4. All This Matter

3.2K 193 8
                                    

Besok malamnya, Niken pulang kantor dengan benar-benar kelelahan. Pasalnya memang Niken melewatkan makan siang dan hanya ngemil biskuit disela-sela waktu bekerjanya. Ditambah waktu lembur yang Niken ambil. Niken benar-benar tidak ingin membuang-buang waktu. Dan memang terbukti karena sisa pekerjaannya tinggal 50% lagi.

Ketukan pintu membuat Niken tersadar dari tidur ayamnya. Siapa sih yang bertamu di malam hari begini? Atau jangan-jangan itu ketukan untuk kostan disebelahnya? Ah biar sajalah, lagi pula Niken tidak punya teman untuk ditemui sebelum membuat janji.

Tapi sialannya, ketukan pintu itu semakin kencang dan tidak juga berhenti, padahal Niken benar-benar kelelahan dan ingin segera tidur agar esoknya bisa bekerja dengan lebih baik. Niken lalu memaksakan dirinya untuk bangun dan meraih kunci pintu diatas nakas, berjalan kearah pintu lalu membuka kunci pintunya tanpa repot-repot mengintip lewat peep hole terlebih dulu.

"Laper nih, Ken!"

Sialan. Itu Alex.

"Lo ngapain kesini? Gue gak punya makanan. Laper ya beli makan sendiri, Lex!" Niken berkata dengan sekali tarikan napas. Niken benar-benar kesal dibuatnya. Buat apa sih Alex mendatanginya?

"Gue takut nyasar. Lagian gue gak tau tempat makan yang enak dimana. Jadi gue ajak lo, biar kalo misalnya gue nyasar, gue ada temen." Alex terkekeh. "Gue traktir. Ganti baju sana."

Niken tidak merepspons apapun. Niken benar-benar mengantuk. Niken bahkan tidak peduli jika ia melewatkan makan siang dan makan malam.

"Ken, lo dengerin gue kan?" Pertanyaan retorik dari Alex.

"Males ah, gue ngantuk banget nih."

"Bentar aja, please. Gue laper. Lo juga kan?" Tangan Alex menahan pintu saat Niken mencoba mengusir Alex dengan menutup pintu tanpa mengatakan apapun lagi. Sayangnya Niken kurang cepat.

Niken memutar matanya. "Gue ngantuk, oke. Bukan laper. Sorry banget, Lex."

Alex membuka daun pintu semakin lebar dan menerobos masuk, "Sayangnya gue gak mau ditolak, Ken. Ganti baju, ya. Gue bakal tunggu disini." Alex menunjuk single sofa disudut ruangan lalu mendudukinya.

Tanpa berkata apapun lagi, Niken kembali ke kasur dan tidur. Terserah jika disana ada Alex. Niken ngantuk dan sudah tidak bisa dikompromi lagi.

Alex melotot begitu melihat Niken kembali tidur. Kamar kost Niken merupakan ruangan sebesar 10x15 meter tanpa sekat sehingga Alex bisa melihat apa yang dilakukan Niken saat itu.

Alex sedang tidak ingin dibantah, tapi disaat yang sama, Nikenpun menjadi orang yang sangat tidak ingin untuk dibantah.

"Elo kok malah tidur lagi sih?" Alex semakin sebal.

Nikenpun mengerang sebal karena begitu lelah dan jam istirahatnya malah diganggu begitu saja oleh Alex. "Gue udah bilang kalo gue ngantuk. Gue capek. Terserah deh kalo lo mau duduk disitu sampe pagi."

Ditempatnya duduk, Alex benar-benar jengkel. Sebagai teman, Niken kan seharunya menghibur Alex. Membantu Alex melupakan Giska dengan berbagi cara. Tapi apa yang Alex dapat? Ditraktir makan malampun, Niken menolaknya.

Nekat, Alex menggendong Niken dengan gaya bridal. Niken terus meronta, tapi Alex bersikeras untuk mengajak Niken keluar. "Pilihannya Cuma dua, Ken. Gue gantiin lo baju atau lo sendiri yang ganti baju?"

Niken naik pitam. Sialan. Apa-aaan ini?

"Turunin gue, Lex. Kalo gini cara lo, gue bener-bener marah sama lo!" ancam Niken.

Dan ya, ancaman Niken berhasil. Alex menurunkan Niken sekaligus mendudukkan Niken di sofa. Alex menatap Niken dengan perasaan bersalah yang membuncah. "Sorry, Ken, gue gak bermaksud bikin lo marah. Gue lagi butuh banget temen sekarang, dan cuma lo yang bisa nemenin gue."

InsanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang