"Lo yakin? There's no way to turning back." Alex masih mempertahankan senyum seringainya. Orang mungkin menganggap Alex sedang menggoda Niken. Tidak, Alex hanya terlalu senang karena dia mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Gue yakin. Untuk setengah tahun, gak lebih. Dan ini cuma have fun. Gue gak mau melibatkan emosi apapun dan tolong hargai privasi masing-masing. Deal?"
Alex terkekeh lalu menjabat paksa tangan Niken, "Couldn't be more deal."
***
"Gak usah gila!" Hana membanting pintu lemarinya lalu menyimpan sembarang baju-baju yang telah dia pilih. "Lo tau gak Alex kayak apa? Dia baik gue akui, tapi brengsek."
Niken menghela napas. "Iya gue tau. Makanya gue iyain Alex, toh dulu gue gak jauh beda sama dia."
"Beda dong, Ken. Kalo lo jadi suka sama dia gimana? Dave aja nyerah sama tingkah pola Alex."
"Gak bakalan.. yang ada dia malah yang suka gue. Tapi ya gue juga gak bakal flirting dia."
"Lo pikir suka-sukaan bisa terjadi karena flirting doang? Suka karena terbiasa, Ken. Kalo lo terus-terusan sama dia, gak mungkin bakal anyep-anyep aja."
"Relax, Hana. Gak mungkin bakalan ada sesuatu antara gue dan Alex. Gue akan atur perasaan gue. Gue cuma ingin ada pengalih supaya gue gak kepikiran Arsen terus."
Ya, Niken telah memutuskan untuk menceritakan semua hal kepada Hana. Semuanya tanpa dikurang-kurangi. Awalnya reaksi Hana adalah tidak bisa berkata-kata, pergi mengambil air dan meminumnya sebanyak yang ia bisa. Niken tahu betul jika Hana sedang menahan gejolak emosinya untuk tidak mengeluarkan sumpah serapah yang telah memenuhi kepalanya. Dan kini Niken harus menghadapi omelan ibu hamil itu mengenai idenya yang menyetujui bermain api dengan orang gila.
Alex mempunyai reputasi yang kental. Dia mempesona dan dia menyadari hal tersebut sehingga gelar yang disematkan kepadanya dari remaja itu tidak pernah luntur. Playboy.
"Ya udah, gue gak tau rasanya gimana posisi lo. Tapi gue bakal ada di belakang lo. Inget, ya. Kalo sampe kenapa-kenapa, gak ada lagi rahasia. Lo harus lapor sama gue."
Niken tersanjung. Mungkin Hana masih merasa dirinya bersalah karena masalah kekecewaan Niken terhadap Arsen saja sampe tidak diketahuinya sehingga mau tidak mau Hana setuju yang penting Niken membagikan kesulitannya pada Hana. Rasanya Niken hanya ingin bersyukur kepada Tuhan karena ia diberikan kemudahan saat ditempa kesulitan.
Setelah membagi rahasia yang Niken mohon betul kepada Hana untuk pura-pura tidak tahu meski ia sangat amat melihat segala ketidakbenaran itu, Niken pamit pulang. Memang Niken berniat untuk datang ke rumah Hana sepulang kantor untuk memberitahukan hal ini. Meski Niken tau hal ini tidak berisiko, entah mengapa ia hanya ingin Hana tahu.
Dan tujuannya sekarang sudah berubah. Niken dan Alex setuju untuk tinggal di kondominium Alex beberapa hari dalam seminggu tergantung persetujuan mereka berdua. Jika salah satu sibuk, maka yang satu tidak dapat memaksa. Dalam hal ini, tentu Niken yang mengajukan permintaan. Ia tahu betul laki-laki macam apa Alex itu.
Begitu Niken memencet sandi pada pintu kondo Alex, ia lalu masuk dan merebahkan dirinya di sofa seperti ia sudah terbiasa disana.
"Eh, lo udah sampe? Gue kira Dave."
"Dave tahu sandi lo?"
"Iya lah, gue beli kondo ini dari dia. Lumayan diskon gede. Lagian Dave masih suka hang out kesini kalo luang."
"Bisa lo ganti sandinya?"
"Widih, kenapa? Lo gak mau ada gangguan?" Alex berlaga bertanya.
Niken memutar bola matanya, "Dih, Lex. Gedeg banget gue sama lo."
Alex tertawa. "Iya, bentar gue ganti. Eh menurut lo, Dave harus tau gak?"
"Tau sandinya? Ya buat apa lo ganti."
"Bukan.. maksud gue, kita kan FWB. Dia mesti tau gak?"
"Terserah lo deh. Asal dia bisa tutup mulut aja dan gak judge gue."
Malam itu dihabiskan mereka dengan bermain kartu UNO. Jauh dari apa yang Niken terka saat dalam perjalanan menuju kondo. Bukannya Niken binal. Tapi untuk itu kan istilah friends with benefit ada?
Karena Niken tidak bawa baju, maka ia memilih untuk pinjam baju Alex lengkap dengan celana pendek pria itu.
Setelah bosan bermain UNO, mereka merebahkan diri bersebelahan di ruang tengah. Menatap langit-langit kondo Alex yang membosankan namun betah untuk dilihat.
"Apa kata Hana?"
"Gak apa-apa. Santai dia." Meski Niken tidak bilang tujuannya bertemu Hana adalah untuk memberitahu hubungan dengan Alex. Namun Alex tahu betul bahwa Niken bertujuan untuk membagikan kisah tersebut. Dan Niken juga tahu bahwa Alex mengerti tujuannya bertemu Hana.
"Cowoknya temen Hana juga?"
"Cowok apaan? Kalo gue punya cowok gak mungkin gue mau kaya begini sama lo."
Alex yang tadinya terlentang kini tiduran sambil menghadap Niken dengan tangan kanan menyangga kepalanya. Telunjuknya menoyor pelan kepala Niken.
"Lo pikir gue gak ngerti akal-akalan lo? Lo nolak gue udah kayak nolak diajak married. Terus gak ada angin gak ada hujan siangnya malah keliatannya lo yang ngebet banget sama gue. Cowok mana yang bikin lo jadiin gue bahan pelampiasan?"
Niken terkekeh lalu mengubah posisinya persis Alex. "Ngerti aja lo. Ada deh, kenalan gue. Hana dan itu cowok gak sama-sama kenal. Gue juga gak ngenalin ke Hana karena yah gue pikir Arsen adalah next mistake gue. Eh malah kenyataan."
"Eh beneran dong lo manfaatin gue? Parah lo."
Niken menabok lengan Alex sambil menahan tawa, "Terus lo ngapain ajak-ajak gue FWB? Lo sendiri manfaatin gue. Salah gue dimana?"
Alex terkekeh kemudian membawa rambut Niken yang sedikit berada di wajahnya untuk diselipkan di belakang kuping. Di detik selanjutnya Niken tidak menyangka bahwa yang kemudian Alex lakukan adalah menciumnya, membawa Niken sehingga terlentang dengan Alex diatasnya namun pria itu tetap menumpu tubuhnya sendiri.
Tangan Niken yang tadinya berada diantara tubuhnya kini mulai bergerak memegang pundak Alex. Tak lama kemudian tangan kanan Niken menggapai kepala Alex dan menempatkan jari-jarinya pada rambut pria itu.
Keduanya sama-sama sulit untuk berhenti. Entah memang benar-benar menikmati atau hanya sekadar memancing ego satu sama lain, tapi akhirnya mereka memisahkan bibir saat keduanya kehabisan udara.
Dengan terengah, mereka bertahan pada posisi masing-masing dengan pandangan saling menatap.
"Udah larut, sebaiknya kita tidur. Kamar lo depan kamar gue." Kata Alex.
Apa?
Tidak salahkan? Ini hanya akal-akalan Alex atau memang dia sedang berusaha menjadi pria sopan?
Niken merutuk pemikirannya sendiri lalu mendorong sedikit tubuh Alex agar ia bisa bangkit. Mengatur diri agar tetap tampak wajar, Niken lalu mengarah pada jejeran pintu yang ia pikir adalah kamar.
"Yang mana kamar gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Insanity
Romance[Spin Off of Nobody's like You] Arsen Adam, bagai oase di padang pasir. Memberikan begitu banyak kenyamanan dan keraguan secara bersamaan. Lain dengan Niken Sophia, perempuan fashionable ini sedang merasakan kebahagiaan. Rasanya begitu luar biasa k...