Chapter 12 - Masalah

11.1K 697 1
                                    

Darrel berjalan menuruni tangga koridor kelas XI. Sampailah ia di koridor kelas X, Darrel segera bergegas menuju kelas Tiffany

Berjalan sesekali bersiul sembari menebar pesona. Darrel terkekeh lalu memasuki kelas Tiffany. Darrel mengedarkan pandangannya mencoba mencari Tiffany.

Tampak Tiffany yang sedang duduk sendiri, menyuapkan bekal makanannya. Perempuan itu terlihat begitu lemas dengan mata sayu-nya.

Darrel berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah perempuan itu. Tiffany menoleh, lalu tersenyum hangat.

"Hai Kak." Sapa Tiffany dengan suara yang lirih.

Karena khawatir Darrel memegang kening Tiffany. Dirasakannya panas yang terasa di kening perempuan itu.

"Kita izin aja ya. Lo sakit, harus pulang." Nasehat Darrel, lalu memasukan bekal Tiffany yang sudah ia tutup terlebih dahulu dan buku-buku Tiffany yang berserakan di atas meja ke dalam tas.

Tiffany menahan tangan Darrel lalu menggeleng. "Gak kenapa-napa kok Kak. Nanggung dua jam pelajaran lagi."

Darrel mendecak. "Gak apa-apa gimana, badan lo panas begini," Darrel berlari keluar kelas Tiffany. Lalu berteriak, "GUE BAKAL BALIK LAGI!"

Seisi kelas menatap Tiffany, yang di dominasi oleh para perempuan. Yang tak tahan adalah tatapan sinis mereka. Tiffany menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Mungkin benar apa kata Bayu, ia seharusnya tak terlalu dekat dengan Darrel, dia pasti akan dikatai oleh teman sekelasnya.

Tak lama kemudian, Darrel sudah berada di hadapan Tiffany. Dengan tas hitam yang ia gendong, dan jaket miliknya tersampir di bahu kanannya.

"Sekarang pake jaket gue," Darrel menyodorkan jaketnya kepada Tiffany. "Terus sekarang gendong tas lo, ikut gue."

Tiffany segera menggendong tas berwarna biru tosca miliknya. Segera Darrel menarik lengan Tiffany menuju pelataran parkir sekolah lalu berjalan mendekati mobil cowok itu.

"Lo tunggu di dalem mobil dulu aja, gue mau izin ke guru piket dulu." Darrel membuka pintu mobilnya untuk Tiffany. Setelah perempuan itu masuk Darrel segera berlari menuju gedung sekolah.

Untuk membunuh rasa bosannya, Tiffany memainkan handphone miliknya. Banyak terdapat notifikasi disana. Tiffany mengembuskan napas, ia membuka notifikasinya satu per satu. Salah satu yang paling menohok adalah tweet yang dikirim untuknya.

'@Tifatalia_ Lo itu gak lebih dari target Darrel selanjutnya. Jadi, gausah berharap lebih kalau dia bakal jatuh cinta sama lo.'

Tiffany mengepalkan tangannya, mencoba meredam emosinya. Lagi-lagi ia mengembuskan napas. Jika seperti ini, makin banyak orang yang membencinya. Tapi mau bagaimana, perasaan dirinya kepada Darrel sudah mulai tumbuh. Dan ia susah untuk menghentikannya.

Ah, atau mungkin ia sekarang sudah banyak dibenci oleh para perempuan di sekolahnya. Ia harus segera bertindak, ia harus menjauhi Darrel jika ingin kehidupannya kembali normal.

Pintu mobil terbuka, menampakkan Darrel dengan wajah polosnya. Ia menaiki tempat duduk lalu menutup pintu mobil. "Gue udah kasih tau guru piket buat ngizinin kita."

Tiffany mengerutkan kening. "Kita?"

Darrel mengangguk. "Iya."

"Berarti Kak Darrel ikut izin juga. Ngapain sih Kak?! Kakak jadi ngerasa direpotin 'kan?!" Tiffany mendumal, masalahnya ia sudah banyak merepotkan lelaki itu.

Darrel terkekeh. "Gak apa-apa kali."

***

Tiffany mengusap kedua matanya. Seingatnya, kemarin ia tertidur di atas kasurnya. Meninggalkan Darrel yang sedang menonton televisi di lantai bawah kemarin sore. Tiffany bangkit dari tempat tidurnya, lalu sesuatu yang basah terjatuh. Ah itu lap kompres. Tapi siapa yang mengompresnya.

Dia kemudian menaruh lap tadi ke bak yang ada di nakasnya. Lalu Tiffany mencepol rambutnya secara acak, kemudian ia memperhatikan dirinya dihadapan cermin. Baju seragamnya sudah berganti dengan baju piyama panjang, oh, dia ingat, sebelum tidur dirinya membersihkan diri lalu memakai piyama ini.

Mencium aroma harum dari luar kamarnya, Tiffany memutuskan untuk sarapan. Sebelum itu ia melirik jam dinding sekilas, sudah jam tujuh pagi. Hari ini ia memutuskan untuk tak bersekolah, lagian, kesehatannya belum pulih total.

Tiffany berjalan menuruni tangga. Semakin lama, aromanya semakin harum. Tiffany bergumam sebentar, ah, ini wangi ommelete.

Segera Tiffany berlari menuju dapur yang tak jauh dari tangga tadi. Dia melihat sosok seorang lelaki yang menggunakan kemeja berwarna biru.

Tiffany mengusap matanya. "Kak Darrel?"

Darrel menoleh kearah Tiffany. Melihat perempuan itu yang masih menggunakan piyama semalam. Darrel terkekeh. "Pagi Tif."

"Kak Darrel, kenapa pagi-pagi ada disini? Gak sekolah?" Tanya Tiffany beruntut.

Darrel membalikkan tubuhnya. "Gue nginep disini, kasian lo gak ada yang jaga. Enggak sekolah, lagian kalau mau sekolah juga udah pasti telat."

Tiffany berkacak pinggang. Menatap Darrel dengan tatapan tak percaya. "'Kan ada Bik Inah, kak. Kak Darrel jadi ngerasa direpotin 'kan, ngaku deh."

Darrel menggeleng, ia kemudian melanjutkan acara memasaknya yang tertunda tadi. Tiffany berjalan mendekat ke Darrel.

"Engga kok, gue gak ngerasa direpotin." Darrel menaruh ommelete diatas piring, lalu membuat satu lagi. "Dan oh, gue baru inget. Tadi jam setengah tujuh-an ada cowok sebelah yang kesini, siapa itu namanya?"

"Bayu," Tiffany menjawab.

"Iya Bayu. Dia ngajak sekolah bareng, tapi gue bilang lo lagi sakit. Terus dia nanya 'kenapa gue ada disini', yaudah gue jawab kalau gue nginep."

"Dia masih diperban gak kak?" Darrel mengangguk. "Ih dibilangin juga gausah sekolah dasar cowok itu. Terus, kak Darrel kenapa bilang ke dia kalau Kakak nginep. Nanti timbul fitnah." Ucap Tiffany.

Darrel menaruh ommelete lagi diatas piring satunya. "Ye, fitnah gimana emang kenyataan."

Darrel memberi Tiffany satu piring ommelete buatannya, lalu, mereka berdua berjalan menuju ruang makan. Tiffany bergumam setelah menyicipi sesuap ommelete buatan Darrel. Lumayanlah untuk ukuran cowok seperti Darrel.

"Tapi 'kan kak--,"

"Gak kenapa-napa, gausah takut. Masih ada gue."

Satu yang membuat Tiffany heran. Kenapa mata Darrel menampakkan ketulusan?

a.n

Maaf ya baru bisa update sekarang. Dan chapter ini juga pendek, udah buntu. Makasih ya yang udah mau nunggu cerita ini. Wattpad error ya dari kemaren, mau masukin cast error melulu.

Thankies^^

ComparableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang