Part 10

2K 49 0
                                    

Hallo guys i'm kambing. Haha

So happy reading

And warning typo bertebaran di mana mana. Hahaha





Lessa mencari arah suara itu , ia meliaht sosok laki laki yang sangat ia kenali. Ia Marko teman sekelasnya. Laki laki itu masih mengenakan pakaian sekolah , Lessa melirik jam tangannya seharusnya ia sekolah sekarang.
Marko memastikan lagi sekali. Ia menatap Lessa.
"Loe Lessa kan?"

Lessa mengangguk. "Ia Ko. Ini aku. Kamu ga sekolah?"

Marko tersenyum senang ia akhirnya bisa bertemu dengan Lessa juga. Sudah lama Lessa tidak ke sekolah ia merasa ada yang hilang. Dapat sekali Marko kerumah Lessa untuk memberikan catatan tapi rumah itu kosong. Ketika ia bertanya kepada tetangga dsana semua bungkam..

"Kamu tidak sekolah Ko?" Tanyanya kedua kalinya

Marko tersenyum dan menarik kursinya. Tanpa rasa canggung ia mengusap kepala Lessa. Lessa hanya tersenyum. Ia sangat merindukan sentuhan hangat itu. Ya tuhan kenapa rasa sesak kini kembali menyerangnya sudah cukup keluarganya yang tak lagi ada kini suaminya entah kenapa berubah dengan cepat.

Marko melambaikan tangannya di depan wajah Lessa "Hello Lessa kau mendengarkanku?" Lessa mengerjapkan matanya.

"Ah? Tidak. Oh ya kamu tidak sekolah Ko? Jangan sampai aku mengulang pwrtanyaan ini yang ke empat kalinya." Ucapnya dengan nada kesal namun terukir senyuman di sana.

Marko hanya tertawa , sebelum ia menjawab pelayan sudah datang membawakan pesanannya.

"Badmood" ucapnya cuek

Gila aja aku dengan susah payah memikirkan cara agar bisa sekolah lagi dan ketemu teman teman dan ini? Dasar otak udang , dengan seenak dengkul mengatakan badmood? Oh my god. Ingin rasanya aku menarik rambutnya.
Lamunan Lessa tak juga tersadar dengan lambaian tangan Marko di depan wajahnya. Dengan gemas Marko menarik hidung Lessa , ia merintih kesakitan.

"Emm Marko" kata manja itu tak sengaja ia ucapkan. Sangat sulit menjadi Lessa yang dewasa , karena semenjak dulu ia selalu di manja. Mungkin sekarang ia berusaha untuk dewasa , karena meskipun umurnya masih 17 tahun, namun ia sudah berkeluarga. Apalagi dia kini memiliki calon anak.

"Aku bertanya padamu Lessa sayang"

"A... apa? Maaf aku tidak mendengarnya hehe"

Marko hanya menggelengkan kepalanya. Sebelum ia mengulang pertanyaannya , ia mengambil pesanan Lessa terlebih dahulu. Karena ia tidak memesan apapun. Lessa hanya berdecih namun juga tersenyum.

"Sekarang kamu tinggal di mana? Kenapa tidak sekolah?"

Mendengar pertanyaan yang sangat ia hindari itu meluncur dengan lancarnya di bibir Marko membuat wajah Lessa lesu. Ia ingin menceritakannya , tapi ini tidak mudah. Dengan mengalihkan pertanyaan laki laki di depannya , ia melihat jam yang menempel lekat di tangan kirinya.

"Em Ko. Sepertinya kita sudahi dulu pertemuannya. Aku ingin kerumah sakit dulu. Kak Lesso sendirian di sana."

Marko mendesah frustasi baru saja ia bertemu dengan Lessa , kini dengan cepat wanita itu meninggalkannya. Sebelum Lessa pergi , Marko menahan tangan Lessa. "Boleh aku minta nomormu?"

Lessa tersenyum dan mencatat nomornya di ponsel Marko.

****

PRANGGG

Dero melempar gelas yang ada di mejanya dengan kesal. Ketika ia kembali kerumahnya ia tidak mendapatkan sosok wanita yang kemarin ia nikahi di rumahnya. Kini ia mendapat laporan jika Lessa berada di cafe dan bersama seorang laki laki. Ia tau siapa laki laki itu. Karena ia merupakan anak didiknya.

Rasa kesalnya tak bisa di bendung lagi. Dengan kesal ia meminta orang orangnya mengawasi Lessa. Selang beberapa menit ia mendapat kabar jika Lessa peegi kerumah sakit. Tanpa di ikuti lagi ia tahu siapa yang ia jenguk.

"Kau akan terima balasannya Lessa." Geramnya

****

Flashback

Dero dengan cepat mencari tempat persembunyian. Tangisnya tak bisa ia hentikan. Rasa takut , sedih , lelah semua bercampur menjadi satu. Ia merasa bodoh mengikuti kata kata ibunya untuk pergi. Ia tidak akan meninggalkan ibunya , ia bersembunyi di semak semak. Suara langkah kaki semakin mendekat , ia menutup mulutnya agar tidak bersuara.
"Cha... Chandra" ucap lirih ibu Dero

Laki laki itu tertawa ia menarik rambut wanita itu. "Masih bisa berbicara hmm?"

"Le..lepas kan a...aku Chan"

Tarikannya semakin kencang."jangan sebut namaku jalang" teriaknya " seharuanya kamu mati saja. Gara gara kamu hampir saja istriku mengetahui hubungan kita" wanita itu tidak bis berkata apa apa. Ia hanya menahan sakit atas tarikan Chandra.

"Kenapa kau diam ahh? Awalnya aku ingin membetikanmu tiket untuk pergi keluar negeri , tapi dengan kecerobohanmu memberikan foto sialan itu rasa kasihanku hilang seketika. Lebih baik kau mati saja."

Dorr

Tembakan itu dengan mulusnya mengenai perut ibu Dero. Sedangkan Deri ia mebahan jeritannya. Tangisnya makin menjadi jadi seandainya ia tidak mebutup mulitnya mungkin ia juga akan ketahuan.

"Mom" isaknya




Flashback off

Air mata Dero tak bisa di bendung lagi. Ia kini mengepalkan kedia tangannya. Ia akan mengahncurkan keluarga Chandra Chan. Ia merasa kesal kenapa laki laki itu harus mati , seharusnya di tangan Dero darah itu bercucuran.

Tapi karena itu sudah terjadi. Ia tak ingin rencananya pupus begitu saja. Dengan ide gilanya ia akan membalaskan dendamnya kepada Lessa.


Hoho gimana gimana ? Masih jelek ? Ga jelas ? Hikss hikss maafkan thoour yang masih baru ini.

Thoour bingung mau buat ceritanya gimana.

Ngerasa setiap story yang thoour buat kok ga dapet feelnya yah?

Semoga kalian ga boseb yah? Thoour juga berusaha buat yang terbaik.

Dari readers , votment itu juga sedikit banget jadi jujur thoour kurang semangat untul buat.

Padahal uda sampai part 10.

Tapi thoour ga mau ngecewain para readers yang uda naruh cerita thoour di perpustakaanya

Maka dari itu kasi thoour semangat dong dengan votmentnya.

Kalo readers dan votmentnya mencapai target (thoour ga sebutin targetnya berapa sengaja) bakalan updt cepat , bisa lebih updtenya di hari itu juga.

So cuap cuap halp me

Thoour

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang