***
Kalvyn's POV.Aku bangun lebih awal hari ini karena ingin menikmati cuaca pagi hari di Puncak. Aku pun memakai jaketku dan keluar dari villa milik keluargaku. Aku memilih untuk pergi ke danau di dekat villaku ini.
Aku melirik jam dipergelangan tanganku.
"Masih jam 5.15," gumamku pada dirku sendiri. Aku menikmati cuaca di sini dengan menutup mata dan merasakan hawa dingin."Kalvyn kan?" Ucap suara seorang wanita. Setahuku tadi Sevanya serta sepupu perempuanku masih tertidur pulas karena semalaman kami bercanda gurau. Kenapa sekarang ada suara seorang wanita disini? Apa itu hanya halusinasi aku saja?
"Lo beneran Jeremy Sergioza Kalvyn Darke kan?" Ucap suara itu lagi, apa itu adalah sebuah jelmaan? Dengan ragu aku pun membuka mata dan tampaklah seorang wanita rambut panjang sedang berdiri di depanku.
"Aaaaaaa!" Teriakku menutup mata.
"Hey! Gue bukan kuntilanak kali." Aku membuka mataku dan menerjapkan mataku berulang kali untuk memastikan apa benar di depanku ini bukan kuntilanak.
"Lo beneran Kalvyn kan?"
"Lo siapa?"
"Lo Kalvyn kan?"
"Lo siapa sih?"
"Lo Kalvyn bukan sih?"
"Ya Allah! Iya gue Kalvyn, lo siapa sih?" Dia tersenyum lebar mendengar ucapanku. Dasar aneh.
"Gue Shakila Florence Dixon," ucapnya mengulurkan tangannya seperti sedang memperkenalkan diri.
"Lo udah tau nama gue." Dia mendengus.
"Bener ya kata anak-anak sekolah kalo Kalvyn dingin banget," gumamnya pelan tetapi aku bisa mendengarnya.
"Gue denger," ucapku memutar bola mataku. Dia hanya cengengesan.
"Kayak pernah ketemu," ucapku memperhatikan wajahnya. Aku serius dengan ucapanku, aku seperti pernah ketemu dengan dia. Tetapi dimana ya?
"Ya jelas la, Vyn! Kita kan satu sekolahan!" Ucapnya seperti frustasi.
"Nope, kayak moment yang memalukan gitu," ucapku mencoba mengingat kembali.
"Moment memalukan?" Tanyanya sambil menaikkan satu alisnya.
"Ah ya! Lo cewek aneh yang gue temuin di mading sekolahan waktu hari pertama sekolah kan?" Ucapku terdengar datar dan sinis.
"Akhirnya seorang Jeremy Sergioza Kalvyn Darke bisa bicara panjang sama gue! Sumpah coba tadi gue rekam! Aish!"
"Apaan sih," ucapku lalu pergi dari hadapannya. Sungguh, dia sangatlah aneh.
"Vyn!! Tungguin!" Aku mendengar suara derap langkah kaki yang mendekat ke arahku, dan sekarang dia tepat berada di sebelahku.
"Lo tinggal di villa mana? Deket gak dari sini?" Aku hanya bergumam tidak jelas menjawab pertanyaannya.
"Ih jangan gumam doang! Jawab kek, gue kan butuh kepastian," ucapnya sambil memanyunkan bibirnya, kenapa dia terlihat imut, Eh?
"Lo kira kita pacaran?" Ucapku judes memutar bola mata.
"Cieeee, lo ngarepin kita pacaran ya?" Godanya.
"Apaan sih! Baru juga kenal udah sok asik. Sana-sana," usirku. Dia memanyunkan bibirnya kembali.
"Gue tuh cuma pengen tau lo nginep di villa mana itu doang," ucapnya dengan tampang melasnya itu. Aku menghela nafas panjang.
"Villa diatas yang nomer 18," ucapku dengan pasrah, dia menatap mataku dengan berbinar. Ada yang salah dengan omonganku?
"Villa kita deketan!" Aku memutar bola mataku.
"So? Gak perduli."
"Yaudah kalo gitu bye, Vyn! Sering-sering ketemu yak!" Lah kenapa jadi aku yang diusir? Ah karena kesal aku pun menuju ke villa kembali.
Jam telah menunjukkan angka 6 kurang tetapi keadaan villa masih saja sepi. Saat aku masuk ke dalam villa, ternyata sepupuku sudah ada yang bangun yaitu Caralea dan Denissa, mereka sedang di dapur mungkin ingin memasak sesuatu.
"Wey!" Ucapku mengangetkan mereka berdua.
"Astaga! Kalvyn!" Aku tertawa melihat tingkah lebay dari Kak Caralea.
"Lebay lo Kak!" Ucapku menggeleng-gelengkan kepala. Kak Caralea seumuran dengan Kak Azraff.
"Eh lu tuh ya jail banget!" Ucapnya menepuk bahuku.
"Abis serius banget sih," ucapku mengacak-acak rambutku.
"Masak apaan weh?" tanyaku pada Kak Caralea dan Denissa.
"Nasi goreng special ala Cassa," jawab Kak Caralea tersenyum lebar.
"Halah bilang aja dari Caralea sama Denissa, pake singkatan segala," cibirku.
"Yeeee sirik ae. Udah sana mandi kek apa kek terus turun baru deh makan." Aku mengangguk lalu menuju kamar yang aku tempati bersama Keenan.
"Bangun woy! Kebo amat sih," ucapku melemparkan bantal kearahnya.
"Hmmmmm," gumam Keenan tidak jelas.
"Ini udah jam 6 lewat 5 menit 12 detik, Nan. Bangun woy!" ucapku menendang kakinya.
"Iya ah, gue bangun!" Ucap Keenan lalu terduduk, aku tersenyum tipis lalu mengambil handuk dan menuju pintu.
"Awas lo tidur lagi!" Ancamku padanya.
"Gue gak janji."
"KEENAN!"
"Iya ... iya ... bawel amat lu."
**
Saat aku masuk kembali ke kamar, ternyata Keenan sudah tidak ada. Aku pun turun ke bawah dan ternyata para sodaraku sudah berada di ruang makan."Vyn ayo sini makan," ucap Caty, aku pun menghampiri mereka.
"Lo pagi tadi kemana?" Tanya Keenan saat aku sedang melahap makananku.
"Keluar bentar cari angin."
"Alah gayaan. Gue tau lo, Kalvyn." Aku menghela nafas panjang susah mempunyai kembaran peka seperti dia.
"Ke danau bentar."
"HAH? DISINI ADA DANAU JUGA?" Teriak Kak Tifa.
"Volume suara lo kak," ucapku menggosok-gosokkan telingaku.
"Hehehe maap-maap," ucap Kak Tifa cengengesan.
"Dimana emang?" Tanyanya lagi.
"Di belakang terus di bawah gitu, ntar kita kesana deh," jawab Sevanya.
"Udah-udah selesin dulu makannya," ucap Kak Azraff.
**
hai! Update lagiiiii! Sorry ya baru update soalnya aku baru selese ujian semesteran hehe,don't forget vote+comment^^

KAMU SEDANG MEMBACA
The coldest boy & the bad girl
Подростковая литература"Hidupku berubah ketika harus menjadi guru privatenya. Bagaimana aku bisa tahan dengan seorang wanita agresif dan sangat berisik? Tetapi ternyata dia juga sangat misterius. Ah, aku jadi penasaran tentang dia yang sebenarnya." - Jeremy Sergioza Kalvy...