#BatuHarta

347 33 5
                                    

Kita Flashback dikit ke masa kecil gue. Sebagai orang yang pernah jadi anak kecil, kita pasti pernah ada di fase yang menuntun kita untuk melakukan hal-hal gak wajar yang cuma berdasar pada imajinasi tanpa batas. Mungkin buat lo, hal itu cuma sekedar hal biasa. Tapi gue pernah mengalami banyak hal semacam ini secara bener-bener gak wajar, bahkan bagi anak kecil sekalipun.

Hari itu adalah hari libur di antara hari libur panjang, dan di saat itulah anak-anak mulai merasa bosan. Mereka akhirnya memulai kehidupan sosial yang gak Cuma sekedar dari media sosial kaya' sekarang. Akhirnya pagi itu gue main ke tempat Khoirul yang kebetulan lagi sama Rio. Mereka lagi kumpul di halaman rumah, yah bukan halaman rumah juga sih, soalnya ini barat daya rumahnya Khoirul dan rumahnya itu menghadap ke barat, ya intinya itu lah. Sebagai teman yang baik ditambah dorongan rasa penasaran dan bosen di rumah (faktor utama), gue akhirnya nyamperin mereka. Ternyata, mereka abis nemuin batu, ya batu, apa hebatnya coba sampai mereka fokus banget kaya' lagi rapat antar negara. Mungkin kita semua mikir itu penemuan gak penting, tapi setelah gue lihat ada hal yang gak wajar dari bentuk batu ini. Bentuk batunya jelas gak panjang lonjong kaya' sosis, jelas nggak. Nggak juga bentuknya kaya' lukisan Monalisa, enggak. Bentunya juga cukup normal sebenernya, nggak kaya' kumpulan zat kotor yang seringkali mengambang di kali dengan berbagai gradiasi warna. batu ini bentuknya itu kaya' telur, serius, dengan ukuran yang jauh lebih besar. Tingginya kira-kira 25 sentimeter, dan diameternya, kira-kira sendiri. Pokoknya bentuknya persis kaya' telur yang di Zoom berkali-kali yang entah gimana membatu.

Sebagai anak kecil yang secara alamiah imajinasinya lebih aktif daripada logika, tentu kita menimbang-nimbang sebenernya ini batu atau telur Dinosaurus yang membatu, wajar lah, namanya juga bocah. Tapi temen gue mulai membantah teori gue itu (iya, tadi yang bilang gue) dan mulailah percakapan 'In telek' kita.

Rio : "Ah nggak mungkin, ini pasti cuma batu biasa." (maklum, dia paling gede, jadi logikanya dah rada jalan).

Gue : "Kaya'nya ini emang telur dinosaurus yang batu deh, kan di logika aja (alah sok banget lo bocah, sialan), Dinosaurus kan udah dari ribuan tahun lalu, jadi wjaar kan kalau telurnya membatu."

Rio : "Ya, bener juga sih (labil banget ni anak, mau aja dikibulin bocah bego macem gue), tapi kaya'nya ini cuma efek pengikisan karena angin."

Gue : "Eh, jangan-jangan ini isinya harta karun lagi." (lah si anjeng, gimana caranya telur dinosaurus jadi harta karun).

Rio : "Nah, kalau itu mungkin aja." (dasar mata duitan).

Gue : "Gimana kalau kita buka aja," (malu gue sumpah).

Rio : "Bisa bertahun-tahun nih."

Gue : "Ya gak masalah, lumayan kan pas gede langsung kaya. Yah lagian gak ada salahnya dicoba, kalau ternyata emang bener telur dinosaurus ya lumayan di bawa ke Pemerintah, bisa terkenal, kalau bener isinya emas ya alhamdulillah kan" (Oh tuhan...)

Rio : "Oke lah, Rul, ambil alat ukir kayu sama beberapa palu." (lengkap sudah)

Khoirul : "Oke." (Dialog dia keren ya. Singkat, Padat, Jelas)

Akhirnya Khoirul balik bawa alat ukir kayu bokapnya sama 2 palu kayu. Jujur aja gue gak ngerti siapa yang paling bego dan apa motivasi terbesar kita. Kalau boleh nyalahin sosok lain, gue bakal ngetik, "entah setan apa yang bisikin kita waktu itu,". Tapi gak mungkin juga, gue gak mau fitnah setan. Kembali ke topik, akhirnya kita muali bikin rencana kerja. YA, RENCANA KERJA. Cuma bermodal tampang sok serius + Motivasi gak jelas yang hadir lewat gue, akhirnya kita membuat sebuah Rencana Kerja. Kita sok-sok'an ngukur diameter batu, padahal waktu itu kita bahkan gak tau kalau namanya 'Diameter'. Coba tebak siapa yang bikin rancangan rencananya, 'GUE'.

Kalau gue pikir-pikir lagi sekarang, si Rio kan yang paling tua, kenapa gak dia aja?

Mari kita telaah jawabanya, sejak awal si Rio ini yang paling 'sehat', dia sadar kalau kemungkinannya berhasil sukses dan bener itu kecil. Kedua karena Rio juga kekurangan motivasi, cuma sekedar tebakan, tapi kaya'nya sih bener.

Kembali ke cerita, kita mulai bekerja. Sebagai leader (somplak yang ngajarin hal gak bener) dan karena gue yang paling kurus (faktor utama), gue akhirnya jadi pengawas. Rio dan Khoirul yang kerja keras demi ambisi jahanam gue. Kita udah kaya' kuli bangunan, dengan gue sebagai arsiteknya. Mereka berhenti kalau gak karena ada adzan, laper, ya haus. Saat itu, kita tanpa sadar menggunakan prinsip, "Sebelum Adzan Maghrib berkumandang, tiap tetes keringat adalah proses kerja keras.", gak ngerti? Sama.

Akhirnya setelah 2 atau 3 harian gitu, akhirnya batu itu terbelah. Secara gak langsung kita telah melewati semacam distorsi waktu dimana perkiraan semula semua akan berakhir setelah beberapa tahun, justru berakhir Cuma dalam 2 atau 3 hari. Prestasi? Kagak. Bego, jelas.

Setelah batu terbelah jadi 2 (terbelah secara horizontal, bukan vertikal), kita akhirnya melihat isi yang ada didalamnya. Apa yang kita temukan?

Emas? Kagak.

Koin dari zaman purba? Kagak.

Tulang hasil Dinosaurus yang ikut membatu sama telurnya? Kagak.

Apa yang kita temukan ya gak lebih dari sekedar batu besar yang di belah buat dihancurin jadi kerikil-kerikil yang berakhir di toko bangungan, cuma itu doang. Sedih, nggak. Kecewa, enggak. Cuma kita sadar bahwa kita telah mebuang waktu utnuk kerja keras yang percuma. Sebenrnya ada sih sebercak kuning dikit, ya kalau gue dulu mah fine-fine aja dengan mikir bahwa itu bekas dinousaurus yang membatu lalu termakan waktu, tapi gue rada takut juga kalau itu pup yang membatu, dengan kata lain, apa yang kita belah adalah toilet portable, imajinasi gue udah mulai mengkhawatirkan. Tapi buat kedua makhluk itu, mereka sadar betul kebodohan mereka. Gimana gue tau? Keliatan dari tampang super kusut mereka. Ya untung mereka ini sadar diri, kalau mereka juga salah, mau aja percaya sama bocah ngasal macem gue. Tapi timbul sedikit kecurigaan dari gue, gue masih bisa ngetik ini itu bukan karena mereka sadar diri dan gak nimpuk gue pakai batu yang udah kebelah, tapi semata-mata mereka takut sama bokap gue, yang dianggap nyeremin, padahal kagak.

***

Oke Oke, jujur aja gue ngakak sendiri sekaligus malu kok sebego itu ya gue ternyata...

Ya, semua ini nyata pernah terjadi. Kalau gue boleh nyalahin, gue pengen nyalahin Bentuk Batunya
. Semua ini salahnya mengingat bentuknya emang persis banget kaya' telur, gak ada benjolan atau runcing-runcing gak wajar kaya' batu pada umumnya, bener-bener kaya' telur deh pokoknya.

Yah 1 lagi aib mengharukan yang udah gue umbar, makasih udah mau baca. Khusus cerita ini gue mau minta Vote dan Comment alau berkenan, kalau nggak, yaudah. Makasih udah rela buang-buang waktu kalian buat baca Aib gue, itupun kalau ada yang baca sih.

Sekian, Selamat Malam, dan ga ada Troll gue Triple Update kaya' sebelumnya, serius.

Ion Arfeus Ingus Ways, Salam Umbel. (cie gak ngerti)

[Ion Arfeus]


Diari ala GueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang