CHAPTER 13

166 11 0
                                    

Recommended songs :

Slipping Away - Greyson Chance

Crazier - Taylor Swift

Stolen Moments - The Vamps





* * *

















Kami menghabiskan satu bucket eskrim dan setoples biskuit coklat dalam setengah jam. Kami bersenda gurau tentang apa saja. Kemudian Bradley kembali memainkan gitar dan menyanyikan lagu-lagu Justin Bieber untuk menggodaku. Tapi, ada sesuatu yang mengganjal dipikiranku, Harry tampak lebih pendiam dan tidak sering mengajakku bicara. Kalaupun aku yang memulai obrolan dengannya, ia tidak mau menatapku.

'Ada apa dengannya? Apa dia merasa tidak enak padaku karena baru hari ini ia mengunjungiku? Tapi... itu tidak mungkin. Disini hanya aku yang terlalu terbawa perasaan. Tidak mungkin Harry berpikir sama seperti apa yang kupikirkan.' Batinku berceloteh panjang lebar.

"Jadi, kemarin kau sendirian?" Tanya Harry tiba-tiba, kali ini ia menatapku. Aku mengamatinya saksama, menyadari bahwa matanya tak sebening biasanya, rona wajahnya tak secerah biasanya, bahkan rambutnya tak berkilau seperti biasanya.

"Ben yang menemaninya." Celetuk Bradley ditengah-tengah permainan gitarnya.

"Oh... jadi ternyata benar. Hanya aku yang tidak kau hubungi." Ucap Harry datar. Otomatis aku menunduk dan menyeka rambutku kebelakang telinga.

'Bagaimana Harry bisa tahu hanya dia yang tidak aku hubungi? Dan... hei, sejak kapan Harry jadi sensitif seperti ini?' Batinku mengernyit keheranan.

"Kau selalu memainkan rambutmu seperti itu saat sedang gugup atau saat sedang menyembunyikan sesuatu." Suara Harry terdengar dingin.

Aku kembali menyeka rambutku dan tertegun akan fakta bahwa Harry menyadari salah satu kebiasanku.

"Wow! Kau sungguh pengamat yang baik, Harry." Kembali Bradley menyelutuk. Ia meletakkan gitar disisi kanan sofa dan menatapku penuh selidik. "G, apa yang membuatmu gugup dan apa yang sedang kau sembunyikan?"

"A-aku.. aku tidak-"

"No, no. Jangan berkata tidak." Sela Bradley. "Aku percaya semua teori Harry tentangmu karena itu tidak pernah salah. Jadi sekarang katakan, apa yang membuatmu gugup dan apa yang sedang kau sembunyikan?" Bradley bersedekap, terlihat serius seperti detektif yang ingin memotong lidah tawanannya jika ia berbohong.

"Aku.. hanya tidak mau mengganggu Harry. Aku sudah mengatakannya padamu tadi, Bee."

Harry melengos, "hanya itu? Apa kau tidak mau menceritakan sesuatu yang lain kepadaku? Kepada kami?"

Lagi-lagi aku tertegun, bahkan Bradley memberi tatapan heran kepada Harry. Mungkin, ia juga bingung sepertiku mendapati Harry yang berantakan dan menjadi super sensitif. Dan juga menjadi tuan-ingin-tahu-segalanya.

Aku mencerna kalimat tanya Harry dan ingin memenggal kepalaku sendiri ketika sadar tentang sesuatu yang lain yang Harry maksud.

"Aku dan Ben resmi berpacaran." Akhirnya aku mengatakannya. Aku menatap kedua lelaki berambut ikal dihadapanku dan mendapati Bradley melongo hingga mulutnya terbuka.

Harry bangkit berdiri dan meninggalkan apartemenku tanpa berkata apa-apa. Aku merasa dejavu. Bedanya kali ini tidak ada Nicole yang berinisiatif mengantar Harry dan menggandeng lengan lelaki itu.

HEART BEATSWhere stories live. Discover now