a. urinals accident

2K 182 40
                                    

Louis baru saja memeluk Johanna. Wanita yang begitu ia cintai. Wanita itu tampak menahan tangis harunya.

Ini hari bahagia bagi wanita itu, tapi lebih-lebih bagi laki-laki yang ada di pelukkannya.

"Kemarin kamu sudah memberikan yang terbaik bagi para juri, aku yakin kamu dapat melakukannya lagi. Kami percaya kepadamu," Wanita itu berkata lembut seraya melepaskan pelukan anaknya.

Yang diajak mengobrol hanya tersenyum sambil mengangguk, menerima restunya.

Hari ini menjadi hari baru baginya. Sejak ia menerima tawaran pacarnya untuk mendaftar audisi, ditambah dengan dukungan positif dari keluarga Tomlinson lainnya, ia dengan berani akhirnya mendaftar. Dan itu berbuah baik. Kini ia terpilih untuk mengikuti Bootcamp.

"Terimakasih Mom," balasnya, terselip rasa terharu di dalamnya. Ia lalu memeluk seorang perempuan di sisi ibunya. Gadis pirang itu memeluknya.

"Lottie," Lou memeluk adik tertuanya itu. Lottie balas memeluknya.

"Jaga dirimu, boobear," ia tersenyum karena memanggil kakak satu satunya itu dengan sebutan khasnya. "Kejar mimpimu baik baik. Kamu akan lolos Bootcamp, percaya padaku. Berani bertaruh?"

Louis tersenyum, mengacungkan jempolnya. "Apa-apaan kau ini, Lottie," iya mengacak lembut rambut pirang adiknya, tersenyum.mIa lalu bergerak untuk memeluk Felicite.

"Jaga dirimu, kak," ucapnya. "aku tidak sabar melihatmu terkenal nanti,"

Louis membalas sedikit sambil bergurau, "Kamu! Kamu harus berhati-hati dengan gombalan teman teman lelakimu. Jika ada yang mengganggu, sepulang dari Bootcamp aku akan mendatangi mereka. Oke?"

Felicite terkekeh. "Sudah ku katakan, kau akan lulus, Lou, kau tidak akan pulanh," Louis tidak menanggapi. Lalu ia bergeser memeluk kedua adik kembarnya, Daisy dan Phoebe, juga menasihati mereka untuk rajin-rajin belajar.

"Baik baik disana kak, kau pasti bisa!"

"Ya, Lou! Kau kan jagoan keluarga Tomlinson!"

Louis tersenyum menatap kedua adik kembarnya, memeluk mereka sekali lagi. "Kalian juga jagoan-jagoan kecil ku. Jangan merepotkan, ya? Harus dewasa!"

Lalu akhirnya ia memeluk ayahnya, Troy. Atau ayah tiri, lebih tepatnya. Tapi mereka dekat sekali seperti sepasang sahabat. Menitipkan ibu dan adik-adiknya kepada pria itu.

"Aku bangga denganmu, Louis. Aku akan menjaga Johanna dan saudara-saudaramu. Semangat disana!" ucap Troy.

Terakhir, Louis memeluk seorang gadis. Hannah, pacarnya. Yang sejak awal telah mendukungnya untuk mengkuti audisi. "Terimakasih, sayang. Aku janji aku tidak akan mengecewakanmu," ia menatap mata gadis itu lekat-lekat, lalu mencium lembut bibirnya.

Hannah yang terlihat mencoba menahan tangisnya, balas mencium Louis. "Jaga dirimu baik baik. Kau pasti jadi lolos kali ini! Aku mencintaimu,"

Dan akhirnya, sambil menggenggam koper, ia masuk ke dalam gedung itu. Di dalam sudah terdapat gerombolan peserta lain, seperti dia. Mereka akan berkumpul di gedung ini, para kontestan yang lolos audisi di kota mereka masinng-masing, untuk menjalankan Bootcamp.

Api semangatnya benar-benar berkobar saat ini. Ia melangkah dengan pasti menuju gedung itu. Ia siap.

***

Harry menatap layar ponselnya dengan sedikit gusar.

Di ruangan sebesar ini, dia belum mengenal siapa-siapa. Sedari tadi ia menyandarkan diri di salah satu pojok gedung sambil menatap layar gelap itu.

They Don't Know About Us [l.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang