Fourteen.

3.2K 321 30
                                    

Jungkook berlari dengan cepat menuju ruang operasi, menghalau beberapa perawat yang sedang sibuk dan tak sengaja tersenggol olehnya.

Ia tak peduli dengan tatapan aneh orang-orang yang menatapnya. Saat ini hanya Ahra yang ada dipikirannya.

Ia hanya ingin Ahra selamat, itu saja.

Ruang operasi masih sibuk dengan para perawat yang lalu lalang, dan beberapa percikan darah di sarung tangan mereka.

Jungkook bergidik ngeri dibuatnya. Ia tak berniat untuk menanyakan keadaan Ahra. Melihat para perawat saja membuat pikiran buruknya merajalela.

Dan kedua matanya terpejam secara tidak sengaja.

---

"Jungkook-ah."

Ahra?

Air mata berhasil menetes dari kedua mataku, tepat mengenai pipiku.

Aku tak bergerak, hanya menatap Ahra yang tersenyum padaku.

Aku tersenyum.

Dan aku bergerak untuk memeluknya.

Ia balas memelukku, "Annyeong Jungkook-ah."

"Kau mau pergi kemana?" Tanyaku yang masih dalam pelukannya.

"Kita akan berpisah Jungkook, kita sudah tak bisa bersatu." Jawabnya.

Aku melepas pelukanku. Menatap kedua matanya yang berkaca-kaca.

"Apa maksudmu?"

Ia menggeleng kuat lalu mengeluarkan kedua air matanya.

"Ahra-ya, kumohon. Jangan tinggalkan aku."

"Tidak bisa Jungkook, Tuhan tidak mentakdirkan kita untuk bersama."

"Jangan lupakan aku, tetaplah hidup dengan bahagia, nde? Aku menyayangimu, Jungkook. Aku mencintaimu.."

Dan dapat kulihat Ahra bergerak menjauh.

---

"Persetan!" Bisikan kecil Jungkook terdengar di lorong rumah sakit yang sudah sepi ini.

Disana, hanya terduduk seorang namja yang baru saja terbangun dari tidurnya.

Dari mimpi buruknya.

Ia mengacak rambutnya kasar, lalu menopang wajahnya dengan kedua tangan miliknya.

Terdengar racauan kasar dari bibir Jungkook, dan air mata berhasil menetes.

Tanpa banyak bicara, ia bangkit dari duduknya dan pergi menuju ruang operasi dimana Ahra, Seokjin dan keluarga mereka berada.

Ia menatap dari balik jendela, Ahra tertidur dengan damai diatas ranjang rumah sakit yang dingin.

Ia mengepalkan tangannya.

Seorang dokter hendak masuk ke ruangan, saat Jungkook menahannya.

"Maaf dokter, apa mereka sudah baik-baik saja?"

Dokter dengan nametag bertuliskan Lee Jae Yun itu menjawab, "Sebagian besar dari mereka sudah baik. Bersyukurlah."

Jungkook membuang nafasnya lega.

"Syukurlah, jika ada apa-apa dengan mereka. Dokter dapat menghubungiku," Jungkook mengambil kartu namanya dari dalam dompet. "Ini."

"Ah, geurae. Saya akan memeriksa mereka. Sampai jumpa-" Dokter Lee melihat kartu nama itu selama beberapa detik "Jungkook."

I love you, Jeon Jungkook. [Jungkook-BTS-Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang