Chapter 3

127 10 0
                                    

Sepanjang perjalanan menuju rumah April, gadis itu tak berhenti bicara. Ada saja topik pembicaraannya. Mulai dari kebakaran hutan, kasus korupsi, artis sampai drama Korea dibahasnya juga. Nail sampai pusing dibuatnya. Perasaan mamanya tak secerewet ini.

"Eh... Ember Bocor, lo gak capek apa ngoceh terus dari tadi?!"

"Lo ngomong ke gue?"

"Iya sama lo masa sama hantu?" tatapan Nail lurus ke depan. Dia konsentrasi menyetir, tak dihiraukannya April yang sedang menatapnya sebal.

"Lo bilang apa tadi ke gue?"

"Apa?" Nail tak mengerti dengan apa yang dibicarakan April.

"Lo bilang gue ember bocor?!"

Nail menatap April. "That's right." Lalu beralih lagi melihat jalanan di depannya.

"Berhentiii...!" teriak April yang memekakan telinga Nail dan membuatnya mengerem mobil mendadak.

"Awww...!" April meringis kesakitan, kepalanya membentur dash board. Dia lupa tadi tidak memakai sabuk pengaman.

"Lo gak apa-apa Pril?" Nail terlihat khawatir melihat April yang kesakitan, untung saja keningnya tidak berdarah hanya memar sedikit.

"Lo bisa gak sih bawa mobil?!" April bukannya menjawab malah marah-marah.

"Sori Pril, tadi gue kaget sama teriakan lo," sesal Nail yang tidak terpancing emosi dengan kemarahan April. Dia lebih mengkhawatirkan pada memar di kening gadis itu.

"Lihat nih jidat gue!" April menunjuk keningnya.

"Sori." Nail mengambil kotak P3k di laci dash board.

"Sori, sori, jidat gue sakit!" gerutu April sepanjang Nail mengobati lukanya. Sementara Nail merasakan jantungnya kembali berdegup kencang.

"Aha...!" April terlihat senang seiring dengan Nail yang sudah selesai mengobati lukanya.

Nail merasa aneh melihat perubahan wajah April yang kembali ceria. Cewek ini benaran gila gak sih?

"Gue punya ide. Thanks ya, gara-gara kepentok mobil lo, gue punya rencana buat gagalin kencan El malam ini."

Nail mengernyitkan alis.

"Makasih ya." April memeluk Nail, yang terkejut mendapat perlakuan seperti itu, dan membuat tubuhnya terdorong ke belakang.

Deg. Deg. Deg... jantung Nail lagi-lagi maraton.

April tersenyum sepanjang perjalanan menuju rumahnya. Dia bahagia karena telah menemukan ide untuk menggagalkan kencan El. Nail tidak heran melihat tingkah laku April yang seperti orang gila itu.

"Serius ini jalan ke rumah lo?" tanya Nail saat sudah memasuki kawasan perumahan elit, yang di kiri kanannya berderet rumah besar nan megah dengan pagar yang menjulang tinggi.

"Kenapa lo kaget kalo gue tinggal di sini?"

"Gak pantes aja lo tinggal di sini, secara lo...." Nail menatap April dari ujung rambut sampai kaki lalu berakhir menatap gadis itu.

"Apa?!"

"Gila. Pantesnya lo tuh tinggal di RSJ Cisarua, hahaha...," Nail terbahak.

"Awww...!" Nail berhenti tertawa, dia berteriak karena April menggigit bahunya.

Antara London Dan ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang