22. Bitter Pill

568 36 2
                                    

Dagu terangkat dan Niken memaksa dirinya untuk percaya diri. Dari basement, ia kemudian pergi ke lift untuk menuju lantainya. Hari ini Niken bersikukuh untu pergi sendiri dibanding satu mobil Bersama Alex. Ia merasa bahwa ia butuh waktu sendiri untuk mengumpulkan energinya menghadapi hari ini.

Niken bahkan membersihkan ponselnya dari ratusan notif yang sengaja tidak ia buka dalam empat hari terakhir. Untungnya dia melakukan detox ponsel karena itu benar-benar membantu dirinya pulih, baik secara mental maupun fisik.

Ada beberapa pesan yang Niken abaikan, ada yang dia balas dengan terimakasih seadanya, juga ada yang Niken balas dengan pernyataan bahwa dia baik-baik saja. Dan untuk pesan Arsen yang sengaja Niken buka di terakhir, ia membalas bahwa dirinya baik-baik saja dan bersedia diajak bertemu hari ini, sepulang kerja di rumah Niken.

Otak Niken hanya tidak menemukan tempat lain yang aman tanpa mendapatkan tatapan orang selain di rumahnya sendiri karena disana hanya ada orang-orang yang membantu mengurus rumahnya juga telah sangat dia percaya.

"Apa kabar?" tanya Arsen dahulu.

"All in my control kok. Semuanya baik-baik aja." Jawab Niken sambil membawa Arsen menuju taman belakang.

"Sorry for everything you've been through. Aku udah denger semuanya dan aku berusaha beresin secepatnya. Kamu percaya sama aku kan, Ken?"

Niken tersenyum, tak lama asisten rumah tangganya datang membawakan mereka minum dan cookies. Setelah pergi, baru Niken kembali melanjutkan, "Kamu gak usah beresin semuanya. Kamu gak ada kewajiban buat itu. Aku ngerti semua ini diluar kendali kamu dan aku."

"Tapi kamu terganggu sama semua itu, Ken. Please, aku janji sama kamu kalo aku masih sama bisa diandalkannya seperti dulu, seperti yang kamu bilang."

"Aku percaya kamu masih selalu bisa diandalkan bahkan sampe sekarang. Tapi kamu gak bisa menutup mulut semua orang. Aku gak apa-apa kok, aku masih bisa control diri aku untuk baik-baik aja di situasi kayak begini."

"Tanpa aku melakukan apa-apa padahal aku tau kalo semua ini berawal dari aku?"

Niken mengambil jeda. "Mungkin kamu bisa mulai dengan gak temuin aku dulu akhir-akhir ini?"

"Ken! Aku kira kamu udah mulai kembali membuka diri kamu buat aku?"

"Aku gak pernah menutup diri dari kamu." Ucap Niken lugas. Entah ia berbohong kepada Arsen atau malah berbohong pada dirinya sendiri.

"Ya, tapi kamu membatasi aku. Aku gak mau sampe mempermasalahkan ini, tapi please, jangan tolak aku buat dekati kamu lagi. Aku gak mau kamu ngerasa aku seorang psiko."

"Cowok yang di lobby itu cowokku."

"Ken?!" Arsen menutup wajahnya dengan kedua tangannya lalu bergerak menyisir rambutnya ke belakang. Arsen tidak pernah terlihat seperti ini. kilatan marah dan putus asa bercampur jadi satu.

Niken tidak kuat, dia tidak menyangka jika pemandangan ini menyebabkan dadanya terasa sesak.

"Jadi semua pintu udah bener-bener tertutup buat aku, Ken?"

Niken hanya menatap Arsen tanpa mampu menjawabnya.

"Kamu tau aku gak akan menyerah? Aku akan kejar kamu. Aku gak peduli akan selama apapun itu, Ken." Bombardir Arsen.

"Aku minta kamu buat stop lihat aku, Arsen. kalo kita punya takdir Bersama, ya itu akan terjadi bagaimanapun caranya."

"Gimana bisa punya takdir kalo bahkan aku gak berusaha buat kamu? Gimana bisa itu, Ken kalo bahkan kamu aja gak membiarkan aku berusaha? Semuanya perlu doa dan usaha." Arsen menekan kata terakhir.

"Cowok itu, aku pengen sama dia. Kalo kamu gangguin aku, aku bener-bener gak mau kenal kamu lagi."

"Ok, Ken. Maka aku akan tetap nunggu kamu." Arsen berdiri dari duduknya lalu melenggang pergi tanpa mau menunggu jawaban Niken.

Niken terpaku ditempat duduknya. Semua bagian tubuhnya terasa mati rasa. Apa yang kepalanya sendiri pikirkan bahkan dia tidak tau. Kenapa dia bisa berkata seperti itu atau kenapa dia bisa berfikir untuk mengusir Arsen dari hidupnya seperti itu?

Demi Tuhan Niken masih mencintai Arsen. tapi sesuatu dalam dirinya seperti ada yang tidak menginginkan untuk Arsen isi.

Dengan tertatih dan bertumpu pada apapun yang dapat menopang tubuhnya, Niken berusaha berjalan menuju kamar. Setelah menutup pintu, Niken hanya berbaring diatas karpet kamarnya tanpa bisa memproses emosi apapun yang berkecamuk di otak dan hatinya. Yang dia bisa rasakan kini hanya lemas.

Akankah semua pertahanan yang Niken bangun runtuh dengan mudahnya setelah melihat betapa Arsen sangat kecewa dengan apa yang baru saja Niken katakan?

***

Apa yang terjadi dirumah Niken maka akan menetap dirumah Niken. Jika kamu sering berkamuflase menjadi kepribadian lain, maka kamu akan sulit membedakan mana kepribadian kamu yang sebenarnya. Apakah kepribadian yang baru kamu ciptakan atau kepribadian yang tumbuh bersama kamu sejak lahir. Tetapi jika diri kamu tidak bisa membedakannya, maka itu bukan lagi berkamuflase.

Setelah dari kantor, Niken langsung menuju tempat Alex karena dia yakin Alex menagih banyak penjelasan dari Niken mengenai kemana cewek itu kemarin malam dan kenapa seharian dia meminta waktu untuk sendiri.

Menyimpan tasnya di sofa, Niken kemudian menuangkan jus jeruk yang ada di kulkas ke dalam gelas. Sudah seperti rumah sendiri memang. Matanya memandang ke luar jendela menatap langit yang sudah gelap.

Ketika ia mendengar suara pintu yang akan dibuka, Niken membalikkan badannya menghadap pintu dan tersenyum. "Eh, lo udah pulang?" kata Niken tersenyum lebar. Nah kan, bahkan dalam hitungan detik dia mampu mengubah kepribadiannya.

"You owe me a lot of explaination."

"mau minum?" tanya Niken.

Alex menarik Niken untuk duduk diatas pangkuannya di sofa. Ketika Niken tidak juga mengeluarkan kalimat apapun, Alex hanya memiringkan kepalanya sedikit menandakan bahwa ia jengah.

"Ok, Alex. Don't be pouty." Niken terkekeh lalu mengecup Alex. "Gue kemarin ke rumah. Arsen ngajak ketemu dan gue bilang ke dia bahwa lo cowok gue. Terus gue ngantuk ya udah gue tidur di rumah aja dah. End of story." Lalu ia meneguk jus jeruk untuk menghilangkan rasa kering yang tiba-tiba ada di tenggorokannya.

Alex mengangguk. Ia menyusuri pinggiran kerah baju Niken dengan telunjuknya. "So I bet you need some distraction now." Alex tersenyum lalu menyimpan gelas yang Niken pegang ke meja. "Let's get some dinner. Mau ke Union?"

"Gak deh, gue masak aja."

"Ok, I'll help. Lo bikin yang ada di kulkas aja deh, ya?"

Niken mengangguk lalu ia berganti baju menjadi tanktop dan celana satin Panjang kemudian berjalan ke dapur dan melihat isi kulkas Alex. Terlalu banyak bahan makanan di dalamnya sehingga Niken butuh berpikir mengenai apa yang akan dia masak.

"Gue mau masak aglio olio aja deh. Lo mau pake tuna atau sirloin?"

"Tuna."

"Ok."

Selagi Niken mencari kotak spageti di area pasta pada buffet samping kulkas, Alex menyiapkan wajan lalu mengisinya dengan air dan menyalakan kompor. Niken tersenyum tidak menyangka bahwa Alex dapat berkoordinasi dengan baik kali ini.

Sambil menunggu air mendidih, Niken mencari tuna yang sudah siap masak. Kemudian mengeluarkan semua bahan yang akan dia perlukan. Gerakannya terhenti begitu Alex bertanya, "Ken, You ok?"

InsanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang