28. Insecure

575 50 0
                                    

Napas Niken bertempo tidak beraturan. Begitu terengah dan pendek-pendek. matahari bersinar terang khas tengah hari, membuat Keringat Niken berkumpul di keningnya. Ia bahkan tidak mampu mengatur kepanikannya sendiri. Hana mau melahirkan. Langkah Niken bergerak cepat-cepat setelah membayar argo taksi. Dari lobby rumah sakit hingga ke lantai empat dimana ruangan Hana berada. Ia bahkan tidak mampu menunggu lift turun satu lantai lagi sehingga ia memilih tangga sebagai gantinya.

Di koridor itu, ada orang tua Hana dan orang tua Dave. Tangan Niken gemetar dan lututnya menegang karena berlari di tangga dengan boots berhak lumayan tinggi. Hanya Dave yang boleh menemani Hana di dalam ruang persalinan.

Semuanya panik. Saat Alex datang menyusul, persalinan belum juga selesai. Sudah hampir dua jam terhitung dari Niken datang. Apa-apaan saja sih Hana di dalam? Ada apa yang salah? Tuhan, tolong lindungi Hana dan bayinya selalu. Please.

Dan seperti dalam limbo yang entah ujungnya dimana, tapi akhirnya mereka semua bernapas lega ketika dokter keluar ruangan dan memberi kabar bahwa bayi terlahir dalam keadaan normal dan sehat. Rasa syukur tidak putus-putusnya mereka panjatkan kepada Tuhan.

Namun setelah apa yang mereka lalui, mereka tetap harus menunggu prosedur persalinan selesai untuk bisa melihat Hana dan bayinya di dalam.

***

Hari yang melelahkan. Niken kontan masuk ke kamarnya tanpa basa-basi dahulu kepada Alex yang mengekor masuk. Mereka baru sampai kondominium hampir tengah malam. Itu juga setelah dipaksa Mama Hana agar Niken pulang saja dan istirahat dirumah.

"Niken? Lo fine?" tanya Alex.

"Tentu. Atas alasan apa sampe gue kenapa-kenapa? Gue malahan seneng ponakan gue lahir dengan selamat."

"Gue udah kasih lo waktu seminggu, ya. Gue gak bisa tolerir lo lebih jauh, mending lo ngomong sama gue ada apa. Lo pasti ngerti arah obrolan gue."

Ya, Niken tau. Seminggu terakhir Niken lebih banyak menghela napas berat dan melamun lalu lebih memilih untuk menyendiri. Seminggu tepat semenjak hari dimana ia bertemu Arsen. sedikit banyak kalimat Arsen seperti mesin cuci untuk otaknya. Ia merasa bahwa Arsen berkata seperti busur panah yang menghembus tepat ke target.

Atau memang seperti itu keahlian Arsen. Dia sangat bagus dalam meyakinkan lawan bicaranya.

"Gue gak mau obrolin itu."

"Ok, itu hak lo. Tapi at least gue mohon sama lo untuk tetap lanjutin hidup. Lo tau bahkan lo udah kayak orang linglung seminggu ini. Dan lo balik kayak dulu lagi, memabangun tembok baja buat orang-orang di sekeliling lo."

Sikap defensive Niken sebegitu kentaranya kah? Padahal ia hanya defensive terhadap Alex. Dan hampir 'mencueki' semua orang kecuali Alex. Karena hanya dia permasalahannya.

Aku gak mau bikin kamu mikir macam-macam tapi aku hanya ingin kasih kamu pertimbangan. Cowok itu, cepat atau lambat akan menghancurkan dirinya sendiri karena reputasinya. Aku gak mau kamu sampe kena imbas.

Niken menatap mata Alex. Berhenti beberapa detik tepat di manik matanya. Niken suka keadaan seperti ini. Dimana dia dan Alex tidak memiliki ikatan apapun namun saling ada untuk satu sama lain. Niken merasa aman Bersama Alex, dan Niken sudah menaruh hampir semua kepercayaannya kepada lelaki di depannya ini.

Tapi kalimat Arsen ada benarnya. Itu yang membuat pikiran Niken tidak ditempatnya seminggu ini.

"Sorry, Lex. Gue screw up lagi, ya? Sorry banget kalo lo sampe ngerasa begitu. Gue gak maksud bikin—" omongan Niken terhenti begitu Alex langsung memeluk Niken erat.

Ini yang Niken inginkan. Pelukan yang bahkan tidak merasa pantas untuk dia terima selama seminggu terakhir, namun tidak bisa ditampik bahwa ia rindu juga dengan pelukan ini. niken mengambil jeda sebentar untuk mematri dalam ingatannya betapa merasa damainya ia sekarang.

Dan pemikiran itu datang lagi, menghancurkan semua kedamaian Niken dalam seketika.

Alex bukan siapa-siapa dalam hidup Niken. Dan Niken tidak ingin ada apa-apa dengan Alex. Alex tidaklah lebih dari lelaki narsistik dan egosentris yang hanya memedulikan tahta, harta dan wanita. Namun sayangnya Niken sadar bahwa ia telah ketergantungan dengan orang berperangai narsistik dan egosentris ini.

Bisa Niken rasakan bahwa telapak tangan Alex mulai mengusap ujung kepalanya. Lalu mengecup ujung keningnya. Ya, itu yang Niken mau.

Arsen memang seseorang yang dapat membuat Niken merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia. Dan Alex adalah seseorang yang tahu apa yang Niken inginkan sehingga tanpa sadar membuat Niken bergantung, juga menginginkan hal yang lebih besar terhadap Alex dari waktu ke waktu.

Niken sadar bahwa dirinya salah tepat di hari pertemuannya dengan Arsen terakhir kali. Niken sadar bahwa ia mulai kecanduan dengan Alex, mulai menyukai apa yang Alex lakukan kepadanya, mulai berharap bahwa Alex pasti akan memberikan hal-hal yang Niken sukai yang lebih banyak tiap waktunya. Dan disitulah letak kesalahan Niken. Tentu apa yang Arsen katakan tidak akan memberinya efek untuk sekarang. Tapi itu nyaris.

Dan yang Niken ingin lakukan sekarang adalah memberhentikan paksa apapun yang Niken lihat dari Alex. Karena seperti apa yang pernah dirinya bilang kepada Arsen bahwa banyak orang yang akan menerima kelebihan apalagi kekurangan lelaki itu, maka kalimat itu juga berlaku untuk Arsen.

Semuanya nyaris. Nyaris saja Niken keluar dari kandang singa dan memasuki kandang buaya.

Bertumpu pada harapan kosong, Niken seharusnya menyadari betapa berkali-kali lipat lebih banyaknya tingkah menyebalkan yang Alex punya jika dibandingkan dengan orang lain. Dengan tempo kurang dari dua hari, Alex langsung melancarkan aksi gilanya seolah dia lupa bahwa Niken sedang rentan.

Dimulai dari membangunkan Niken, berangkat kerja, makan siang Bersama, lalu pulang kerja Bersama. Memang semua itu seperti rutinitas standar yang mereka jalani, namun ditambah aksi iseng yang dilakukan oleh cowok itu seperti sedikit-dikit akan menggelitiki pinggang Niken, memberikan barang yang Niken minta tolong ambilkan namun dengan sedikit permainan tarik ulur dulu, atau pura-pura tidak mengerti dengan apa yang Niken ucapkan agar Niken mengulang beberapa kali. Menyebalkan sekali.

Dan selama dua minggu kemudian, Niken lelah dengan sifat 'bersikeras' Alex. Ia semakin ingin menyendiri dan meninggalkan semua rasa ramah-tamah yang bersisa pada dirinya.

Kemudian disanalah Alex benar-benar 'bersikeras'. Alex membawa kegilaannya ke level yang lebih tinggi. Tidak main-main. Bahkan ketika Niken tidak melakukan apapun, Alex melancarkan aksinya dengan memancing amarah Niken seperti sengaja menumpahkan minuman, sengaja memberikan apa yang Niken tidak suka di makanannya dan masih banyak kegilaannya yang lain yang bahkan dilaur pemikiran Niken.

Apakah itu berhasil? Tidak usah ditanya, tentu Alex jagonya dalam memancing emosi seseorang. 

InsanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang