k. the new girl

674 58 4
                                    

Kantor siang itu benar-benar sepi. Semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing, bahkan Simon pun hari ini mengurung diri di kamar kerjanya. Ia belum menyampaikan apa-apa kepada the biys tentang rencana yang disusun oleh dirinya dan tim manajemen bagi mereka.

Beberapa kali ia mendengar cuplikan wawancara boyband asuhan nya itu, dan pendengarannya selalu menajam setiap si penanya mulai membahas masalah Larry Stylinson. Dan yang selalu di jawab dengan godaan dan riuh rendah tawa anggota yang lain, sebelum Harry dan Louis menjawab.

"Yeah, some people think we are genuinely in love, like literally."

"Oh, it's a shipname that the fans gave for Harry and I,"

Kata-kata itu selalu terngiang di kepala Simon, menghantuinya.

Tidak, ia bukan seorang homophobic. Di negara ini ia tidak lagi pusing memikirkan hal itu, karena toh ia juga bukan seseorang yang peduli kepada sekitarnya. Setiap orang berhak mencintai siapapun yang mereka cintai, bukan?

Tapi untuk kali ini, dengan berat hati ia harus menghentikan mereka. Tidak, bukan karena ia cemburu atau apa, meskipun ia mengakui memang kelima laki-laki itu tampan, tapi ada hal lain yang lebih mengusiknya.

Masalah finansial. Yang bukan hanya berefek kepada the boys, yang tampaknya tidak begitu peduli dengan hal itu, tetapi juga dengan keuangannya sebagai Manajer mereka.

"Sir?"

Spontan Simon membalikkan kursi besarnya menghadap ke arah meja kerja, menatap ke interkom yang diletakkan di sisi kanan meja itu. Suara Annabel, sekretarisnya, memenuhi ruangan.

"Ya, Annabel?"

"Tamu yang Anda tunggu sudah datang. Tuan Steve sedang bersamanya di depan,"

Simon tersenyum samar. "Bawa ia kemari, tetapi suruh Steve menunggu di luar sebentar, aku ingin mewawancarainya."

"Baik Tuan."

Terdengar bunyi -klik- tanda bahwa interkom tersebut dimatikkan dari sisi lain, lalu tak lama kemudian masuklah seorang gadis tinggi mengenakan dress berwarna cream dengan rambut brunette nya yang tertata rapi.

Dengan segera Simon berdiri, menyalami gadis itu "Nice to meet you, Ms. Calder." Gadis itu tersenyum, manis, lalu balik menyapa Simon, sebelum akhirnya Simon menggiringnya untuk dipersilahkan duduk dengan melingkarkan tangannya di panggul wanita itu.

Ia hanga tersenyum.

"Baiklah, Ms.Calder."

"Um, Sir, cukup panggil saya Eleanor."

"Baiklah, Eleanor. Mari kita mulai wawancaramu. Sebelumnya, kau aku pilih sebagai calon beard ini karena aku sangat-sangat tertarik dengan sifatmu."

Gadis itu tersenyum.

"Kau adalah mahasiswi Manchaster University?"

"Iya."

"Dan kau mempunyai cita-cita menjadi model?"

"Betul."

"Bagaimana kau mendengar bahwa manajemen kami sedang mencari seorang perempuan untuk dijadikan beard?"

"Perbincangan itu muncul dari salah satu bartender di klub yang kudatangi malam itu. Ia kenal dengan Steve, yang merupakan PR Manager mu itu. Ia meminta bantuan sang bartender untuk mencarikan gadias gadis sesuai kriteria nya tanpa menimbulkan banyak perhatian seluruh isi klub."

They Don't Know About Us [l.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang