuan antara senang, cemas, takut, rindu, dan juga gugup bercampur jadi satu.
Ini pertama kalinya dia akan bertemu dengan Nail setelah gadis itu jatuh sakit dan mengurung diri di kamar. Jika tak ada El yang menyadarkan tentang perasaanya, mungkin April masih diam mengurung diri di kamar. Malam ini April sangat cantik memakai gaun hitam selutut dengan rambut dibiarkan digerai.
Sesampainya di rumah Nail, mereka disambut ramah oleh tuan rumah.
"Thanks sob, lo udah dateng." Nail merangkul pundak El.
"Tambah tua ya, Nail."
"Sialan lo!" Nail meninju pundak El yang sedang terbahak.
"Gue ucapin semoga lo cepet nikah." El menggoda Nail. Sengaja pandangannya dia tolehkan pada April.
Nail yang mengikuti pandangan El, kini matanya bertatapan dengan gadis itu.
"Gue cari minum dulu." Melihat situasi itu, El pergi meninggalkan Nail dan April yang masih bersitatap.
"Happy birth day. I hope everything that you want will be come true and wish you all the best." April menyalami Nail, yang sekarang salah tingkah.
Saat kedua tangan mereka bersentuhan, April merasakan sesuatu yang mengalir ke tubuhnya. Getaran itu membuat dia merasa senang sekaligus gugup berpegangan tangan dengan Nail. Keduanya tampak enggan melepaskan genggaman tangan itu sampai akhirnya suara MC menyadarkan mereka. Nail diminta maju ke tengah ruangan untuk memulai acara. April mengikuti Nail dan mencari El yang sudah berdiri tak jauh dari tempat Nail berdiri.
"Lo dari mana?" bisik April karena MC sudah memulai acaranya.
El hanya mengangkat gelas sebagai jawaban kalau dia tadi mencari minum.
Setelah berdoa dan sambutan dari Nail beserta kedua orangtuanya, kini acara tiup liun segera dimulai. April berharap Nail memberikan potongan kue setelah kepada orangtuanya, diberikan pada dirinya. April menantikan itu dengan harap-harap cemas.
"Potongan kedua mau dikasih ke siapa Nail?" tanya MC.
"Yang jelas potongan kedua ini gue akan kasih ke cewek yang spesial," jawab Nail dengan senyumnya yang membuat perempuan mana pun akan meleleh melihat itu.
"Kalo boleh tau sespesial apa sih Nail nih cewek?"
"Dia yang udah bikin hidup gue sadar kalo cinta itu harus diperjuangkan."
"Wiiih... dalem nih kayaknya," balas sang MC yang membuat semua orang yang ada di ruangan semakin penasaran siapakah perempuan yang dimaksud Nail itu.
April semakin gugup dan jantungnya berdebar kencang. Dia meremas jari dan menggigit bibirnya. Apakah dirinya perempuan itu?
"Kue ini buat Marsha," ucap Nail sambil berjalan ke arah Marsha dan memberikan kue itu padanya.
April terbelalak tak percaya kalau bukan dirinya yang dipilih Nail. Hatinya kini terasa sakit, dadanya panas, jantungnya semakin berdetak tak beraturan, napasnya seperti tercekat, dan air matanya turun tanpa dia minta. Hatinya semakin perih saat dia melihat Nail menyuapkan kue itu pada Marsha, yang menghadiahi ciuman di pipi lelaki itu. April sudah tidak tahan melihat itu semua, dia balikkan badan dan berlari keluar ruangan.
"Pril!!!" teriak El sambil mengejar April.
Nail dan Marsha menoleh ke sumber suara, mereka melihat El berlari mengejar April.
"Kamu mau ke mana?" Marsha mencekal tangan Nail saat lelaki itu akan menyusul El untuk mengejar April.
"Lepas Sha. Gue harus ngejar April."
"Buat apa? Buat bikin hati lo tambah sakit lagi?"
Tanpa membalas perkataan Marsha, Nail berlari keluar rumahnya.
"Pril...!" teriak El. Dia mencari April sampai ke luar pekerangan rumah Nail, tapi tak menemukannya. El mengacak rambutnya frustasi berjalan kembali ke tempat di mana mobilnya terparkir.
"April mana El?" Nail menepuk pundak El yang sedang membuka pintu mobil.
El membalikkan badan dan langsung menghantamkan pukulan ke pipi Nail yang langsung terdorong beberapa langkah ke belakang. "Brengsek lo!"
"Ssshhh...," Nail meringis kesakitan. Dia usap sudut bibirnya yang berdarah.
"Kalo tau lo bakalan nyakitin April, nggak akan gue berikan dia sama Lo!" El kembali melayangkan pukulan. Kali ini perut Nail yang menjadi sasaran. Lelaki itu terjatuh sambil memegangi perutnya yang terasa sakit, tapi dia tidak berniat untuk melawannya karena dia tahu, dia bersalah. "Gue pikir lo sama Marsha hanya pura-pura, tapi apa? Dia mutusin gue?!"
"Sori El," sesal Nail. "Gue gak maksud nyakitin lo."
"Dan sekarang lo nyakitin April yang udah jatuh cinta sama lo! Brengsek!" lagi. El memukul pipi Nail sebelum dia masuk ke dalam mobilnya dan berlalu dari rumah itu, mencari April yang menghilang.
"Nail...," lirih April yang ternyata sedang bersembunyi dibalik pohon. Saat dia akan melangkah untuk menolong Nail, dia melihat Marsha berlari ke arahnya dan langsung memeluk lelaki itu. Hati April semakin perih melihat itu semua. Dia putar kembali badannya dan menangis di balik pohon.
"Tolong bilang ke mbok Jum untuk mengantarkan baju ganti ke hotel, siapkan juga pasport dan tiket untuk aku pulang ke Paris, dan tolong jemput aku sekarang di rumah Nail. Nanti alamatnya aku WA. Dan satu hal lagi, tolong rahasiakan kepulangan aku pada siapa pun termasuk El." April mematikan sambungan teleponnya pada sang sopir.
Tubuh April melorot ke tanah. Tak dia pedulikan gaun baru rancangan disainer ternama kotor karena dia jatuh terduduk di tanah.
Sebulan sudah berlalu, tapi baik Nail maupun El tak tahu dimana keberadaan April. Gadis itu menghilang seperti di telan bumi. Sudah dicari ke semua tempat, tapi gadis itu tak ada. Semua informasi tentangnya seperti sengaja ditutup rapat-rapat oleh semua pelayan dan juga keluarga April.
--- ALDP ---
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara London Dan Paris
FanfictionHanya karena sudah ditolong oleh April, Nail diminta untuk berpura-pura menjadi pacarnya untuk menghancurkan jalin kasih antara mantan April dengan pacar barunya. --- ALDP --- Akankah Nail mengabulkan permintaan April, cewek yang baru dikenalnya? Da...