#Hujan di Kala itu

257 24 4
                                    


Sebagai catatan, meski judulnya rada-rada bikin Baper, tapi di bagian ini sama sekali gak mengandung unsur Romance, apalgi Bromance. Ini cerita tentang 3 anggota Inti Kampret, gue-Fandi-Esa.

Kisah ini bermula setelah jam pelajaran selesai, sekitar jam 13.45. menjelang UN anak kelas 12 dapet porsi cinta tambahan dari guru, biasanya sih disebutnya jam tambahan. Jam tambahan ini juga di sebut Les Gratis. Nah berdasarkan fakta yang ada, harga selalu sejalan dengan kualitas. Dibandingkan bimbingan belajar, kegiatan ini lebih tepat disebut penjejalan materi pelajaran yang udah kabur terbawa angin dari kelas 10 dan 11. Gimana enggak, otak udah gak work dan sekujur organ tubuh udah berontak, tapi kita masih harus dipaksa menelan sejumlah huruf dan angka khas anak IPA. Ya, gue anak IPA, IPA gagal.

Kembali ke cerita. Sebelum mulai jam tambahan jahanam itu, kita di kasih waktu istirahat, buat Sholat juga sih. Biasa lah menjelang UN emang banyak orang yang mendadak jadi Religius, sebagai penghuni Masjid, gue ngerti banget fakta itu, soalnya gue waktu SMA masih di antar jemput sama Bokap, bukannya manja, ortu sibuk, jadi saat antar-jemput adalah saat dimana gue bisa ngobrol sama bokap—jadi baper dan kangen gue masa-masa itu—Oke lupakan. Jadi bisa dibilang menjelang UN dan bulan Ramadhan adalah hari Bulan Tobat Nasional.

Alkisah saat itu baru aja hujan deras dan jalanan masih pada becek. Tapi tetep, kita bertiga ke masjid bareng-bareng. Awalnya gak ada yang aneh, gue masih bully Esa dengan bebas dan gak ada apapun yang terkesan gak wajar.

Pas balik gue yang emang 'agak' gak bisa diem akhirnya iseng nendang-nendang kaki ke udara bebas dan nyipratin air ke si Fandi. Kejadiannya bisa diabaratkan film Action dimana gue sebagai tokoh jahat dan si Fandi jadi tokoh baik bernasib naas. Fandi bisa ngehindar dengan gampang dan bikin keputusan tepat dengan jalan di belakang gue. Itu keputusan yang tepat sebenernya, tapi air kaya'nya terlalu mencintainya. Waktu sampai di Mushola sekolah (jangan tanya kenapa kita gak sholat disana), Fandi dengan indahnya kesiram air dari atas, air bekas buat ngepel.

Sebagai temen yang baik tentu gue ngasih sokongan dukungan cerdas berupa, "Mampus lu," yang sejujurnya gak bantu.

Gue gak tau gimana nasib selanjutnya si Fandi, gue sama Esa itu anak IPA (IPA gagal) dan Fandi dari IPS, jadi kelas kita beda. Satu yang pasti, esok harinya dia gak sakit dan masih sehat-sehat aja, padahal waktu kesiram suhu juga lagi dingin, kaya'nya Tuhan masih sayang sama dia.

***

Mari gagal Move on dan beralih ke Masa SMA bareng para Kampret.

Ini baru beberapa bulan lalu, hampir setahun yang lalu, masa-masa yang indah emang (karena bukan gue yang jadi korban)

[Ion Arfeus]


Diari ala GueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang