Part 22

1.1K 57 0
                                    

Happy reading guys

And

Warning typo bertebaran


Dengan perasaan campur aduk Dero menghubungi Lessa. Ia benar benar khawatir dengan keadaan istrinya. Ia sudah meminta pengawalnya mencari Lessa tapisampai sekarang belum ada tanda tanda ditemukannya Lessa.

Ketika dengan gelisahnya ia menghubungi Lessa. Terdapat seseorang memeluk pinggangnya. "Lebih baik kamu duduk sayang. Atau perlu aku pijitin?"

Dero melepas pelukan Dea dengan sedikit kasar. Jika bukan karena wanita ini Lessa tidak akan pergi. Ia memutar badannya melihat Dea tersenyum. "Ini semua karena kamu" teriak Dero

Dea hanya diam sambil menatap Dero dengan perasaan kaget sedih dan kesal. "Jika kau tidak datang semua akan baik baik saja mengerti?" Lanjutnya lagi

"Apa sih bagusnya istrimu itu ahh? Aku aku yang pantas. Aku yang bisa membahagiakan kamu."

"Apa tahumu tentng bahagia? Dulu ia kau tau kenapa? Kareba kau hanya pelacurku melampiaskan balas dendamku kepadanya. Jadi sekarangkau sudah tidak berarti lagi"

Mendengar semua itu membuatnya marah. Bukan bukan karena kata 'pelacur' tapi kata tidak di butuhkan lagi ia benar benar marah.

"Apa aku harus membunuhnya dan merebutmu kembali? Okey!" Ketika Dea ingin keluar tangannya telah di cekal dengan kerasnya. Ia meringis kesakitan. "Jika kau menyakiti istriku lecet dikit sekalipun nyawamu dalam bahaya."
"Kau tidak mungkin melakukannya Dero"
"Hahaha kenapa tidak? Kau lupa dulu aku seorang psikopat. Apa kau lupa? Wanita tidak berdosa saja pernah aku bunuh apalagi wanita iblis sepwrtimu?"

Dea melepas cekalan Dero dan pergi meniggalkannya. Tanpa Dero sadari Dea merekam semua pembicaraan mereka. Dan sekrang tinggal menjalankan rencana selanjutnya. Dea mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang.

***

Lessa masih menangis di tempat yang sama dan yang mendampingi orang yang sama. Ia menggenggam ponselnya dengan begitu erat. Ketika ponselnya berbunyi untuk kesekian kalinya ia masih kukuh menekan tombol merah.

"Jika tidak ingin mengangkat lebih baik silent aja." Ucap Marko

Lessa menatap Marko sambil tersenyum. "Aku memang tidak ingin mengangkatnya tapi aku sangat merindukan kekhawatirannya. Entahlah itu menuturmu aku aneh atau apapun. Aku memang kecewa tapi entah kenapa hatiku berkata lain."

"Menurutkuapa yang kau lakukan sangat benar. Lebih baik kalian seperti ini. Selain usia kalian yang terpaut jauh dan mungkin perasaan kalian hanya sepihak."

Mendengar penuturan Marko Lessa berpikir. Apa benar yang dikatakan temannya lni. Mungkinkah perasaan Dero kepadanya hanya sesaat? Atau bahkan ia tidak mencintainya?

"Tapi, ia mengatakan sayang kepadaku Ko"

Marko menyentuh wajah Lessa "Lessa dengar. Sayang itu mudah diucapkan. Aku bahkan bisa mengatakan lebih dari Dero. Tapi apa kamu mengetahui perasaannya? Kalian menikah bukan dasar cinta. Bahkan ia telah membunuh janinmu." mendengar kata janin Lessa menitikkan air mata. Ia teringat calon anaknya yang seharusnya masih berada di perutnya. Bahkan akan melihat dunia.

"Sstt jangan menangis. Lebih baik kau pikirkan baik baik Sa. Aku mengatakan ini karena aku peduli. Jika memang dia mencintaimu dia pasti tidak memeluk wanita lain kan?"

Lessa mengusap air matanya dan menatap Marko dengan lembut. "Kamu benar ko. Ga seharusnya aku nangisin dia. Seharusnya aku sadar jika ia tidak benar benar melupakan Dea. Bisa saja mereka bermain api di belakangku. Kamu benar ko."

Mendengar hal itu Marko tersenyum dengan tipis bahkan terkesan sangat licik. Lessa tidak menyadari perubahan temannya.

Lessa beranjak "aku harus pulang dan ya kau mengertilah"

Marko menagngguk dan mengelus kepala Lessa. "Aku selalu ada untukmu Sa. Jika kau perlu sesuatu hubungi aku."

***

Dero bernafas lega karena Lessa kembali kerumah. Ia segera memeluk Lessa dengan erat sedangkan wanita itu hanya diam tanpa membalas. Ketika Dero melepas pelukannya ia melihat mata Lessa bengkak. Di sentuhnya wajah Lessa dengan lembut. "Maafkan aku Lessa"

Lessa hanya diam. Ia meresapi sentuhan hangat dari Dero. Mungkin yang terakhir kalinya.

"Ayolah sayang katakan sesuatu. Aku tidak bisa melihatmu berdiam seperti ini."

Lessa menyentuh tangan Dero. Ia menatap Dero sangat dalam. "Akuu...."
Dero menatap istrinya sambil tersenyum. "Ingin berpisah" lanjutnya

Seperti tersambar petir Dero menjauhkan tangannya dari wajah Lessa. "Haha lelucuan apa ini? Kamu pasti lelah. Lebih baik kita istirahat.

Ketika Dero menarik tangan Lessa. Lessa langsung menepisnya dengan lembut. " aku serius Dero"











Hai hai sorry thoour updt nya lama. Habis selese ujian sekolah dan menenangkan pikiran dulu (bahasanya 😁😁) okeh dan thoour mau ngucapin maaf dan makasai... Kenapa?
Maaf :ceritany berbelit. Kenapa thoour ga selesein cepet karena konflik yang kemarin masih blm terselesaikan jadi harus memutar otak gmana caranya biar selese. Dan itu benar benar tidak ada di otak mungil thoour ini. Jadi mohon mklum yah

Makasi : thoour ga bakalan pernah bosen bilang ini. Karena kalian masih setia sama cerita abal abalan ini. Bahkan smpe votment masukin ke reading lists.

Jadi makasii yahh. Kalian jangn bosen sama ceritanya yahh... Hehe

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang