Ditelan Kura-Kura

111 10 20
                                    


Ya, ini yang ngetik cerita gue, Ion Arfeus a.k.a Unggul Putro Sambodo. Gue yakin kalian gak bertanya-tanya kenapa gue masih bisa ngetik cerita ini dengan judul seperti itu. Kalian boleh mikir gue udah meninggal ditelen kura-kura atau semacamnya. Tapi maaf, gue masih hidup. HAHAHA HAHAHA—oke, gue mulai suka pakai tawa jahat jahanam itu.

Gue lagi di Telkom Corner atau apalah itu. Terlepas dari fakta bahwa gue rada gagal fokus pas ngetik ini gara-gara ... Masya Allah, Mbak, Senyummu manis banget.

Oke, mari lewati paragraf pertama dan gue kira kalian udah cukup paham kenapa gue gagal foku... Ah, Asthagfirullah, cantik banget makhluk ciptaan Tuhan.

Lanjut.

Jadi hari Sabtu, 28 Mei 2016, gue berencana buat main PS sama Fandi. Sekitar jam 11 kurang dikit gue berangkat dari rumah dan sampai di rumah si Kampret sekitar jam 11.15. Kaya' biasanya, gue langsung buka gerbang terus buka pintu—ya, kurang lebih kaya' dirumah sendiri gitu lah.

Dikunci. Gue ketok-ketok pintunya gak ada respon. Akhirnya gue telpon, dan ternyata ... dia lagi di pantai Kartini sama Adi (silahkan baca ParaKampret), tepatnya di dalam Kura-Kura Raksasa (cek Gugel). Setelah bahas cukup lama di telpon yang kurang lebih:

Fandi : "Eh, lu ke sini aja udah."

Gue : "Hah? Firasat gue jelek kalau ama lu."

Fandi : "Udah sini aja."

Gue : "Masih lama?"

Fandi : "Setengah jam an lah di sini."

Gue : "Firasat gue jelek sumpah kalau sama lu."

Dan seterusnya.

Tapi akhirnya gue ke sana. Waktu di sana gue udah telpon mereka dan katanya lagi pada di belakang Kura-Kura, di jalan melingkar yang dibuat gitulah. Akhirnya gue ngikutin itu jalan dan kampretnya mereka ternyata di kaki kura-kuranya. Apes.

Akhirnya gue masuk ke dalam kura-kura dan ngerasain terapi ikan di sana, bayar, masuk kura-kura juga bayar. Iya, bayar, itulah saat di mana kita dimakan tapi bayar. Di sana gue nemenin temen gue, si Adi, yang foto-foto. Terus kita nyoba terapi ikan, bayar lagi. Keren gak tuh, abis dimakan tapi bayar, sekarang gue digerogotin tapi bayar juga. Omong-omong, terapi ikan enak juga. Geli-geli gimana gitu.

Abis dari dalamkura-kura—kita keluar dari pintu keluar, bukan dari lubang belakang, gak usahlebay deh—kita jalan lagi di jalan melingkar itu yang di belakang kura-kura,Adi belum foto-foto di sana. Saat itu gue udah ngerasa gak enak nih, tapi yague mikir positif, paling perasaan gue aja. Beberapa saat setelah itu, pas kitaudah balik dan istirahat di rumah Fandi, baru deh gue sadar sesuatu. Resleting celanague, kebuka.


***

Ini akhirnya jadi singkat banget. Padahal gue kira--rencana sebenrnya--bakal gue bikin agak panjang. Tapi gak apa-apa sih gak penting juga.


[Ion Arfeus]

Diari ala GueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang