Lagu What Makes You Beautiful, dan album pertama mereka, Up All Night, benar-benar pecah. Seakan-akan tersihir, seketika semua orang terjangkit apa yang disebut The One Direction Infection . Jumlah penggemar 1D menanjak dengan sangat cepat.
Perubahan ini juga diikuti oleh banyak perubahan dalam hidup mereka. Kini, kelimanya hampir tidak mungkin untuk hangout jalan-jalan bersama dengan tenang tanpa dicegat orang-orang. Mereka juga tidak bisa lagi tenang dalam menikmati liburan mereka tanpa paparazzi dan pers mengikuti mereka.
Jadwal mereka semakin padat, hingga mereka mau tidak mau harus menetap terus di London. Niall juga semakin tidak memiliki waktu untuk pulang ke Mullingar dan bertemu keluarganya. Harry dan yang lainnya juga tidak bisa seenaknya pulang ke kota mereka masing-masing.
Hari ini, seperti hari-hari sibuk lainnya, mereka sedang bersiap untuk sebuah sesi wawancara dengan beberapa acara kecil. Acara akan dimulai sebentar lagi, tetapi mereka sudah bersiap di backstage.
Louis membenarkan sejuntai rambutnya yang tampak agak berantakan.
"Sudah siap, Lou?" ia menengok ke arah sumber suara, di belakang, kemudian tersenyum ketika melihat Harry yang mendekatinya dalam balutan jas biru rapi. Rambut keritingnya baru saja di tata oleh Lou Teasdale, seorang wanita yang dipekerjakan Modest! untuk menjadi hair stylist mereka.
"Ya, sudah, sepertinya,"
Harry tampak membetulkan lipatan pakaian di punggung Lou. "Ayo, sebentar lagi. Mereka akan memberi kita briefing terlebih dahulu sebelum wawancara dimulai. Liam dan Zayn sudah kesana. Niall masih sibuk dengan jaketnya. Ayo," ia menarik lengan Louis lembut.
Louis kemudian mengangguk den mensejajarkan langkah mereka, keluar dari ruang rias menuju ke sebuah lorong berdinding hitam. Di ujung lorong itu, tampak empat sosok tengah berdiri membentuk lingkaran.
Mereka berdua segera bergabung dan mengikuti sesi briefing yang tampaknya sudah berjalan setengahnya. Seorang pria muda dengan headphone di kepalanya menerangkan kepada mereka tentang letak camera.
Akan ada beberapa kamera yang menyorot mereka selama mereka di interview nanti. Mereka harus selalu melihat ke arah cameraman yang memberikan kode ke arah mereka. Meskipun acaranya tidak live, tapi produser ingin tetap memastikan mereka mendapat klip-klip terbaik.
Yang akan meng-interview mereka adalah seoran pria berumur 25 tahun. Ia bernama Andy Michaelson. Mereka juga berkenalan dengan pria tersebut, yang memiliki pembawaan periang dan humoris, cocok sekali dengan profesinya.
"Nah, guys, di interview ini aku akan banyak bertanya tentang musik dan karir kalian, dan relationship kalian dengan teman, keluarga, maupun kekasih. Kalian menjawab saja seperti pada kenyataannya, dan selengkap mungkin sehingga nanti akan mudah bagi tim kami dan Modest! untuk memilih bagian-bagian yang bisa kami tampilkan di statsiun televisi,"
Kelimanya mengangguk, kemudian tidak lama setelahnya seorang petugas dengan sebuah clipboard coklat berlari mendekati Andy Michaelson dan berbicara singkat kepadanya, kemudian keduanya segera melangkah ke dalam pangung yang terletak di salah satu sisi studio.
Andy duduk di balik sebuah meja yang terbuat dari kayu oak di tepi panggung. Di sebelahnya terdapat sebuah sofa putih untuk One Direction. Pihak produser acara sempat menanyakan apakaha mereka akan membutuhkan dua sofa, tapi mereka menolak karena mereka lebih suka duduk sempit-sempitan bersama.
Seorang wanita dibelakang kamera, tidak jauh dari panggung itu, mengacungkan jempol dan Andy mulai membuak acara sembari tersenyum kepada kamera yang telah ditunjuk oleh wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
They Don't Know About Us [l.s]
Fiksi PenggemarAnd I don't care what the world will ever say about us, and I dont care how many times they said we are too young and naive, and all the times they said i'm a fool, for falling for you, I love you. and yes, I'd marry you, Harry, because it rhymes. ...