16. Little Bit Getting Better

654 43 0
                                    

Tidak, mereka bukan seperti tikus dan kucing. Bukan pula perbandingan lain yang mengambarkan tentang permusuhan. Namun keduanya memang tidak bisa menjadi selayaknya dua orang dewasa yang berteman. Pasti selalu saja ada olok-olok dan bercanda sarkasme diantara mereka. Untung saja jika menyangkut pekerjaan mereka berdua akan bertindak sangat professional.

Kini lihatlah mereka, suasana tiba-tiba saja mencair setelah bermain UNO entah karena apa. Tidak ada bekas-bekasnya bahwa mereka pernah menjadi teman dengan cara komunikasi tidak normal. Kalau rumput bisa bicara, mereka pasti telah menertawakan Niken dan Alex.

Secara tidak tersirat, keduanya seperti memiliki telepati yang mengatakan bahwa mereka telah memiliki hubungan yang lebih baik sebagai teman. Dan semoga saja itu akan terus berlangsung mengingat NIken belum ingin memiliki drama seputar pria.

Pagi itu Niken diantar ke rumahnya karena semua baju dan alat riasnya berada disana. Niken belum ada rencana untuk membawa beberapa ke kondo Alex. Niken suka ketika kedatangannya ke kondo Alex merupakan kunjungan, bukan untuk menetap sementara. Karena pekerjaan Alex dijadwalkan di lapangan, maka setelah Alex menunggu Niken bersiap dengan pakaian kantornya, mereka pergi Bersama untuk mendrop Niken di kantor.

"See you." Alex sedikit menunduk melihat Niken yang sudah berdiri.

"See you." Niken menutup pintu penumpang lalu langsung mengarah ke lift menuju lantainya.

Mungkin karena Niken merasa dia telah menceritakan sedikit pengalaman pahitnya terhadap Arsen kepada Alex sehingga Niken merasa Alex dapat dipercaya? Atau karena Alex dan Niken memiliki kehidupan yang beda tipis? Entahlah. Yang pasti keduanya menyadari hubungan mereka yang sedikit lebih mencair dan keduanya tidak keberatakan akan hal itu.

Hari itu masih sama seperti kemarin. Niken melakukan pekerjaannya, review interior, review design dan ajakan makan siang Arsen. Tentu Niken tidak bisa menolak ajakan itu tiba-tiba setelah hari biasanya ia selalu menerima ajakan Arsen pun kiriman makan siang dari Arsen. Juga Niken belum mau untuk menolak ajakan Arsen. Diam-diam dia juga senang ketika Arsen mengajaknya makan siang Bersama diluar. Hal itu bisa membuat Niken merasa endorfinnya bertambah.

Tapi endorfinnya tidak bertahan lama untuk berada di level tinggi. Ketika dia balik ke mejanya setelah jam makan siang, sudah ada Arsen duduk di kursinya.

"Gue terawang, lo kayaknya habis makan siang bareng cowok. Cowok yang itu." Alex memperjelas ketika dia menangkap ekspresi Niken yang seolah menantang Alex untuk menebak siapa cowoknya.

"Ya iyalah. Gue kan tidak dapat ditolak."

"Laga lo! Mana makanan gue?"

"Makanan apaan?"

"Gue text lo nitip beliin makanan, Ken. Parah lo lupa diri banget."

Niken buru-buru mengecek ponselnya dan benar saja ada 5 pesan belum dibaca dari Alex.

"Sorry, deh. Gue delivery aja, ya?" Niken merasa tidak enak entah mengapa.

"Lo yang traktir gue fine."

"Iya dah. Lo sengaja banget cuma kirim text biar gue gak denger jadi lo bisa minta traktir? Lo juga bisa telefon gue kan?"

Alex tertawa sanksi. "Kalo gue telefon lo, ntar gue yang lo sembur gara-gara ganggu acara lo."

Iya juga sih. Batin Niken.

"Dah gih, lo balik meja lo. Tau beres tuh makanan datang."

"Lo pesen aja belum, Ken. Ga ikhlas banget lo traktir gue gak pake nanya segala gue maunya apaan."

"Ya ampun Lex! Lo bener-bener deh ya? Yaudah lo cari sendiri mau apaan, ntar kirim gue alamatnya. Buruan lo pergi deh, masih banyak kerjaan gue."

Alex lantas bangun dari kursi Niken dengan wajah kemenangan.

***

Kalau bukan karena Hana sedang hamil, pasti Niken enggan untuk pergi ke rumahnya setelah pulang kantor. Jika dituruti akan bikin Niken Lelah karena perjalanan menuju rumah Hana memang dekat namun memiliki protokol yang rumit. Pasti Hana akan bertanya banyak hal, akan menawarkan makanan apapun bahkan kamar tamu khusus untuk Niken supaya betah berlama-lama dirumah Hana. Tapi jika tidak dituruti, Niken akan tambah Lelah karena Hana akan melakukan banyak hal ekstra agar Niken mau datang. Serba salahkan? Jadi Niken langsung bersedia pergi ke rumah Hana saat perempuan itu memintanya pertama kali tadi siang.

Bukannya apa-apa, rumah itu adalah rumah bos Niken. Meskipun segala fasilitasnya bikin semua orang betah disana, entah mengapa bagi Niken itu adalah tempat dimana ia tidak bisa bertindak sesuka hati selayaknya kepribadian Niken yang memang seperti itu. NIken seperti punya pembatas kasat mata dirumah itu, juga ia hanya merasa bahwa ia harus professional dirumah bossnya, meski kadang ia lupa diri.

Dan entah mengapa semenjak Hana hamil, Niken merasa bahwa Hana semakin peduli dan ingin ikut campur dengan masalah pribadi Niken. Dulu, pernah beberapa kali juga NIken menyembunyikan sesuatu yang seharusnya ia ceritakan kepada Hana sebagai seorang sahabat. Saat Hana akhirnya mengetahui kenyataannya, Hana hanya akan berusaha memaklumi Niken dan berpikir bahwa Niken Cuma butuh waktu untuk menceritakan hal-hal kepada Hana.

Tapi tidak untuk sekarang. Hana seperti punya tanggul yang bocor. Sangat susah bagi dia untuk menahan kepo dari Niken.

"Here I come, Mrs. Gitara!" teriak Niken saat ia berada di voyage rumah Hana sambil menahan kesal.

"Mandi, ganti baju, terus makan malem bareng, ok? Udah gue siapin di kamar lo."

"Gue gak nginep ya? Aduh udah deh makan aja makan buruan." Niken duduk di kursi meja makan tempat biasa ia duduk.

"Makanannya belum siap. Sambil nunggu mending lo mandi, pake baju yang lebih nyaman. Gue gak minta lo nginep."

"Iye, tapi lo diem-diem bakal nyuruh kunci semua gerbang ntar. Wawancara gue aja deh, buruan. Mau nanya apa lo?"

Hana yang ditawari begitu lalu nyengir sambil membawa Niken ke ruang tengah. "Sini deh, lo apa kabar? Gimana kerjaan lo?"

"Aman semua. Gue gak bertingkah."

"Arsen?"

"Masih sama aja."

"Alex?"

"Gak ada masalah juga."

"Masa sih semua adem ayem aja?" ulik Hana seperti dia adalah host acara gossip.

"Lo mengharapkan adanya huru-hara?"

Hana menaplek lengan Niken. "Eh bukan gitu!" Hana meralat pertanyaannya menjadi perintah, "Pokoknya certain deh kerjaan lo, Arsen, Alex atau malah ada cowok lain? Capek gue mah nanya lo dibercandain mulu!"

"Dih! Orang gue udah jawab bener-bener. Sama kerjaan either personal life, gue udah bisa lebih chill. Urusan sama Arsen juga gue lebih kayak jalanin aja. Kalo sama Alex, gue udah tau deh harus bersikap gimana sama dia. Pelan-pelan gue ingin kembali menikmati hidup gue kayak dulu, Han. Semoga aja gue segera bisa memaafkan dan menerima semua yang udah terjadi. Gue capek begini terus, tapi ya gue sendiri gak tau harus ngapain dulu makanya gue stuck disini-sini aja." Kata Niken yang kemudian mendapatkan elusan Hana di pundaknya.

"Alex gak macem-macem, kan? Dave tau gak? Kalo gue kasih tau Dave gimana? Gue kok ngerasa kayak lo perlu jauhin Alex, sih?"

"Alex juga nanya begitu. Kalo lo mau kasih tau si boss, ya kasih tau aja. Tapi gini deh, Han. Lo percaya gak? Semalem setelah gue balik dari rumah lo kan gue nginep di Alex, lo tau kita cuma ngapain? Main UNO, nonton, makan, kissing sekali aja kebutulan terbawa suasana dan udah, gue tidur di kamar yang beda dari dia. Lo kaget gak sih? Kesannya kok kayak gue yang ngarepin bakal terjadi sesuatu, ya? Masalahnya, lo tau lah apa maksud gue."

Hana menggeleng secara tidak sadar. "Lo gak salah. Kalo gak terjadi apa-apa, berarti ada yang salah sama Alex."

InsanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang