26. Baby Shower

685 50 0
                                    

Tabiat manusia memang bersikap sulit untuk puas dengan apa yang sudah didapatkan. Dan Niken merasakan itu sekarang. Pada saat perjalanan pergi dan pulang kantor, Niken berkali-kali melakukan skinship kepada Alex seolah-olah dia tidak sengaja dan kaget akan hal itu. Reaksi Alex tentu hanya menghela napas dan menahan diri.

"Lo sulit membendung diri hari ini, ya?"

"Buat?"

"Main sama gue. Tenang, Ken. Semua ada waktunya. Bakal gue buat penantian lo terbayar. Elo Cuma harus nunggu, ok? Service gue dijamin gak mengecawakan."

Niken hanya terkekeh garing saat Alex bilang begitu dalam perjalanan mereka untuk pulang ke kondominiumnya.

Ucapan Alex barusan hanya membuat Niken makin terinspirasi. Baiklah kalo begitu yang Alex pikir, ia akan bersikap seolah dirinya kehausan.

Karena tidak sabar, begitu sampai di ruang tamu, Niken lantas mengambil inisiatif untuk memeluk Alex.

"Hari ini berat banget buat gue. Client repot banget milih gradasi warna, tapi akhirnya pilihannya jatuh di gradasi yang gak beda jauh."

Alex mengecup puncak kepala Niken. "Lo berhasil lewatin hari ini dengan baik dong? Lo bisa bikin client deal juga hari ini."

"Iya, tapi kepala gue mau pecah rasanya." Lalu Niken mengecup bibir Alex.

Alex menangkup kepala Niken. Lelaki itu butuh lebih. Dan ia berusaha mewujudkan apa yang dia bilang dalam perjalanan pulang tadi mengenai penantian dan service yang bisa ia berikan pada Niken. Namun Alex kehilangan akal ketika Niken memisahkan diri darinya.

"Gue kayaknya butuh tidur, Lex. Mungkin gue makan saat bangun tengah malem atau ga akan makan malem sih. Lo delivery aja deh ya?" Niken undur diri menuju kamarnya. Ketika dia sudah menutup pintu, langsung saja ia menuju kamar mandi dan tertawa tanpa suara.

Air matanya hingga keluar saking lucunya apa yang dia lakukan barusan. Strike two. Sambil menghapus riasannya, Niken bahkan masih menyisakan tawaan. Memang hari ini hari yang menyebalkan bagi Niken karena tingkah client suka diluar nalarnya. Namun Niken tidak akan sebegini dramatisnya berkeluh kesah tentang client semenjak masalah pribadinya jauh lebih dramatis. Niken hanya cari-cari alasan saja untuk Alex.

Selesai membersihkan riasan dan mandi, Niken keluar dengan bathrobenya dan sangat kaget melihat Alex sedang berbaring memenuhi ranjang masih dengan setelan kerjanya namun kini memakai kaos. Untung saja ia dapat menahan diri untuk tertawa tanpa suara. Kalau tidak, permainan akan selesai disini.

"Ada apa?" tanya Niken. Seingatnya tadi ia jelas-jelas bicara bahwa ia butuh tidur tanpa berbasa-basi. Niken harap Alex mengerti bahwa itu artinya ia tidak ingin ada gangguan apapun. Tapi lihatlah sekarang.

"Gue ketok kamar lo gak nyaut yaudah gue masuk. Kirain lo kenapa-kenapa." Alex memberikan klarifikasi dahulu tanpa ditanya. "Gue udah bikin sandwich ayam, lo makan dulu deh baru tidur."

Merasa beku dalam beberapa detik dan tidak bisa mengatur kalimatnya namun pada saat Niken kembali mendapatkan orientasinya, Niken menjawab, "Ok, makasih. Gue nyusul."

Sedikit rasa bersalah menghinggapi Niken. Bukan tatapan khawatir yang Niken rasa saat Alex bicara tadi. Entah apa namun Niken bisa merasakan bahwa Alex benar-benar ikhlas saat berkata seperti itu. Namun di detik selanjutnya Niken menggelengkan kepalanya. Buat apa juga dia merasa bersalah? Toh nanti Niken akan balas budi. Dua kali lipat karena Alex bersikap baik juga padanya.

Ketika memngambil baju dari lemari, tidak dapat Niken tampik bahwa ia agak merasa berat dengan perhatian orang sekelilingnya. Ia merasa menjadi beban. Melihat Alex langsung masuk kamarnya ketika ia tidak mendapat jawaban saat mengetuk pintu membuat Niken merasa bahwa mungkin saja orang-orang terdekatnya berfikir bahwa Niken sedang rapuh dan perlu diawasi.

InsanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang