34. Insanity

429 37 0
                                    

"You insane? Ngapain lo nongkrong disana?"

Refleks Alex berdiri setelah sebelumnya ia menyandar pada meja watafel dan perlahan berjalan ke tempat dimana Niken duduk.

"Harusnya gue yang nanya begitu. So... are you insane, Niken?"

"Kenapa lagi gue?"

"Semua mata nyaris keluar liatin gimana lo berpakaian. Damn it Niken, kalo lo gak punya baju yang proper sama dinner biasa kayak tadi, lo bisa pinjem punya Hana kan?"

Niken berdiri lalu melihat dirinya sendiri dari atas sampai bawah. Little black dress dengan model strapless fit hingga hanya dibawah pantatnya. Loubotin hitam dan tas tangan abu-abu. Apa yang salah? Tidak ada. Masih dalam tema kasual.

"I'm fine with this and nothing is wrong with me." Kata Niken penuh penekanan.

Alex menghela napas. "Ok, then. Good to you mereka cuma penasaran what behind the clothes. Bukannya how taste behind the clothes." Kemudian berniat melenggang pergi keluar ruangan.

"Excuse me?"

Alex berhenti berjalan dan menengok Niken Kembali hanya untuk mengatakan, "You clearly heard me."

"I can guarantee everyone will down their knees for every piece of me."

"I can guarantee they just don't know yet what it's actually taste." Kemudian Alex pergi dari ruangan itu.

Jika memang Niken tidak semenarik itu, untuk apa tempo hari ia selalu diajak main saat masih berada di tempat Alex? Karena kurang kerjaan saja? Oh buat Niken lebih percaya dengan hal itu. Trik dan visualisasi Niken adalah beberapa hal yang menjadi daya tarik setiap pria yang berusaha mendekati Niken.

Prasangka Niken mengenai Alex yang hanya cari gara-gara kini makin kuat ketika beberapa hari kemudian mereka pas-pasan di basement pada jam pulang.Tidak ada angin, tidak ada hujan, Alex menyapanya lebih dulu dengan pertanyaan pembuka yang tidak pernah Niken pikir sekalipun.

"Oh hi! So you wear clothes now?" dengan tampang poker face seolah itu bukanlah pertanyaan-atau jika mau disebut sebagai bercandaan—yang aneh.

Tapi pembawaan Niken bukanlah orang yang akan langsung mendelik walaupun ia sangat ingin. "Yeah, I am." Niken mengangkat kepalanya sedetik.

Beberapa orang yang mendengar mereka tentu refleks menatap aneh. Tapi Niken biarkan seolah itu bukan masalah besar.

Belum lagi saat sehabis makan siang Niken berada di depan lift menunggu untuk giliran bersama teman-teman satu divisinya. Entah mengapa Alex selalu bertingkah disaat ada keramaian. Rupanya dia sangat menikmati berada dibawah lampu sorot.

"Oy, Niken! Malam ini ada dinner lagi, jangan lupa, ya! Kali ini make sure lo pake baju, ok?"

Dinner, ndasmu! Niken yakin betul jika malam ini tidak ada ajakan makan malam dari relasi yang mereka berdua kenal. Memejamkan mata berusaha meredam amarah yang kini berkumpul dalam satu titik di otak Niken, tapi pada akhirnya mungkin hal itu yang memicu aksi serangan balik yang tiba-tiba terlintas di otaknya.

Alih-alih aksi serangan balik yang dilakukan langsung, Niken nyatanya memilih untuk menyimpan the best for the last sehingga ia mengacuhkan Alex dan masuk ke dalam lift yang untungnya tidak bersama Alex didalamnya.

Walaupun satu Gedung kenal Alex dan hampir satu Gedung mengenal baik watak Alex sebagai pria percaya diri, flamboyan, jantan, mematikan dan tanpa takut namun perlente, tapi tidak bisa disangkal bahwa jauh dalam lubuk hatinya, ia sangat malu atas bagaimana Alex mengisenginya ditengah-tengah hiruk pikuk kantor walau Niken sendiri yakin betul bahwa semua orang di Gedung ini akan menganggap biasa dengan hampir apapun yang Alex lakukan. Maka dari itu, merupakan tindakan yang sangat amat diwajarkan bila Niken memiliki pemikiran untuk melakukan serangan balik.

Dan karena 'the last' pada 'the best for the last' tersebut dimaknai oleh Niken sebagai jam pulang kantor, maka hari ini Niken memutuskan untuk pulang tenggo alias teng jam 5 langsung go. Dari mejanya juga ia benar-benar sudah siap menantikan 40 detik terakhir dengan meja yang sudah rapih dan tas sudah ada di genggaman.

Tanpa buang waktu, Niken nyaris berlari menuju lift langsung ke basement. Mencari letak mobil Alex dan menunggu kedatangan Alex dibalik pilar basement dengan sabar dan penuh semangat. Awalnya memang Niken ragu akan rencananya sendiri karena belum tentu bahwa hari ini Alex akan langsung pulang sehingga ia sendiri minta tolong kepada Hana untuk memastikan kemana Alex pergi setelah jam pulang kantor. Tentu itu tidak gratis, Niken berutang penjelasan kepada Hana dan menjanjikan akan dilakukan secepat mungkin. Mengenai caranya, Niken lebih baik tidak perlu tahu bagaimana Hana bisa memberinya info valid bahwa tujuan Alex hari ini adalah rumah.

Ketika alarm mobil Alex berbunyi menandakan pintu sudah tidak lagi terkunci, Niken mengambil Langkah seribu untuk segera duduk di kursi penumpang. Tatapan aneh dari Alex tentu ia dapati ketika lelaki itu telah duduk di kursi kemudi.

"Lo bilang ada dinner hari ini, so let's go to your place, i'll serve you."

"The way you choosing your sentence means different to me, Lady."

"What kind of different?"

"Kayak lo mau ngajak gue buat enjoy the served dinner. You."

Niken terkekeh, memasang sabuk pengaman dan berkata, "Lo terlalu berpikir. Buruan berangkat."

Dalam perjalanan, Alex memang sudah mengingatkan dan mewanti-wanti bahwa dirumahnya tidak ada makanan matang apapun sehingga Alex menawarkan untuk membeli makanan dulu dalam perjalanan sehingga salah satu dari mereka tidak harus memasak. Tapi Niken bersikeras untuk masak sendiri karena mengingat kebiasaan Alex yang selalu punya stok daging ataupun sayur yang hampir selalu dibiarkan hingga busuk. Tentu Alex tidak bisa mendebat lagi saat diterpa kenyataan tersebut.

Niken lekas memakai apron karena dia tidak membawa baju ganti sama sekali dan tidak mau ada noda apapun dalam pakaian kerjanya.

"I thought we got dinner right after we arrived."

Niken membalas, "And I need to cook first. I said i'll serve you."

"God damn Niken. Jadi lo kesini gara-gara marah sama kalimat gue tempo hari? And end up teasing me out?"

"Lo selalu berpikir buruk ke gue."

"I said, They just curious what behind the clothes. not how it taste behind the clothes. I can guarantee they just don't know yet what it's actually taste." Alex mendekati Niken di dapur, "Then you upset."

"Gue kesel by the time. Dan gue ga berniat memperpanjang kemarahan gue sejak lo pergi dari kamar. Gue kesini karena tadi lo bilang ada dinner. Gue inget-inget gak ada jadwal dinner apapun so I think, you invite me to this dinner. Dan gue lagi gak godain lo in any way."

"Tapi gue sudah terlanjur mikir kalo lo mau ajak gue main. So what should I do to turn it off?"

"Itu salah lo sendiri berekspektasi terlalu jauh. Atasi sendiri."

"So I really have to finish it by myself, Niken? You gotta be kidding me."

"I am not kidding you." Niken berkata penuh penekanan pada setiap katanya sambil mencuci sayuran yang akan dia gunakan untuk memasak tanpa berniat sedikitpun untuk menanggapi Alex. Karena memang tidak ada niatan bagi Niken seperti apa yang Alex katakan. Bukan seperti itu niatnya datang kemari.

Ketika suasana menjadi terlalu hening bagi Niken, ia hanya merasa jika sesuatu begitu janggal hingga ia membalikkan badan dan melihat apa yang terjadi.

"Demi Tuhan, Alex! What the fuck you doing?!"

Jawaban Alex makin membuat Niken tidak habis pikir. "Finish myself." Katanya dengan tenang.

InsanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang