Chapter 8 - Jealous, huh?

11.8K 743 4
                                    

Darrel akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah Tiffany sekarang, ia tak memikirkan sekarang sudah pukul 8 malam. Pasti Tiffany belum tidur.

Dia melajukan mobilnya ke komplek perumahan Tiffany, ia masih ingat jalan menuju kesana. Tak butuh waktu lama untuk sampai kesana.

Sesampainya disana, Darrel menekan bel yang berada di sebelah pintu pagar rumah Tiffany yang tinggi. Tak lama kemudian pintu terbuka. Darrel berharap jika Tiffany yang membuka pintunya.

Tapi, bukannya Tiffany yang membukakan pintu, melainkan asisten rumah Tiffany. "Cari siapa toh, Den?" Tanya wanita paruh baya di hadapan Darrel.

Darrel tersenyum. "Saya cari Tiffany. Dia ada Bik?"

"Oh, Non Tiffany-nya ada di dalam. Kira-kira, Aden siapanya non Tiffany ya?" Tanya asiaten rumah tangga Tiffany.

Darrel tersenyum kikuk. "Saya teman sekolahnya Tiffany, Bik."

"Yasudah kalau begitu. Silahkan masuk Den." Wanita paruh baya bernama Bik Inah itu, mempersilahkan Darrel masuk kedalam rumah Tiffany.

Yang pertama kali mata Darrel tangkap adalah kesan elegannya dari interior rumah ini. Rumah Tiffany berdominan warna putih di dalam.

Tak sengaja mata Darrel menangkap sebuah figura, di situ tampak keluarga kecil yang harmonis. Tiffany kecil yang sedang memakai dress berwarna putih gading. Di sebelah kanannya terdapat wanita yang menurut Darrel cantik, mengenakan dress bermotif sama seperti anaknya. Disebelahnya lagi terdapat pria yang berwibawa mengenakan jas berwarna hitam.

Darrel tersenyum masam, Tiffany pasti sangat kesepian. Keluarganya sudah tak selengkap dulu lagi, ia hanya ditemani oleh Bik Inah dan Pak Joko saja.

"Den, aduh sama Bibi dipanggil ga nyaut. Aden kenapa?" Kata Bik Inah panik.

Darrel tergagap. "Oh maaf Bik. Saya melamun."

"Aden mau minum apa?" Tawar Bik Inah.

"Gak usah bik, saya kesini cuma mau menengok Tiffany saja." Tolak Darrel halus.

"Yasudah, Aden ke kamar Non Tiffany saja, kamarnya ada diatas. Warna pintunya putih, ada ukiran huruf 'T'-nya. Aden tinggal ketuk saja, pasti Non Tiffany buka kok." Instruksi Bik Inah. Darrel mengangguk mengerti.

Darrel menaiki tangga, ia kemudian menemukan pintu kamar yang berwarna putih dan mempunyai ukiran. Darrel mengetuk pintu itu. Tak ada sautan. Darrel mengetuk lagi, pintu tetap tak terbuka, tetapi terdengar suara tawa dari dalam.

Darrel menautkan kedua alisnya. Mengapa Tiffany tertawa?

Merasa penasaran, Darrel akhirnya membuka pintu kamar Tiffany. Salahkan rasa penasarannya, sampai-sampai ia tak memikirkan dirinya memasuki kamar cewek tanpa izin. Tapi ia sudah minta izin kok sama Bik Inah.

Cklek!

Pintu kamar terbuka, nuansa putih dan biru mendominasi kamar itu. Darrel melangkah masuk, ia mendengar suara gitar dan cekikikkan dari arah balkon kamar Tiffany.

Mungkin Tiffany berada disana. Pikir Darrel.

Darrel melangkah menuju balkon, ia mengintip sedikit dari pintu. Terlihat Tiffany yang sedang memangku gitar.

Sejak kapan dia bisa gitar? Batin Darrel.

Darrel mengurungkan niatnya untuk melangkah lagi ke balkon, dikarenakan suara berat khas cowok. Dia tau suara itu, suara yang kemarin memanggil Tiffany. Si cowok aneh menurut Tiffany.

Darrel mengintip lagi, sekarang cowok itu membenarkan lengan Tiffany yang sedang menekan ujung senar. Tiffany tertawa ketika cowok itu menampakkan muka kesalnya karena yang diajarkan selalu tak paham-paham.

ComparableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang