***
Kalvyn's POV.Sekarang sudah jam 3 sore, sesuai pembagiaan tugas oleh Keenan, akupun mencari kayu bakar bersama Shakila. Aku tekankan lagi BERSAMA Shakila.
Flashback on
"Vyn! Lo sama Shakila nanti nyari kayu bakar ke barat, gue sama Azzalea ke timur. Nanti kita ketemu di depan pintu masuk hutan."
"Lah gue kok sama Shakila doang sih?! Tadi kata lo kita ber-empat." Gerutuku tidak terima atas perlakuan Keenan, kembaranku.
"Vyn, lo tau kan Azzalea orangnya gimana? Dingin-dingin cool gitu cok! Gue itu lagi masang rencana buat ngabisin waktu sama dia."
"Kok lo jahat banget sih? Kenapa gue mesti sama si Virus itu?!"
"Virus?" Tanya Keenan bingung.
"Itu si Shakila! Gue males banget sama dia, dia itu cerewet, nyebelin, sok asik, sok deket, males ah."
"Lah, Vyn. Lo juga bilang gitu ke Sevanya, dia cerewet lah suka bikin kesel lah, sok manja lah. Tapi faktanya lo sayang dia melebihi lo sayang diri lo sendiri kan?" Aku terdiam mendengar ucapan Keenan.
Karna semua ucapannya tepat. Aku memang sangat sayang dengan Sevanya, aku hanya berpura-pura untuk tidak perduli dengannya. Tapi faktanya? Kalau ada orang yang menyakitinya, aku orang pertama yang menghabisinya sebelum Keenan melakukannya.
"Au ah lo!" Ucapku kesal.
"Lah ngambek die."
"Bodo."
Flashback off.
"Vyn! Kok lo bengong sih? Ini ada kayu bakarnya curut!" Aku tersadar dari lamunanku mendengar suara itu.
"Berisik," ucapku dingin lalu mengambil kayu yang ditunjuk Shakila tadi. Kami pun berjalan kembali mencari kayu bakar lainnya.
"Lo kenapa hobby banget melamun sih?"
"Kepo lu."
"Astaga Vyn, gue nanya dikit aja dibilang kepo terus."
"Yaudah gakusah nanya."
"Gak asik tau kalo jalan terus diem-dieman. Yaudah gue ngajak lo buat ngobrol."
"Diasikin aja."
"Gak lucu!"
"Siapa yang ngelawak?" Tanyaku sambil memutar bola mata.
"Au ah lo! Eh, Vyn! Keenan sama Azzalea kok gak bareng kita ya? Apa Azzalea gak mau kalo ada gue." Aku menoleh ke arahnya, dapat aku lihat wajah sendu dari Shakila.
"Gausah sok sedih."
"Ih! Gue bukannya sok sedih! Gue cuma gak terima aja kalo sahabat satu-satunya gue malah ninggalin gue," ucapnya menunduk. Aku menaikkan satu alisku, sahabat satu-satunya?
"Lo pasti punya temen lain kan?" Dia menggeleng.
"Banyak yang gak berani temenan sama gue, terus juga banyak yang bilang gue ini anaknya urak-urakan lah ini itulah," gerutunya. Akupun melihat penampilannya.
Rambut diikat poni tail, baju kaos oblong warna putih dan celana training. Benar-benar tomboy.
"Ya gayaan dikit kek," ucapku ketus.
"Astaga, Vyn! Gue punya alasan kali kenapa gue milih gaya gini."
"Hmmm?"
"Biar cowok-cowok ganjen gak berani gangguin gue! Gue gak mau gue lemah terus cowok-cowok seenaknya aja nganggep gue murahan, gue gak mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
The coldest boy & the bad girl
Roman pour Adolescents"Hidupku berubah ketika harus menjadi guru privatenya. Bagaimana aku bisa tahan dengan seorang wanita agresif dan sangat berisik? Tetapi ternyata dia juga sangat misterius. Ah, aku jadi penasaran tentang dia yang sebenarnya." - Jeremy Sergioza Kalvy...