Dua tahun kemudian.
Sore itu merupakan hari yang cerah. Sam sedang bekerja sebagai waitress di sebuah restaurant cepat saji, 'Wat'z'.
"Table no. 12 meminta pai apel dan soda dingin, Pete." Teriak Sam sambil mengantarkan pesanan makanan. Di dapur, seorang pria, Pieter Watkinson sedang memasak. Pieter atau Pete adalah seorang pria 25 tahun, dengan bentuk tubuh tegap. Ia memiliki mata biru kelam, hingga terkadang seperti hitam. Rambutnya pirang dan bergelombang. Dikarenakan hobbinya surfing, maka jelas kulit warnanya menjadi coklat gosong. Setelah lulus dari kuliahnya yang jurusan bisnis, Pete segera membangun restaurant cepat saji dekat pantai.
Ketika pertama kali datang ke desa nelayan ini, Sam segera mencari Mr. Jones, dan menemukan sang ayah sehat, segar bugar. Sadar Maureen mempermainkannya, Sam tidak bisa berbuat apa pun selain menepati janjinya. Ditambah lagi setelah ayahnya memohon untuk tetap tinggal bersamanya.
Selama dua tahun ini, Sam selain kuliah di sebuah universitas swasta yang cukup dikenal di kota, ia juga menghabiskan waktunya dengan menjadi librarian di sela-sela jadwal kuliah, dan menjadi waitress di sore hari ketika beres kuliah.
Perjalanan menuju kota untuk kuliah dapat ditempuh dengan kereta selama dua jam. Tentu saja ia berhasil kuliah dengan beasiswa. Dan sesuai dengan hobbinya, Sam mengambil jurusan seni. Ia membuat patung dari tanah liat, pasir, lumpur, apa pun. Hasil penjualan patung tersebut pun cukup memuaskan untuk dijadikan souvenir dan menambah penghasilan keluarga.
Mr. Jones sendiri menjadi manager di sebuah toko kelontong dekat pantai, yang merupakan daya tarik dari desa nelayan ini. Selama musim panas, cukup banyak pendatang, yang tentu saja menambah penghasilan dari toko kelontong yang dikelola Mr. Jones, juga restaurant cepat saji 'Wat'z'.
Seperti sebelumnya, kehadiran Sam juga menambah daya tarik desa nelayan. Banyak sekali pemuda lokal dan para wisatawan yang tertarik melihat Sam.
Namun, meski telah meninggalkan rumah McPherson, hatinya tetap tertinggal di sana. Tidak sehari pun Sam melewatkan berita mengenai E.A.J. Corporation. Ia membuat kliping berita mengenai perusahaan raksasa tersebut. Mengurutkannya sesuai tanggal, dan menggaris bawahi tiap kata penting.
Meski tidak satu pun ada kabar mengenai Ethan, yang seperti biasa tertutup terhadap hal-hal yang berbau pers dan media masa. Tapi, setidaknya, ia mengetahui kemajuan pesat dari E.A.J. Corporation selama dua tahun belakangan ini, dan merasa bangga karenanya.
Dalam penebusan hutang, Sam mengirimkan uang pada Kiara, yang akan diteruskannya ke rumah McPherson. Dengan demikian Ethan takkan pernah dapat melacaknya. Sam menepati janjinya pada Maureen.
Pete melemparkan sebotol air mineral pada Sam yang sedang membereskan meja. Waktu makan siang telah lewat, dan karena sekarang bukan sedang musim panas, maka jumlah wisatawan pun hanya sedikit.
Sam menangkap botol tersebut dan langsung meneguknya. "Terima kasih." Senyumnya. Pete menatap Sam dengan lembut. Sam bahkan tidak menyadari rasa ketertarikan pada diri Pete padanya. Ia masih Sam yang dulu, yang tidak menyadari daya tariknya.
"Cape?" Tanya Pete. Ia duduk di belakang counter meja makan, sambil menghadap ke arah Sam.
Sam menarik nafas panjang, "tidak juga. Hari ini indah, ya. Cerah." Sam menatap langit. Pete segera mengiyakannya. Sesaat Pete melihat sinar kesedihan di mata Sam, yang dengan segera ditutupi gadis tersebut dengan menyibukkan diri.
Sinar kesedihan tersebut tidak pernah menghilang dari mata Sam, meski sedikit berkurang intesitasnya hari demi hari. Dan sekarang, ia melihat sinar kesedihan itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Debt Over Loves (COMPLETED)
Romansa"Hah?! Yang bener aja!!!!" Kiara Percy menjerit. "Ssstt.... Kau mau membunuhku? Dengan suara sekeras itu, semua orang bakalan tahu kalau aku bekerja." Samantha Jones mendesis keras. Kiara melihat ke sekelilingnya, semua orang hanya memandang sekilas...