***
Kalvyn POV."Kalvynnnn! Bangun ish!" Ucap suara melengking seorang perempuan. Aku menutup kupingku.
"Apaan sih lo? Ganggu gue tidur aja! Udah sana keluar!" Ucapku lalu menutup kepalaku dengan selimut.
"Loh, kita kan udah janji hari ini jalan bertiga sama Keenan." Aku menghela nafas lalu bangun.
"Gue udah bangun kan. Mending lo keluar karna gue mau mandi dan ganti baju." Perempuan itu tersenyum lebar lalu keluar dari kamarku.
"Jangan pake lama!" Teriaknya dari luar.
"Iya bawel!" Aku pun melangkahkan kaki ku kekamar mandi.
Setelah mandi dan berganti baju, aku 'pun turun ke bawah untuk menemui kedua saudaraku. Ternyata mereka berdua telah siap untuk berangkat, itu terlihat dari penampilan mereka. Sevanya sekarang sedang menonton televisi dan Keenan sedang main game di ponselnya.
"Ayo katanya mau berangkat." Seperti sebuah kata-kata mujarap, mereka berdua berhenti dari aktivitasnya.
"Yaudah ayo, tapi izin sama Ayah Bunda dulu dong." Aku pun mengangguk lalu mengikuti langkah Sevanya kearah taman belakang.
"Bun, Yah. Sevanya, Kalvyn sama Keenan mau pergi dulu ya." Pamit Sevanya. Ayah yang sedang membaca koran lalu memberhentikan aktivitasnya ketika mendengar suara Sevanya.
"Kalian mau pergi kemana?" Tanya Ayah menaikkan satu alisnya.
"Ke Puncak! Nanti kayaknya kita bertiga pulangnya agak maleman deh yah," ucap Sevanya antusias.
"Yaudah hati-hati ya," ucap Ayah tersenyum. Kami bertiga pun salam terlebih dahulu kepada kedua orang tua kami.
"Pake mobil siapa nih?" Tanya Keenan saat kami telah tiba digarasi.
"Mobil siapa dong? Mobil lo kan kursinya cuma dua begitupun dengan mobil gue," ucap Sevanya bingung.
"Yaudah mobil gue aja. Lagian bego banget sih maunya beli mobil yang kursinya dua doang," ucapku sarkasme lalu mengambil kunci mobilku dan mengeluarkan mobilku.
Setelah mobilku telah berada di luar perkarangan rumah, mereka berdua langsung masuk ke dalam mobilku. Keenan duduk di depab bersamaku dan Sevanya duduk di belakang sendirian.
"Eh ajak Denissa, Atiffah, Caty, Adriano sama Azraff," celetuk Sevanya.
"Nah! Bener juga tuh! Biar makin rame kan makin seru," ucap Keenan tersenyum lebar.
"Yaudah, gih hubungin mereka buat siap-siap dan suruh ngumpul di rumag Tante Aya." Sevanya mengangguk lalu mulai mengetik sesuatu.
"Kak! Lo melupakan Austin sama Caralea! Mentang-mentang sepupu dari Ayah cuma mereka berdua doang lo pake lupa segala." Gerutu Keenan.
"Ohiya! Gue lupa bener kalo mereka lagi pulang liburan dari New York. Gue kira mereka belum pulang," ucap Sevanya cengengesan.
"Yaudah sekalian hubungin lah bilang ngumpulnya di rumah Tante Aya."
Setelah menempuh jarak yang cukup jauh, kami pun tiba di rumah Tante Aya. Tante Aya adalah sepupu dari Bunda. Kata Bunda, dulu Tante Aya sempet tinggal di Dubai karena ngikutin Om Rafa, tapi akhirnya mereka tinggal di Jakarta.
"Assalamualaikum!" Teriak kami bertiga saat pintu telah dibuka.
"Eh Non Seva, Den Kalvyn sama Den Keenan. Masuk Non, Den." Kamipun mengangguk lalu masuk di kediaman Ziyad ini.
"Azraff sama Atiffah nya ada Bi?" Tanya Keenan kepada Bi Surni aka pembantu Tante Aya.
"Non Atiffah nya ada, den. Tapi den Azraff tadi izin pergi bentar, katanya ada tanding basket." Aku mengangguk menanggapi ucapan Bi Surni.
"Ke kamar Non Atiffah aja Non, den. Nyonya sama tuan lagi ke luar kota."
"Yaudah makasih ya, Bi." Kamipun menuju kamar Atiffah.
"Tifa!!!!" Teriak Sevanya lalu memeluk Kak Tifa. Kak Tifa seumuran dengan Sevanya sedangkan Bang Azraff satu tahun di atas Kak Tifa dan Sevanya.
"Seva!!! Aish kok ngga ngehubungin gue dulu sih kalo mau kesini?" Gerutu Tifa. Aku dan Keenan berjalan ke arah tempat tidur Tifa lalu tidur-tiduran.
"Kita bertiga mau ngajak lo sama Bang Azraff buat pergi ke puncak gitu. Kan besok juga masih libur kitanya." Kak Tifa mengangguk mendengar ucapan Sevanya.
"Tapi Bang Azraff lagi main basket dan kayaknya belum pulang deh."
"Yaudah kita tunggu aja, lagian kita juga nungguin Caty, Adriano sama Denissa kok," ucapku santai.
"Austin sama Caralea juga kali," gerutu Keenan.
"Nah iya, mereka juga," ucapku menyengir.
"Mereka berdua udah pulang? Wah asik dong! Rame berarti ya!" ucap Kak Tifa antusias.
"Yaudah mending lo mandi kek Kak, siap-siap apa gitu," saran Keenan.
"Gue udah mandi kok!" Cibir Kak Tifa.
"Ganti baju gih, mereka udah mau otw." Kak Tifa mengangguk lalu mengambil baju di lemarinya dan menuju kamar mandi.
Setelah menunggu satu jam lebih, yang ditunggu pun datang.
"Weisss bro apa kabar?" ucapku berhigh five ria dengan Austin, Adriano dan Azraff.
"Like you see," ucap Austin dengan logat inggris kentalnya.
"Planning kita mau kemana nih?" Tanya Bang Azraff.
"Rencananya kita pengen ngajakin kalian ke puncak," ucap Keenan tersenyum lebar.
"Wah ide bagus tuh!" Celetuk Caty.
"Yaudah, udah siap semua kan? Mending kita langsung berangkat aja, keburu macet ntar," ajak Sevanya. Para sepupuku mengangguk lalu keluar dari kediaman Ziyad.
Aku satu mobil dengan Sevanya, Bang Azraff, Keenan serta Atiffah. Adriano satu mobil dengan Austin, Caty, Denissa serta Caralea. Kami hanya menggunakan 2 mobil.
Setelah sekian lama menempuh kira-kira 3 jam-an, kami pun sampai di Puncak.
"Kita bakalan nginep di villa siapa?" Tanya Kak Atiffah.
"Di villa keluarga gue, Fa," jawab Sevanya. Aku dan para saudaraku pun tiba di villa milik keluarga kami. Ayah sengaja membangun villa disini karena dia tau kalau aku berserta kedua saudaraku senang ke puncak.
Kami pun berhenti di depan villa keluargaku.
"Akhirnya sampai juga!" Ucap Keenan merentangkan tangannya sambil memejamkan matanya.
"Heh! Turunin barang woi!" Teriakku, Keenan menoleh ke arahku lalu tersenyum lebar.
"Iya, Mr. Frozen," ucapnya berjalan ke arahku.
"Gue bisa denger loh, Nan."
***
Setelah menurunkan barang-barang dan istirahat sebentar, sorenya aku bersama kedua sodaraku serta sepupuku pun berjalan menuju kebun teh.Sisa hari itu kami habiskan untuk hunting serta memetik daun teh.
***
Hai! Don't forget vote+comment ya!^^
KAMU SEDANG MEMBACA
The coldest boy & the bad girl
Teen Fiction"Hidupku berubah ketika harus menjadi guru privatenya. Bagaimana aku bisa tahan dengan seorang wanita agresif dan sangat berisik? Tetapi ternyata dia juga sangat misterius. Ah, aku jadi penasaran tentang dia yang sebenarnya." - Jeremy Sergioza Kalvy...