Part 16

7.2K 565 31
                                    

Kalvyn's POV.

Ini sudah hari ke-7 aku menjadi guru private bagi Shakila. Selama seminggu pula aku harus tahan banting menghadapinya.

Dari dia yang suka seenaknya mengganti jam kegiatan les, dari dia yang suka telat datang untuk memulai kegiatan les, sampai suka membatalkan janji secara mendadak.

Aku sudah cukup sabar menghadapi cewek menyebalkan sekaligus aneh seperti dia. Dia sudah cukup mengetes kesabaranku.

"Ah! Dasar cewek aneh!" Gumamku pelan.

"Siapa cewek aneh?" Aku tertegun ketika mendengar suara itu, tetapi dengan cepat aku merubah ekspresiku menjadi datar seperti biasanya, selalu seperti itu.

"Kepo," ucapku berbicara datar. Dia menaikkan satu alisnya.

"Kok gue ngerasa kalo lo ngomongin gue ya?" Tanyanya dengan memicingkan mata.

Aku menautkan kedua alisku, "Itu bukan urusan lo," ucapku lalu beranjak dari kursi taman.

Iya, selama memikirkan dia tadi aku duduk di kursi taman belakang sekolahan.

"KALVYN! BUKU LO KETINGGALAN!" Teriak Shakila. Aku berhenti melangkah lalu membalikkan badan dan menemuinya kembali.

Aku langsung mengambil buku kepunyaanku dari tangannya tanpa mengucapkan satu kata pun.

Saat aku hendak membalikkan badan kembali, aku malah mendengar suara pelan dari mulutnya, "Lo kenapa sih, Vyn? Lo marah karna gue ngebatalin janji gitu aja ya?" Aku menatap matanya dengan tatapan tajam.

Sudah tau iya, pake nanya lagi. Dasar virus.

Tetapi aku tidak membalas ucapannya dengan kalimat itu, aku hanya mengedikkan bahu sebagai jawaban.

"Vyn, I'm sorry. Gue beneran ngga ada niat buat mempermainkan lo kok. Gue bener-bener ada urusan penting. Gue bukan cewek yang rela melanggar janji demi urusan yang lebih ngga penting dari janji itu," ucapnya sambil menatap mataku lekat.

Aku mencari kebohongan di matanya, tetapi nihil, dia berbicara seperti itu dengan sangat jujur. Itu yang aku tangkap.

"Shak, gue juga ada kehidupan lain, gue juga ada urusan lain selain ngajarin lo Matematika. Tapi, gue selalu mencoba untuk profesional," ucapku sarkastik.

"Vyn, mungkin gue belum bisa ceritain ini semua ke lo. Jadi tolong, tolong ngertiin gue untuk kali ini aja," ucapnya dengan nada memohon.

Aku sedikit melunak melihat matanya yang berbinar itu. Tetapi aku tetap dengan pendirianku untuk tidak terkecoh dengan ucapannya.

"Kali ini aja? KALI INI AJA?! Are you kidding me?! Selama seminggu ini lo selalu gitu!" Ucapku kesal.

"Iya, emang selama seminggu ini gue selalu aja ngaret, ngebatalin janji, ngundurin waktu. But, I have a reason for all," ucapnya mencoba meyakinkanku.

"Reason? Alasan apa?" Tanyaku dengan nada menantang.

"Damn! I can't, I just can't tell you about my reason. Gue belum siap ceritain semuanya, Vyn."

"Apa? Bukannya lo orangnya sangat terbuka?" Ucapku dengan nada sarkastik.

"Ya, gue emang orangnya terbuka. Tapi bukan untuk kali ini, setiap orang pasti mempunyai rahasia kan?"

"Ya," jawabku malas.

"Nah kali ini alasan gue bener-bener rahasia. Gue belum kenal lo secara mendalam, Vyn. Gue belum yakin lo bisa jaga rahasia ini atau ngga," ucapnya pelan tapi pasti. Aku sedikit merasa sakit hati mendengar ucapannya itu.

The coldest boy & the bad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang