31. Sleepover

372 27 0
                                    

Niken sampai di kamarnya dengan kopor-kopor miliknya. Setelah pergi dari tempat Alex, Niken memutuskan untuk menginap di tempat Hana selama empat hari. Entah, ia hanya merasa perlu untuk membuat transisi kepindahannya terasa lebih mulus. Walau sebenarnya kenyamanan yang ia dapatkan di tempat Hana berbeda dengan di tempat Alex, setidaknya Niken memiliki kegiatan lain yaitu membantu mengurusi bayi Hana dan juga sebagai Langkah yang strategis untuk membantunya mengalihkan pikiran.

Seperti biasa, Niken ke kantor dan menjalani hidupnya seolah normal dan tidak terjadi apapun dengan tanpa beban hidup yang terasa berat di kepalanya. Bedanya, kali ini bebannya sedikit bertambah. Dia harus membiasakan diri (lagi) dengan kesendiriannya.

Sepulangnya dari kantor, Nikenpun tetap menyibukkan dirinya dengan membantu mengurus Kyra saat Hana melakukan hal lain. Seperti ada sesuatu kosong dalam dirinya, hidupnya seperti masih saja hambar padahal Niken sedang tidak sendirian.

Ketika Niken hendak ke dapur untuk mengambil kudapan apapun yang ada di kulkas, langkahnya terhenti saat melihat ada Alex di ruang tengah rumah ini. ada Dave juga turut menemani yang ternyata mereka sedang main PS. Tidak mau memperpanjang pun memperlebar urusan, Niken berpegang pada tujuannya menuju kulkas dan mendapatkan brownies dan yogurt serta sebotol air mineral. Jangan dikira menjaga anak bayi itu mudah, Niken sangat kelaparan meski hanya duduk dan sesekali membopong Kyra disela-sela pekerjaan yang sambil dia lakukan disana.

Kamar Kyra adalah tipe kamar yang memiliki box bayi sebesar kasur queen size dengan net di sekelilingnya dan sebuah ranjang queen size juga. Satu pasang sofa super nyaman yang memang ditempatkan agar Hana nyaman saat menyusui. Kamar bayi ini sudah setara dengan kamarnya dirumah, namun bedanya ada kasur bayi tambahan.

Kepala Niken teralih kearah orang yang berjalan mendekati box bayi karena dari sudut matanya ia bisa melihat bahwa yang datang bukan Hana, sehingga ia berpikir bahwa pastilah itu Dave. Namun Niken benar-benar tidak menyangka bahwa yang baru saja masuk ruangan adalah Alex. "Ngapain lo kesini?" suara Niken pelan.

"Liat Kyra." Jawab Alex santai meski ia sendiri dapat melihat bahwa mata Niken nyaris keluar. Sambil memegang pinggiran box bayi, Alex hanya berdiam disitu tanpa mencoba untuk menggendong Kyra.

Pergerakan Alex benar-benar Niken perhatikan sambil memakan brownies yang sebelumnya ia celup dulu ke yogurt. Hingga beberapa waktu tetap begitu, Niken jadi berspekulasi sendiri mengenai apa yang akan Alex lakukan dengan kata 'lihat' tersebut.

"Sweet dream, Kyra." Alex lalu membalikkan badannya dan berjalan mendekati Niken. "Gue kira lo balik ke rumah?"

"Gue belum pengen balik."

"Lo masih bisa tinggal di gue as I said. In case lo agak rikuh disini."

Niken mengangguk masih mengingat tawaran mengenai welcome yang dimaksud Alex waktu itu. "Oke, makasih."

Beberapa saat setelah Alex pergi dari kamar Kyra, Hana datang membawa botol bayi kosong yang telah dia cuci. "Tidur sana. Gue juga udah mau tidur. Dave lagi sama siapa?"

"Alex."

"Ooh.. yaudah. Thanks ya udah jagain Kyra."

Niken mengangguk lalu pergi ke kamarnya.kesadaran NIken perlahan menghilang saat rasa kantuk menyergap dirinya. Inilah yang dia suka Ketika ia memaksa dirinya menyibukkan diri karena dengan begitu dia akan teralihkan pikirannya lalu Ketika kesibukannya selesai, rasa kantuk mendatanginya tanpa menunggu lama.

Tapi namun kesadaran Niken perlahan Kembali ketika ia hendak merubah posisinya menjadi balik kanan namun tubuhnya merasa kesulitan seperti ada sebongkah batang pohon kecil menindihnya. Kelopak matanya perlahan terbuka dan langsung terbuka sepenuhnya mengetahui ada siapa yang bergabung tidur di ranjang yang ia tiduri tersebut.

Demi Tuhan, dimana pikiran Alex sekarang hingga dengan beraninya dia ikut bergabung tidur bersamanya entah sejak kapan namun ia yakin betul bahwa entah Hana atau Dave pasti menyadari jika Alex sekarang bergabung tidur di kamar yang sama dengan Niken.

Dengan kekuatan pelan, Niken menggoyangkan lengan kanan Alex yang menindih—memeluknya dari samping kanan. Baru setelah Niken yakin jika kesadaran Alex benar-benar terkumpul, Niken bicara. "Jam 6 nih, ngapain lo disini?"

Alex merajuk, "Lo duluan aja yang mandi deh." Kemudian setelah jeda beberapa detik, Alex menambahkan, "Atau mau barengan?"

"Sinting lo. Ngapain lo disini? Kan kamar lain masih banyak."

"Kamar yang lain belum ada bed covernya. Biar gak ngerepotin, gue gabung lo."

"Ada akhlak lo bagus gini, ya?" NIken sarkasme. Dengan tenaga yang telah dia persiapkan, Niken berusaha melepaskan dirinya dari Alex dengan mendorong lengan kanan Alex yang ternyata berujung sia-sia. Tenaga cowok itu benar-benar berada diatasnya.

"Mau kemana lo?"

"Gue barusan bilang, kan, kalo sekarang udah jam 6 ya gue mau siap-siap ngantor lah." Ucap NIken masih berusaha menyingkirkan lengan Alex.

Ketika posisi lengan itu tidak bergeming sedikitpun dan ketika tenaga Niken dirasa makin besar, Alex merubah posisinya menjadi diatas NIken saat cewek itu sedang ancang-ancang untuk mendorong Alex.

"Lo gak mau diam, ya. For god's sake it's still 6 AM ngapain lo ribet sih? Jangan bilang lo salting ada gue."

Niken menyentil kening Alex dengan kencang hingga meninggalkan rona merah di kening cowok itu. "Bener-bener lo bikin gue emosi."

"Wanna do a quickie sesh? I'll make you fly within a second."

"Bisa gak sih lo waras buat beberapa hal aja, Lex? We done. Gue gak mau lagi do that stuff sama lo."

"Chill. Gue gak forcing lo." Alex terkekeh tapi tidak merubah posisinya sedikitpun.

"Ok, can you please move, then? Karena gue mau prepare ngantor."

Alex menatap lekat-lekat mata Niken, "I can."

"Thank you." Jawab Niken pendek dengan masih tetap menunggu kapan Alex akan menyingkir dari hadapannya.

Emosi Niken Kembali stabil ketika akhirnya Alex menurut juga untuk menyingkir. Namun nyatanya ekspektasi Niken terlalu tinggi. Alex menurut hanya untuk membuat Niken semakin emosi karena apa yang Alex lakukan selanjutnya adalah membelakangi Niken lalu membuka semua bajunya hingga tidak bersisa dan berjalan dengan santai menuju kamar mandi di kamar itu.

Di detik itu juga Niken berniat untuk selalu mengunci kamar dimanapun dia tidur agar tidak ada makhluk menyebalkan macam Alex yang mengganggunya.

InsanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang