Sudah beberapa hari ini Bayu tak datang menemui Tiffany, entah perasaannya hanya tak enak saja. Dia juga merasa sebal jika melihat Darrel yang selalu bersama perempuan itu.
Bayu menendang kaleng yang ada di koridor sekolah. Lelaki bertubuh tinggi, namun tak terlalu kurus itu berjalan menuju parkiran.
"Ikut gue." Ucap seseorang dari arah parkiran.
"Gamau El! Gue gamau!" Seseorang berseru.
Bayu kenal suara itu. Itu suara Kania.
Niat untuk mengambil motornya ia urungkan. Jadi, Bayu memutuskan untuk bersembunyi di semak-semak yang tak jauh dari kedua orang itu.
Mata Bayu menyipit ketika melihat lelaki yang berpenampilan tak baik mencoba untuk membawa Kania. Tetapi perempuan bertenaga babon itu tetap saja menyerang.
Bayu berdecak kagum melihat kekuataan Kania yang sekuat babon tujuh rupa.
Oke, Bayu berhenti main-main. Setelah mereka berdua pergi dengan mobil berwarna merah, akhirnya Bayu keluar dari persembunyiannya.
Bayu harus menyelamatkan Kania. Karena dia adalah ketua kelas yang bertanggung jawab.
Setelah itu Bayu menyalakan motor besarnya dan mengikuti mobil merah yang tak terlalu jauh darinya.
"Duh, gue jadi kaya stalker aja." Gumam Bayu.
Sedangkan Kania yang berada di dalam mobil Rafa sedari tadi terus berontak, membuat Rafa mendelik tajam.
"Lo diem atau ga gue bakal apa-apain lo!" Bentak Rafa.
Namun ancaman yang Rafa keluarkan tak berpengaruh apapun bagi Kania.
"Lo mau ngapain bawa gue kesini?!" Kania membentak balik.
Rafa mengembuskan napas kasar. "Kania, selagi gue masih baik kenapa lo gamau nurut."
Kania menggeleng-geleng, air mata yang berada di pelupuk matanya menggumpul. "Rael, berhenti ... turunin gue disini." Kania menarik seragam sekolah Rafa.
"Jangan buat gue ga fokus."
"El berhenti! Turunin gue!" Kania mulai lagi memberontak.
Mama ... kenapa Rael berubah sekarang.
"Diem Kania, lo mau gue turunin di tengah hutan begini hah?!"
Bayu yang sedang mengendarai motor mengerutkan kening heran. Mobil yang mereka kendarai oleng daritadi. Sebenarnya apa yang mereka lakukan? Apa kekuatan Kania sebesar itu untuk melawan lelaki tersebut.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah empat, untuk apa mereka pergi ke tengah hutan seperti ini? Apa akan ada acara makan besar-besaran?
Pikiran Bayu sekarang sepertinya mulai melantur kemana-mana karena perutnya yang belum diisi apapun.
"El berhenti sebentar!"
"Kania, apa lo lupa jalan ini?" Tanya Rafa.
Pertanyaan Rafa tadi membuat mobil hening.
Kania mengangguk. Dia sangat ingat jalan ini, jalan ini adalah jalan yang sering mereka lewati jika akan menuju padang rumput yang luas.
"Atau lo lupa juga, sama persahabatan kita?"
Air mata Kania menetes. Dia memegang erat roknya yang sedikit basah akibat keringatnya. "Maafin aku El."
Rafa tertawa parau. "Maaf? Bahkan gue udah bosen sama kata itu."
Air mata yang Kania teteskan semakin menjadi-jadi. "Maafin aku El."
Sebenarnya hati Rafa tersayat karena melihat perempuan di sebelahnya menangis. "Lo bahkan ga ngucapin selamat tinggal Ya," ucap Rafa mengingat masa lalunya, ucapannya mulai melantur karena sakit yang ada di dadanya. "Dan mungkin sekarang, kita bakal ucapin selamat tinggal berbarengan."
"Selamat tinggal."
"Rafael! Apa yang kamu omongin." Kania berteriak.
Braaakk.
***
"Halo, ambulans. Tolong saya berada di hutan xxx ada kecelakaan disini."
Samar-samar Rafa mendengar suara berat lelaki, dia mengerjapkan matanya berkali-kali. Lalu tampaklah mobil yang ia kendarai ringsek --bahkan sudah tak berbentuk-- karena menabrak pepohonan besar di pinggir jalan dan nyaris jatuh ke jurang.
Rafa menatap sekeliling, suasana hutan di sore ini sangat sepi. Dia menatap lelaki yang tak berada jauh darinya.
"Lo siapa?" Tanya Rafa parau.
"Gak penting untuk tahu nama gue sekarang. Yang terpenting adalah, kenapa seorang Rafael Demitrio nekat membuat seorang perempuan sekarat." Ucap Bayu sarkas.
Pandangan Rafa yang mengabur perlahan terlihat jelas. Lalu ia melihat perempuan itu berada di pangkuan lelaki itu. Wajah dan tubuh perempuan itu penuh luka.
"Kania." Ujar Rafa parau.
Rafa hendak berdiri, tetapi sekujur tubuhnya terasa sakit sekarang.
"Gue udah panggil ambulans." Ucap Bayu.
Setelah lelaki itu mengucapkan hal tersebut Rafa akhirnya bernafas lega, semoga nyawa Kania terselamatkan.
Tak lama ambulans datang. Dirinya dan Kania segera dievakuasi dari tempat kejadian. Sedangkan lelaki yang tadi ikut bersama ambulans Kania yang terpisah darinya.
Kali ini Rafa benar-benar menyesali apa yang ia perbuat.
***
Hari ini adalah kepulangan Tiffany ke rumah. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, akhirnya dirinya bisa pulang juga.
Tetapi, pulang bukan berarti ia sudah sembuh dari penyakitnya. Jika penyakitnya sembuh, maka itu adalah keajaiban Tuhan.
Papanya masih saja terus mencari hati yang cocok untuk anaknya.
Tiffany terbaring di kasur ber-sprai biru miliknya. Tangannya masih tertempel jarum infus, dan infusannya tergantung di sebelah kasurnya.
Pintu kamar Tiffany diketuk, lalu munculah papanya dari sana.
Beliau berjalan mendekati Tiffany. Lalu mengelus sayang puncak kepala Tiffany. "Papa pergi jenguk dulu ya Tif, jaga diri kamu baik-baik. Kalau kamu butuh sesuatu, panggil aja Bik Inah. Papa sayang kamu."
Setelah mengucapkan itu, papanya pergi dari kamarnya.
Tiffany duduk menyender, dia melihat ke arah kirinya. Tepatnya boneka pemberian Darrel berada, boneka yang berwarna kontras dengan warna kamarnya.
Dari arah kasurnya ini, dia bisa melihat balkon yang berada di seberang kamarnya.
Pintu kamar tetangganya tertutup rapat, lampunya pun tak dinyalakan. Padahal hari sudah mulai gelap.
Kali ini Tiffany berfirasat buruk. Tentunya pada orang yang ia kenal. Dan tadi juga papanya bilang pergi untuk menjenguk seseorang. Tapi siapa yang sakit? Tante Tiara kah?
Tiffany mengusap kasar wajah pucatnya. Dia teramat lelah kali ini. Akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi tidur dengan firasat buruk yang menyelimutinya.
a.n
Karena gabut hari ini, jadi aku update cepet yeay! *bodoamat*. Ini juga ngebut nulis, jadi maaf kalau ada typo ato apalah yang lainnya. Ehm, aku mau minta pendapat kalian tentang cerita ini... chapter depan *kalau ga lupa* bakal aku dedikasi yeay!
Makasyiiu
KAMU SEDANG MEMBACA
Comparable
Teen FictionBagaimana jika, seorang Darrel yang terkenal dengan sebutan 'player' rela mengubah perilakunya hanya karena Tiffany, perempuan yang batal ia jadikan target. Tapi, walaupun Darrel mengubah perilaku nya, tetap saja hukum karma yang sepadan akan diberi...