#Mi(e)Instan

219 19 15
                                    


Dengan menulis ini, mungkin gue udah bisa jadi anak kos sejati. Lengkap sudah kelengkapan perjalanan gue sebagai anak kos.

Menurut salah satu dosen gue, kriteria anak kos sejati adalah udah pernah hutang temen buat bertahan hidup dan udah pernah kena sakit perut karena gagalbertahan hidup. Udah gue revisi, aslinya sih cuma pernah hutang sama sakit perut, gue kasih improvisasi dikit biar lebih keren. Oke, lupakan.

Tapi menurut gue, ada hal yang lupa disebutkan oleh dosen gue, yaitu udah pernah mengerti gimana dan seberapa hebat kekuatan sebuah mie instan.

Mari kita bahas satu-satu keindahan masa hidup gue sebagai anak kos dalam beberapa bulan ini.

Gue udah pernah hutang temen gue. Hutang ini bukan hutang semacam bayarin makan dulu atau gimana, itu gak masuk kriteria gue. Hutang di sini adalah hutang yang bener-bener hutang, yang minjem uang secara langsung, gitu.

Jadi alkisah, temen gue mau balik ke Jepara dan dia kehabisan bensin. Akhirnya dia minjem uang gue. Mintanya 20, gue adanya 50. Berhubung gue emang males repot dan gak mungkin juga uangnya gue sobek 2/5 nya, akhirnya gue kasih 50 rb. Nah, begonya, itu lembaran terakhir gue selain satu lembar 10rb dan beberapa lembar 20rb, sedangkan itu hari Jum'at. Akhirnya, temen gue yang lain mau balik ke Jepara juga (kebetulan 1 kos). Akhirnya gue minjem dia. Dan begitulah awal mula gue ngutang. Inget, kata dasarnya 'Hutang', bukan 'Kutang'.

Soal perut sakit, yah ini biasa aja sih. Gue punya Maag emang, tapi gak terlalu agresif, pernah kambuh cuma 1x pas Ujian Akhir Semester waktu kelas 2 SMA, kampret ue jadi susah fokus. Masa lalu. Pas ngekos gue pernah sakit perut gara-gara mager beli makan, dan sampai akhirnya kelanjutan dan gue sakit perut, udah gitu doang.

Nah, ngomongin soal Mi nih. Pasti udah khas banget kalau mi itu makanan anak kos, kan. Mungkin sudah saatnya UNESCO menetapkan Mi Instan sebagai makanan khas anak kos seluruh Indonesia, entah dari masa kapan.

Mungkin masih banyak dari kalian yang mikir kalau Mi Instan itu remeh dan gak sehat. Tapi di sini lah gue mau memberitahukan kepada kalian seberapa hebatnya mi instan itu.

Kalian perlu mengerti potensi pembelajaran yang bisa kita dapat dari Mi instan. Mi instan ini, jika kalian cukup peka untuk sadar, telah mengajarkan sebuah pembelajaran bahwa hidup itu harus banyak bersyukur atas apa yang telah kita miliki, hak mendapat makan nyata, dan selalu ada waktu yang tepat untuk segala sesuatu.

Saat kalian sudah terjebak dengan sebuah Mi Instan (emang gak ada atau gak bisa makan yang lain), kalian perlu sadar bahwa kalian telah menyia-nyiakan banyak kenikmatan yang kalian miliki. Gue jadi tau seberapa beruntungnya gue bisa makan tiap hari kalau di rumah, meskipun kadang gak gue makan karena gak suka. Tapi ya udahlah, seenggaknya gue udah dapet amanat tentang nilai kehidupan dan rasa syukur.

Mi instan juga mengajarkan kita bahwa setiap orang berhak makan. Kenapa mi isntan jadi makanan khas anak Kos, karena terjangkau—oke, murah. Sekali makan di Warteg itu kisaran uang yang perlu kita keluarkan minimal 6rb buat makan dan minum, inget minimal dan itu pun tergantung daerah juga. Gak ada Asosiasi yang menaungi dan menentukan standar harga makanan di warteg seluruh Indonesia. Sedangkan Mi? 2rb 3rb juga dapet, pilihan rasanya juga udah banyak. Sayangnya gue gak dan males nyoba rasa-rasa itu, jadi ya stuck di rasa itu-itu aja. Miris. Orang setia mah gini.

Mungkin kalian gak tau fakta ini, tapi gue kasih tau bahwa makan mi instan itu ada waktu yang tepat. Kenikmatan mi instan ini bakal lebih terasa—terutama kalau mi rebus—kalau waktu makan nya pas, misalnya pas hujan atau pas tengah malam. Ada aja kenikmatan tersendiri dari 2 momen itu buat gue. Dan sama kaya' mi instan, kita gak boleh terburu-buru, karena selalu ada kenikmatan tersendiri dari waktu yang tepat. Lagi (sok) bijak.

Buat tambahan informasi, Mi Rebus di warung sama buatan sendiri itu rasanya beda, kecuali kalau lo penjual mi di warung, ya sama aja. Kaya'nya, bisa aja kan kalau mereka bikin di warung sama bikin di rumah juga rasanya beda. Gue juga gak tau gimana atau apa ritual mereka sampai rasanya bisa se hebat itu. pas pertama kali gue coba makan mi di warung, gue jadi penasaran gimana rasa mi instan yang sesungguhnya. Mungkin itu akan tetap jadi misteri yang tak terpecahkan.

Dan gue juga baru tau kalau rasanya Mi rebus + Boncabe itu luar biasa. Best Couple abad ini lah mereka. Ya gue baru tau, kudet kan. Tapi seenggaknya ada yang lebih kudet dari gue, temen gue.

Mari kita merenungkan sejenak dan membayangkan gimana rasanya mi intan rebus+Boncabe saat di waktu yang tepat dan itu beli di warung, mungkin perpaduan yang luar biasa. Gue udah pernah kalau pas tengah malem atau pas ujan, dan ya rasanya emang enak banget. Cobain deh.

Semoga gue dibayar buat promosi ini.

Oke, gak mungkin.

Dan iya, mi emang gak sehat dan katanya bisa bikin cepet mati, tapi kalau gak makan itu malah jauh lebih gak sehat dan lebih cepet bikin mati dari pada makan mi.


***

Dalam KBBI, penulisan yang bener itu 'Mi', tapi karena udah terkenal sama nama 'Mie', yaudah judulnya gue bikin gitu aja. Bukan karena sengaja biar agak variatif atau apa. Yah, sekadar informasi. Dan tambahan, penulisan yang bener itu 'Sekadar', bukan 'Sekedar'. Gue baik kan. Ngasih tau tapi EYD sama penggunaan katanya malah ancur, wkwkwk.

Yah, gue abis ngetik ini, beberapa hari lalu, tanpa sengaja lihat beberapa Wacana tentang bahaya mi instan pas buka FB. Yah, mungkinkah ini yang disebut menjawab sebelum ditanya? Entahlah.

Sebenernya gue agak bingung mau pilih judul ini ata Derita ngekos, biar ada part 3-nya, tapi ya udah lah ini aja, biar lebih longgar (?).

Sekian, Makasih.

[Ion Arfeus]

Diari ala GueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang