***
Kalvyn's POV."Kalvyn, katanya sekolah kalian mau ngadain camping ya?" Tanya Bunda saat aku sedang bersantai di ruang keluarga.
"Iya, Bun. Kalvyn males sebenarnya Bun, pasti kayak SMP lagi, pokoknya gak bakalan seru pasti." Bunda tersenyum lalu meletakkan kepalaku di pahanya.
Beginilah aku jika hanya berdua dengan Bunda, aku memang manja jika hanya berdua dengan Bunda.
"Camping itu enak loh, kamu pasti bakalan dapet banyak pengalaman," ucap Bunda sambil mengusap-usap kepalaku.
"Bun, kenapa ya Kalvyn belum pernah ngerasa suka sama orang?" Satu fakta lagi, aku hanya bisa curhat dengan Bunda, Keenan, dan Dante. Kalau dengan Sevanya yang ada malah bikin naik darah.
"Ohya? Masa anak Bunda yang satu ini belum ngerasain jatuh cinta? Masa belum ada yang bikin kamu tertarik?"
"Beneran, Bun. Kalvyn suka heran sama Keenan yang dengan mudahnya bisa jatuh cinta, gonta ganti cewek." Bunda tersenyum lembut.
"Dia pasti punya alasan dibalik perbuatannya itu. Kamu tau sejak kapan Keenan jadi gitu?" Ucap Bunda tersenyum. Aku tampak berfikir sebentar.
"Kayaknya semenjak Ciera putusin Keenan deh, Bun. Semenjak itu Keenan seminggu penuh gak mau keluar kamar selain sekolah. Setelah itu dia malah berubah, setiap cewek yang suka sama dia, dia tembak semua."
"Ciera pacar pertama dia itu? Bunda rasa itu cara Keenan melupakan masalahnya, dia gak mau stuck di Ciera aja. Makanya dia gitu."
"Mungkin aja sih, Bun. Keenan juga kayak sengaja bikin Ciera cemburu, tapi yang lebih bagusnya sih kita gak satu sekolahan lagi sama Ciera."
"Kamu kalau nanti suka sama seseorang, jangan pernah sakiti dia, jangan pernah bikin dia nangis. Treat her like a princess, protect her like your daughter, love her like a wife, respect her like your respect to mommy." Aku terkesip dengan ucapan Bunda.
"Bunda lebih cocok jadi Psikolog, seriusan deh Bun." Bunda malah ketawa.
"Bunda memang dulu mau jadi Psikolog, banyak temen Bunda nyaranin buat jadi Psikolog tapi sayangnya Kakek kamu nyuruh Bunda nerusin perusahaannya."
"Itu berarti Kalvyn harus nerusin perusahaan Bunda sama Ayah juga dong?"
"Iya dong, Vyn."
"Tapi Kalvyn mau jadi dokter, Bun."
"Bunda ngebolehin kamu kok mau menentukan hidup kamu nanti gimana, tapi kamu tetep kebagian sebagai pemilik perusahaan. Walaupun kamu nanti jadi dokter, Dirgantara group, Darke Group, Carey Group punya kalian semua." Aku menghela nafas.
"Tapi masa keluarga kita jadi CEO semua sih, Bun. Bunda kan bisa ngasih ke siapa gitu untuk ngurusin perusahaan." Kini malah Bunda yang menghela nafas.
"Carey group kan cabangnya udah sampe NY, London, LA dll. Carey Group ada beberapa cabang yang bakal diurus sama Deon, Deandra sama Shaliza."
"Iya deh, Bun. Kalvyn sih nurut-nurut aja, nanti kalo Kalvyn ngebantah malah jadi anak durhaka terus Bunda bakalan nyumpahin kayak Malinkundang." Bunda malah tertawa.
"Bisa aja kamu, udah sana mandi. Kata Sevanya kamu mau nemenin dia pergi." Aku menepuk jidat.
"Ohiya! Yaudah Kalvyn ke atas ya, Bun. Bye Bunda," ucapku lalu mencium pipi Bunda.
Aku pun buru-buru mandi, bisa gawat jika Sevanya sudah siap sedangkan aku belum sama sekali.
Aku sudah siap untuk pergi, pagi ini aku akan menemani Sevanya belanja keperluan bulanan untuk di rumah. Saat ini giliran aku dan Sevanya, sedangkan Keenan paling dia sedang bermain Basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
The coldest boy & the bad girl
Teen Fiction"Hidupku berubah ketika harus menjadi guru privatenya. Bagaimana aku bisa tahan dengan seorang wanita agresif dan sangat berisik? Tetapi ternyata dia juga sangat misterius. Ah, aku jadi penasaran tentang dia yang sebenarnya." - Jeremy Sergioza Kalvy...