19. The Truths and The Gossips

664 47 0
                                    

Selidik punya selidik, ternyata Arsen sudah menjadi salah satu the most wanted single man in town selepas Niken kembali ke Australia di malam saat ia memergoki Arsen di Sevel. Banyak versi gossip diluar sana yang untungnya tidak ada satupun yang benar. Meski gossip-gossip itu diyakini bikin Niken depresi jika ia menyadarinya tiga tahun kemarin. Gossip yang paling kuat adalah; Arsen dicampakkan oleh cewek yang ia cintai mati-matian, setelah bertahun-tahun bahkan Arsen masih menunggu mukjizat.

Sudah jatuh, ditimpa tangga. Sudah menemukan pacar selingkuh, endingnya malah Niken yang diterpa gossip miring seolah Nikenlah yang salah. Didukung dengan testimoni mantan-mantan Niken yang cari panggung dan menghakimi Niken bahwa Niken memang cewek yang memiliki hobi menyakiti hati pria.

Menemukan fakta-fakta itu tentu susah-susah gampang. Susahnya adalah bagaimana Niken berusaha memakai cara cantik meski keingintahuannya benar-benar sulit dibendung. Keesokan harinya, Niken lantas mencari tahu kabar Yoyok, memastikan lokasi Yoyok yang untungnya masih dikota yang sama lalu berpura-pura untuk tidak sengaja bertemu dengan Yoyok. Dari situlah semua cerita mengalir dari Yoyok. Dari versi cewek selingkuhan Arsen, versi Arsen, dan bahkan versi khalayak umum.

Satu pertanyaan yang Niken belum pasti jawabannya dan untung Yoyok bisa menjawab. Kenapa juga Arsen milih Sevel untuk tempat ngedate? Ya itu, karena Arsen tidak mau orang lain tahu dia punya cewek lain. Karena Arsen memang tidak punya rasa kepada cewek itu selain rasa kasihan karena cewek itu sedang sakit.

Entah Niken harus bangga atau malah jadi insecure karena ternyata banyak orang yang kini mengenalnya sebagai mantan legendaris Arsen Adam. Tidak sampai hitungan 24 jam, ia dikirimi pesan-pesan permintaan konfirmasi dari teman-temannya, apakah sang mantan legendaris itu adalah benar dirinya atau bukan? Ada juga teman-teman yang mengirimi laporan bahwa Niken sedang dijadikan topik hangat di banyak grup.

Jika ditanya mana mantan yang paling membuatnya menyesal, tentu Niken akan bilang Arsenlah yang paling ia sesali karena memiliki kepribadian hangat, berwawasan luas dan pandai bersosialisasi. Rating Arsen bahkan mengalahkan penyesalan Niken dengan semua mantannya yang berotak udang dan pencari sensasi.

Satu hal yang membuat Niken salut terhadap dirinya sendiri, bagaimana bisa Niken tidak tahu semua itu terjadi dan malah baru menyadarinya saat ini. Ya, Niken salut akan kebodohan dirinya. Hanya karena patah hati Niken bisa-bisanya memblok kehidupannya dari segala hal di Indonesia.

Telepon kantor Niken berbunyi dan ketika ia mengangkat panggilan, satu suara yang telah Niken kenal, "Lo dimana? Lo ok?" ini Alex.

"Dikit lagi aja kayaknya gue gila, deh."

"Dimana lo?"

"Di meja gue."

"Oh syukur, deh. Ponsel lo kemana? Hana nanyain lo mulu."

"Ada diatas meja gue. Gak berani gue lihat karena bikin gue makin mumet. Gue nanti telepon Hana deh."

"Ya udah, lo berusaha cuekkin. Nanti balik bareng gue."

Niken dengan kesadaran penuh kemudian menekan tombol end phone di telepon kantor lalu mendial nomor ponsel Hana. Selama setengah jam, yang Niken katakan hanya kata-kata menenangkan untuk Hana. Bukan karena Hana, melainkan karena diri Niken sendiri. Perhatian dan kekhawatiran Hana saat ini dikategorikan sebagai ancaman bagi Niken. Pertama, ia takut kandungan Hana menjadi kenapa-kenapa lalu Niken jadi merasa bersalah. Kedua, Niken betul-betul membutuhkan ketenangan saat ini.

Bahkan Hana saja sudah tahu gossip apa yang menerpa Niken.

***

Untung saja Niken hanya rakyat biasa. Bukan selebriti atau bagian dari keluarga kerajaan. Kalau begitu, gossip ini pasti sudah berupa skandal.

"Gak apa-apa, Lex. Gue tinggal dirumah aja. Kalo lo cuma cari kesempatan dalam kesempitan, gue ladenin lo nanti deh, janji." Niken akhirnya memilih setuju untuk pulang bareng Alex.

Alex sambil menyetir mulai terpancing emosinya. "Ken, gue gak suka ya kalo lo udah mengkotakkan diri gue punya niat yang enggak-enggak sama lo."

"Ya lo kenapa ngurusin gue banget? Ini kayak bukan lo. Kalo lo beneran niat baik, lo pasti ngajak gue jalan semingguan lagi. Lo bakal biarin gue sendiri sekarang. Kenapa lo tiba-tiba ajak gue tinggal bareng?"

"Hana yang minta."

"Kenapa?"

"Karena dia tahu, gak mungkin lo mau tinggal bareng dia dan Dave."

Niken makin tidak habis pikir dengan semua orang. "Ngapain juga gue tinggal sama lo-lo pada. Gue punya tempat tinggal."

"Lo pikir aja deh, kenapa. Sambil lo pikirin juga tuh, kenapa juga Hana ngebiarin lo masuk kandang buaya."

Niken gagal kesal lalu menahan tawa. "Mana kandang buaya?"

"Udah lo gak usah banyak kata. Gue tahu gimana Hana lihat gue dan makin parah ternyata sahabatnya gue ajakin FWB."

"Lo tuh sadar diri tapi gak mau ngaku, ya?"

"Debat selesai, lo tinggal sama gue. Di tempat gue." Alex masih menahan kesabarannya dengan tidak memperpanjang perdebatan.

"Lex.. lo ngapa jadi ikutan lebay kaya Hana? Dia wajar ibu hamil. Elo?"

"Ibu hamil itu bikin suaminya mumet sampe minta gue jelasin apa yang terjadi. Hasil akhirnya ibu hamil itu minta lo tinggal bareng gue. Suaminya maksa gue buat nurutin."

"Kok jadi ribet, ya?"

"Elo yang ribetin hidup gue. Udah baik syaratnya cuma lo yang musti pindah ke gue."

"Sorry, deh. Nanti gue yang jelasin ke Hana."

Alex melepas tangannya dari kemudi karena mobil mereka benar-benar berhenti di kemacetan. "Coba aja kalo lo bisa."

"Apa yang gue gak bisa?"

"Inilah, Ken, salahnya elo cuma satu. Lo terlampau percaya diri. Gue salut bahkan setelah apa yang terjadi sama lo, lo tetep percaya sama diri sendiri. Tapi lo bikin orang-orang disekitar lo gak bisa buat bantuin lo. Mereka berhak bantuin lo, Ken."

"Gue gak mau orang-orang jadi susah sama drama dihidup gue aja."

"Gak semua orang menolak untuk direpotkan bahkan setelah mereka ngeruk bumi demi lihat orang yang mereka harapkan bahagia." Ketika Alex mendapatkan fokusnya kembali, buru-buru ia menginjak pedal gas karena ternyata sudah tertinggal bermeter-meter dari kendaraan di depannya.

"Lo bahkan barusan bilang kalo gue ribetin lo."

"Tapi apa gue nolak? Lo udah gue anggep temen sendiri."

"Maksud, gue, Lex. Ini tuh udah lebay banget, sampe nyuruh gue buat tinggal sama Hana, bahkan sama lo. Dirumah ada Bibi, gue juga gak tinggal sendirian."

"Hana gak merasa itu jadi solusi. Kemarin-kemarin saat di Solo lo beneran mengkhawatirkan. Semuanya lo salurin ke pekerjaan. Maksudnya bukan supaya lo ada yang nemenin. Tapi supaya ada yang membantu lo bertahan."

"Gue gak mungkin bisa jawab enggak, nih?"

Kepala Alex menggeleng lemah tidak percaya. "Setelah gue dengan sabar ladenin bacot lo dari A sampe Z? Yuk, Ken, bagusan kalo kita langsung adu jotos aja."

InsanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang