Pagi yang cerah, Sam terbangun dari tidur nyenyaknya. Kepalanya masih terasa sedikit pening. "Ugh... Dimana aku?" Saat membuka matanya, ia melihat kamar tidurnya. Dan Ethan yang tidur di sampingnya.
Seketika itu juga Sam menjerit. Ethan pun terbangun. "Sam?" "K-ka-kau?! Sedang apa disini?"
Ethan meregangkan tubuhnya dan duduk. "Mmm... Tidurlah. Sedang apa lagi?"
"Ti-tidur? Kenapa tidur di ranjangku? Mana kamarmu? Kenapa tidak tidur disana?"
"Kau tega menyuruhku tidur disana? Setelah apa yang kau lakukan semalam, badanku semua terasa hendak patah."
'Semalam? Apa yang kulakukan semalam? Semalam aku pergi ke pesta, minum wine, lalu pergi ke balkon, dan apa lagi ya?! Aku tidak ingat lagi?'
Lalu dengan panik Sam melihat pakaiannya. "Akh!!!! Piyama?! Mana gaunku?"
Ethan dengan kalem menunjuk gaun yang terletak di sofa. "Perhiasannya kuletakkan di mejamu." Matanya bersinar jahil.
"Bu-bukan itu, mak-maksud-ku, apa yang ka-kau laku-kan semalam?"
Ethan tersenyum nakal, "kau tidak ingat? Semalam sangat menyenangkan loh!! Yah, meski badanku semua terasa pegal, tapi aku tidak menyesal." Dan bertambah paniklah Sam.
Semalam, yang terjadi sebenarnya memang sangat menyenangkan. Ethan yang membawa Sam ke kamarnya meminta Emma mengganti gaun Sam dengan piyama. Ia sendiri yang melepaskan perhiasan Sam.
Saat hendak pergi, tiba-tiba Sam memanggil Ethan. "Sam, ada apa?" Ethan berkata dengan lembut. "Kau!!! Ethan McPherson!! Tidak boleh pergi. Nanti aku akan mimpi buruk. Mimpi dikejar mmm.... Dikejar... Mmm... Dikejar siapa ya?"
Ethan tersenyum lembut dan menepuk-nepuk bahu Sam, "sudahlah." "Tidak boleh!!!" Dan Sam memeluk erat lengan Ethan hingga Ethan terjatuh ke atas tempat tidur. "Tidak akan kulepaskan. Huahahaha."
Ethan berusaha menenangkan Sam, namun kemudian Sam berkata dengan sedih saat Ethan berhasil melepaskan diri, "jangan tinggalkan aku. Daddy sudah meninggalkan aku. Apa kau juga akan meninggalkan aku? Apa semua orang tidak menyukaiku? Aku jan-janji akan berusaha menjaga sikapku. Tidak ak- ehm, ti-dak akan na-kaaal lagi."
Ethan langsung terdiam mendengar perkataan Sam. Kemudian ia merebahkan diri di samping Sam, membisikan sesuatu, menenangkan Sam. "Jangan khawatir. Aku disini."
Demikianlah kisah semalam yang menyenangkan itu. Sam masih tidak tahu kejadian semalam. Ethan menolak menceritakannya. Tapi, ya setidaknya Sam tahu jika Emma lah yang menggantikan gaun Sam.
*****
Maureen sangat panas hatinya. Malam itu juga dia membatalkan penerbangannya ke Swiss. Ia harus tahu siapa Samantha Jones. Mengapa Ethan bisa bersikap sangat lembut pada gadis itu.
'Huh!! Siapa dia?! Gadis desa. Mana bisa dibandingkan dengan diriku. Tapi, mengapa Ethan ...Ugh!!!'
Tanya sana sini, Maureen berhasil mendapatkan beberapa info acak mengenai Samanta Jones. 'Gadis itu mendapatkan beasiswa sekolah di St. Patrick. Berarti dia pintar. Gadis itu tinggal di rumah Ethan sudah sekitar tiga empat bulan. Tidak ada yang tahu kemana Brian Jones pergi sebenarnya. Dan, yang ia tahu, Sam bekerja sebagai pelayan. Berarti hubungan murni professional. Tapi, benarkah begitu? Yang kulihat kemarin tidak demikian.'
Maureen saat itu sedang berada di kamarnya di tingkat dua. Kamar yang sangat sangat cantik, bergaya Georgina. Dindingnya dicat pink muda. Ranjangnya berkanopi dan berukuran king size, berada di tengah ruangan dimana terletak dua meja kecil di kanan kiri tempat tidur. Di atas meja itu terletak lampu tidur kecil dan jam beker.
Jendela yang menghadap ke arah taman bertirai gading dan berenda. Ada sebuah meja kaca bulat dengan dua tempat duduk cantik di sampingnya.
Maureen saat itu mengenakan baju baby dot kuning dengan celana ¾ berwarna putih. Ikat pinggangnya yang berwarna coklat muda terlihat serasi dan menggantung di pinggul. Rambut ikalnya ia ikat dua.
Maureen mengambil jurusan bahasa di Swiss, sebenarnya tidak perlu lagi repot-repot bersekolah. Cantik dan menarik. Ditambah lagi ia adalah model majalah Vogue. Semua iri pada kecantikan dan keanggunannya. Dan hingga saat ini, tidak ada yang berani atau berhasil merebut apa yang diinginkannya. Ia selalu berhasil mendapatkan apa pun. Hingga Ethan datang.
Pertama kali bertemu Ethan adalah pada saat pesta yang diadakan di rumah Ethan dalam rangka merayakan kerja sama Global Enterprises dengan E.A.J. Corporation. Ethan berada di pesta itu hanya dalam rangka formalitas. Mr. McPherson Sr. ingin memperkenalkan Ethan kepada dunia bisnis untuk menggantikannya kelak. Dan disanalah ia melihat Ethan.
Tampan, berwibawa, pintar, dan penuh ambisius. Ia melontarkan pertanyaan-pertanyaan kelas berat. Ia menjawab pertanyaan semua orang hingga mereka tak berkutik lagi. Sudah diramalkan sejak dulu jika kesuksesan Ethan akan melebihi ayahnya. Karena itulah Mr. McPherson Sr. pensiun lebih dini. Yang memang terbukti.
Hingga saat itu, tak pernah ada pria yang menolak Maureen. Tak ada, kecuali Ethan. Bukan menolak, Ethan sama sekali tidak menunjukkan minat pada lawan jenis. Ia lebih tertarik pada keadaan bisnis di dunia. Dan saat itu juga Maureen berniat untuk menjadikan Ethan sebagai kekasihnya suatu saat nanti.
Maureen duduk dengan kesal. Pintu terbuka pelan, dan Mariana Clay muncul di balik pintu. Ia datang menghampiri anak gadisnya.
"Kudengar kau membatalkan tiket pesawatmu? Kenapa, Sayang?" Mrs. Clay dengan lembut mengelus rambut anaknya.
"Mom, Mom tahu Ethan tinggal bersama seorang gadis?" "Gadis?" Mrs. Clay menggeleng pelan.
"Ethan tinggal bersama seorang gadis yang menjadi pelayannya, Mom. Dan, sepertinya hubungan mereka sudah lebih dari itu."
"Oh, kau kesal karena itu? Sejak kapan masalah pria menjadi masalah Maureen?" Mariana menaikkan alisnya dan tersenyum. "Jangan khawatirkan masalah itu. Yang harus lebih kau khawatirkan adalah sekolahmu. Gadis itu hanya pelayan, bukan. Dan kurasa Ethan takkan menyukainya."
"Mom rasa begitu?" "Aku tidak yakin, sih. Tapi satu hal yang aku yakin, Ethan tidak akan menyukai gadis bodoh."
Maureen menatap ibunya lekat-lekat. "Maksud Mom?" "Yah, kalau kau tidak sekolah, maka ..." "Mom! Uh-uh!! Mom ini. Jangan khawatir. Maureen akan terbang ke Swiss besok lusa."
"Baguslah." Mariana tersenyum dan menepuk-nepuk paha Maureen. Ia keluar dan menutup pintu, meninggalkan Maureen yang masih terduduk diam.
"Bagaimana?" Will Clay bertanya pada istrinya. "Tak apa. Dia hanya khawatir karena Ethan terlalu dekat dengan seorang gadis." Will saat itu sedang berada di ruang tamu. Setelah melihat istrinya datang, ia menanyakan hal mengenai Maureen.
"Gadis? Yang mana?" Will mengernyitkan alisnya. "Aku juga tidak melihatnya. Tapi menurut Maureen gadis yang menjadi pelayan di rumah Ethan."
"Pelayan?! Bah, hanya pelayan?! Apa yang perlu dikhawatirkan dari seorang pelayan?!" Will mencibir sinis. Ia meneguk gelas kopinya dan kembali meneruskan membaca korannya.
Mariana hanya menggeleng pelan melihat hal itu. Ia duduk di samping suaminya dan terdiam.
Pasangan Clay merupakan pasangan yang cukup dipandang. Usaha mereka berdua berjalan di bidang jasa, dan nama mereka menjadi lebih dikenal karena kerja samanya dengan E.A.J. Corporation.
Mr. Clay, William Clay berusia pertengahan 50 tahun. Tinggi dan gagah. Uban yang menghiasi rambutnya menambah ciri khasnya. Ia sangat angkuh dan sombong. Tak pernah memandang orang yang lebih miskin darinya.
Mrs. Clay lain lagi. Mariana Clay. Cantik, dan berkelas. Seperti Maureen. Berkebalikan dari suaminya, ia lebih pengertian dan lembut. Ia selalu menasihati suaminya untuk lebih rendah hati. Nasihat yang tak pernah didengar, tentu saja.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Debt Over Loves (COMPLETED)
Любовные романы"Hah?! Yang bener aja!!!!" Kiara Percy menjerit. "Ssstt.... Kau mau membunuhku? Dengan suara sekeras itu, semua orang bakalan tahu kalau aku bekerja." Samantha Jones mendesis keras. Kiara melihat ke sekelilingnya, semua orang hanya memandang sekilas...