Part 19

3.5K 221 52
                                    

***
Kalvyn's POV.

Aku mengikuti motor yang membawa Shakila pergi entah kemana. Lelaki yang memboncengnya melajukan motor dengan sangat kencang, yang membuat diriku harus ikutan melajukan motor dengan kencang.

Anehnya, ini bukan ke arah rumah elite yang Shakila datangi waktu itu. Terlebih ini berlawanan arah.

Taklama, motor yang membawa Shakila itu berhenti di rumah sakit. Salah satu rumah sakit terbesar di daerah Jakarta Timur.

Shakila turun tepat di depan rumah sakit, sedangkan lelaki itu pergi lagi entah ke luar dari wilayah rumah sakit. Aku memarkirkan motor dengan cepat lalu masuk ke dalam rumah sakit.

Sialnya aku kehilangan jejak Shakila. "Shit!" Umpatku kesal.

Aku pun berlari ke arah tempat rekam medis. "Permisi, Bu. Saya mau menanyakan tadi ada tidak cewek yang beseragam seperti saya datang ke sini?"

Perempuan yang sedikit lebih tua dariku itu memperhatikan diriku dari atas sampai ke bawah lalu dia menunjuk ke arah kanan. "Dia ke lantai 2, kamar nomor 214." Aku mengangguk mengerti lalu mengucapkan terima kasih dan berlari menuju lift.

Setelah sampai di lantai 2, aku pun mencari kamar dengan nomor 214. "210, 211, 212, 213, 214. Nah!" Aku pun mengintip ke arah pintu kamar bernomor 214 itu. "Untung transparan kacanya," ucapku pada diriku sendiri.

Aku melihat seorang lelaki di atas ranjang yang badannya dipenuhi oleh perban. Aku langsung berpikir dia pasti kecelakaan atau tidak diserang.

Banyak sekali orang-orang yang ada di ruangan itu, termasuk Shakila. 'Sepertinya dia teman geng balap Shakila'.

Karna takut ketahuan, aku pun menjauh dari pintu tersebut. Lebih baik melihat dari kejauhan dibandingkan aku harus ketahuan karna melakukan hal yang tidak benar, yaitu mengintip.

Ada banyak hal yang selalu aku hindari, contohnya kekerasan dalam apapun, berbohong, mengintip, menyontek, apalagi menguping.

Kadang aku merasa diriku sedikit munafik.

*
Setelah sekitar 30 menit menunggu. Aku melihat ganggang pintu itu bergerak. Lalu keluarlah seorang perempuan yang memakai seragam sama seperti diriku. Dia keluar bersama seorang pria.

Lalu dia ber high-five ria dengan lelaki itu dan berjalan menuju lift.

Aku pun bersembunyi kembali di balik tembok agar Shakila tidak melihat diriku. Untungnya aku berada di dekat tangga.

Setelah menunggu selama 10 menit, aku pun turun ke lantai bawah.

Saat aku pergi ke arah parkiran motor, seseorang telah menunggu di samping motorku. "Shakila ...?" Aku sangat terkejut melihat Shakila yang ada secara tiba-tiba.

"Udah gue duga. Lo ngikutin gue," ucapnya tersenyum sarkastik.

"Gue cuma mau memastikan," balasku dengan tenang. Aku melihat mata Shakila yang mendadak menatapku dengan tajam.

"Seolah-olah gue ini pembohong besar ya? Sampe lo ikutin kayak gini?" Ucapnya tertawa kecil.

Aku tersenyum sarkas mendengarnya. "Seolah-olah lo pembohong besar? Lo gak nyadar?" Tanyaku dengan sinis.

The coldest boy & the bad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang