Hujan deras di pagi hari merupakan salah satu hal yang dibenci oleh Vella. Gadis berambut lurus sepinggang itu benar-benar kerepotan untuk mengeringkan payungnya setiap kali dia berganti angkot untuk bisa mencapai sekolahnya.
Sesampainya di kelas 10A, dia langsung duduk di kursi paling depan dan paling tengah. Dia bukan anak yang pintar, berprestasi, atau rajin. Dia memilih duduk di kursi itu karena penglihatannya kurang baik, alias minus. Dia menolak mentah-mentah saat ibunya menyuruhnya untuk memakai kacamata. Alasannya sederhana, "Ga cocok kalau aku pake kacamata."
Kelas masih kosong melompong walaupun 20 menit lagi bel berbunyi. Pasti banyak yang akan terlambat. Kebiasaan para murid di SMA Bintang kalau pagi-pagi sudah hujan.
Vella menempelkan pipinya ke atas meja. Rasa kantuk tiba-tiba menerjangnya. Gadis itu menarik napas panjang sebelum akhirnya matanya tertutup dan terbawa ke alam mimpi.
***
TEEETTT!!! TEEETTT!!! TEEETTT!!!
Bel nan nyaring itu membuat mata Vella langsung terbuka. Ternyata sudah masuk. Kelasnya juga sudah berisik. Dia pun merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah kotak pensil dan buku kosong. Hari pertama sekolah tentu belum ada jadwal pelajaran.
Karena guru belum masuk, Vella mencoba untuk berkenalan dulu dengan murid-murid yang duduk di sekitarnya. Siapa tahu bisa jadi teman dekat. Dia pun menoleh ke kiri dengan senyum paling ramahnya.
"Ha-" Ucapannya terputus begitu melihat siapa yang ada di sebelah kirinya. Lelaki bertubuh tinggi dan jangkung sedang menulis sesuatu di sampul bukunya. Lelaki itu... Raka?! Vella mencubit pipinya dan langsung meringis kesakitan. Bukan mimpi!
Raka itu lelaki yang disukainya secara diam-diam saat dia SMP. Lelaki itu berbakat dalam segala hal. Pelajaran, olahraga, musik, semuanya dia bisa. Walau begitu, semua perempuan yang menembaknya langsung ditolak. Entah apa alasannya. Tapi itulah yang malah membuat banyak perempuan semakin tergila-gila padanya. Kan semakin sulit dicapai, semakin tinggi harganya.
Vella tidak pernah sekelas dengan Raka selama 3 tahun di SMP yang sama. Dia pikir dia tidak akan bertemu lagi dengan Raka setelah naik ke SMA. Tapi sekarang, dia bertemu lagi dengan Raka! Bukan hanya itu, dia bahkan sekelas dan duduk bersebelahan! Inikah yang namanya 'jodoh tak akan kemana-mana'?
Gadis itu memalingkan wajahnya, bermaksud untuk menyembunyikan senyumnya dari lelaki pujaan hatinya. Tapi dia malah menganga begitu melihat orang yang ada di samping kanannya.
Re-Rey-Reynal...do? Reynaldo? REYNALDO?!
Lelaki itu Reynaldo, sahabatnya saat SMP. Sayangnya, persahabatan itu hancur saat lelaki itu menembaknya dan dia menolak saat itu juga. Sejak itu, hubungan mereka pun jadi canggung. Salah satu alasan dia pindah ke SMA Bintang adalah untuk menghindari mantan sahabatnya itu. Tapi kenapa lelaki itu malah duduk di sebelahnya?!
Vella mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Bagaimana ini bisa terjadi? Sebelah kirinya adalah lelaki yang dia suka tapi tidak dia kenal, sedangkan sebelah kanannya lelaki yang dia kenal dengan baik tapi pernah dia tolak.
Sekarang dia harus merasa sedih atau senang?
---
Ziwa's note:Mungkin ada yang tanya: Kok ceritanya diganti?
Begini, Ziwa bukannya mengganti cerita. Ziwa hanya merubah kata-katanya supaya lebih menarik dan tidak terlalu kaku. Alur ceritanya sebagian besar masih sama kok!
Maaf ya untuk yang udah baca Trilationship versi lama. >.<
Oh ya, jangan lupa VOTE and COMMENT-nya ya! Don't be a silent reader! Enjoy! ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Trilationship
RomanceHanya kisah percintaan biasa seorang gadis biasa. Tentang bagaimana ia menghadapi dua orang yang sangat berarti baginya.