Chapter 19 - Her Other Side

9.5K 592 6
                                    

Kania memikirkan apa yang tadi Darrel da Liora bicarakan, ya, dia menguping.

Dia tak tahu perasaan apa yang ia rasakan sekarang, antara kasihan dengan kesal. Kesal karena pacarnya, Darrel yang lebih mementingkan orang lain ketimbang dirinya. Dan juga di sisi lain merasa kasihan dengan temannya, Tiffany.

Kania pun langsung berjalan menuju parkiran ketika melihat Darrel dan Liora sudah pergi, dia pulang mengendarai sepeda kesayangannya.

Hanya butuh waktu sebentar untuk sampai ke rumahnya. Saat tiba di rumah, Kania segera membanting sepedanya ke dinding garasi.

Dia sudah tak tahan dengan rasa lapar yang melanda. Seketika langkahnya terhenti ketika melihat sang mama yang tengah terdiam di ruang tamu.

Kania berjalan mendekati. Lalu duduk disebelah mamanya. "Ma, kenapa?"

Mamanya tersenyum lalu menoleh. "Ah, gak apa-apa. Mama cuma mau ngomong sebentar aja sama kamu."

Kania mengerutkan kening heran. "Ngomong aja ma, biasanya 'kan ga pake basa-basi kayak gini."

"Nanti hari Minggu malam, kamu ikut acara makan malam sama mama ya." Ucap mamanya.

Kania mengangguk, dia lalu mamasuki kamarnya. Dia sudah tak peduli lagi dengan hubungan mamanya dengan lelaki manapun. Yang terpenting lelaki itu bisa bertanggung jawab untuk keluarganya.

Kania membaringkan diri di kasurnya dan memainkan handphonenya. Satu notifikasi pesan masuk.

Cheryl: temen-temen mau pada kumpul. Lo mau ikut ga?

Kania: ngga deh kayaknya.

Setelah bergabung dengan teman perempuan yang ada di kelasnya, waktu Kania lebih banyak terbuang sia-sia. Kadang dia juga merasa kesal dengan para perempuan itu memaksanya untuk memberikan nomor handphone Darrel.

Dan selama ini Kania merasa jika hubungannya bersama Darrel menjadi hambar, bahkan Kania akui jika dia hanya menyukai Darrel sesaat, sama seperti perempuan yang lainnya.

Pertamanya ia merasa puas karena dia bisa memenangkan Darrel terlebih dahulu ketimbang Tiffany. Tapi sakit juga mengetahui jika selama itu perhatian Darrel bukan tertuju padanya, melainkan Tiffany. Entah mengapa semuanya selalu tertuju pada perempuan itu.

Dan setelah mengetahui itu juga, perasaan Kania hilang. Dia tak lagi memedulikan perasaannya lagi pada Darrel. Mungkin ia juga harus mengakhirinya. Mengakhiri hubungan yang sudah berjalan beberapa hari ini.

Akhirnya ia memutuskan untuk mengirimi Darrel pesan.

Kania: kak, kayaknya kita gabisa lanjutin ini lagi deh, kalau dipaksa begini.

Disisi lain Darrel tengah menatap handphonenya dengan tatapan heran. Lalu ia mulai mengetik balasan untuk Kania.

Darrel: oke, kalau itu mau lo. Gue sih terima aja.

Kania menghembuskan napasnya, mungkin dengan begini akan lebih baik.

***

"Lo beneran putus sama Darrel, Kan?" Tanya Cheryl.

Kania mendongak, dia sudah bilang berkali-kali daritadi. "Iya Ryl, harus gue bilang berapa kali sih sama lo," Kania bangkit dari duduknya. "Udahlah, gue mau pulang sekarang."

Memang jam pulang sekolah sudah berakhir daritadi, jadi Kania memutuskan untuk pulang saja ketimbang ikut membicarakan gossip.

ComparableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang