Chapter 2 : Don't !

136 10 0
                                    

Gak kerasa udah 2 minggu gue sebangku sama Farnan, padahal minggu lalu anak-anak udah duduk cewek sendiri - cowok sendiri.

Dan tau apa yang bikin sebel, gue dipacokin sama Farnan. Oh my gosh, gue gak suka dia. Apalagi, gue ini perantara antara Farnan sama temen gue yang suka Farnan.

"Al, bantuin soal fisika nomer 8 dong." si ayam kepagian kambuh, nanya soal tugas.

"Pikir sendiri ah, lagi males mikir."

"Galau itu galau, bukan males mikir" siapa lagi kalau buka Teo.

"Apaan sih lo, nimbrung aja"

"Kenapa sih, lo sinis amat kalau gue ikut ngomong?' tanya Teo.

"Jelas karena lo nyebelin, tau gak?!" omelku.

"Al, gue punya lagu baru. Gak juga sih, tapi gue baru punya video karaoke nya." sela Farnan tiba-tiba.

"Wah, lagu apaan?" balasku semangat. Siapa tahu musiknya cocok sama suasana hati gue.

"Photograph - Ed Sheeran"

"Mau dong, tapi gue liat dulu ya"

Farnan langsung masang headset ke handphone nya, terus ngasih salah satu headset ke gue. Satunya dia pake sendiri.

Klik. Mata gue sama dia tertuju ke layar yang sama.

"Ehmm..hem hem" gumam Farnan mengikuti alunan musik.

"Nyanyi aja, gak usah nggumam gitu. Gue ulang ya, nyanyi dari awal" ujarku sambil otak atik hapenya.

"We keep this love in a photograph

We made this memories for ourself

Where our eyes were never closing

Hearts were never broken

Time forever frozen still"

Mata gue tiba-tiba beralih ke Farnan walau cuma ngelirik. Tapi....

"So you can keep me inside the pocket of your ripped jeans

Holding me closer 'till our eyes meet

You won't ever be alone

Wait for me to come home." Farnan nyanyi mulai awal sampe akhir.

"Gila! Suara lo bagus banget. Keren. Sering-sering nyanyi dong, buat gue aja" ucapku terkagum-kagum sama suaranya.

"Apaan sih, gue gak bakal nyanyi lagi buat lo. Niat amat nyanyi buat lo" balas Farnan gak kalah nyebelin.

"Mar, yang sabar yaa" suara Teo menggema di kelas.

"Iya, doi udah dapet yang baru noh. Se-headset berdua lagi" tambah Derry, asisten oh bukan, agen mak comblang di sekolah.

"Shit! Gue baru nyadar" batin gue sambil ngelepas headset dari telinga gue.

"Eh, Mbak Al udah nyadar. Jadi headset nya dicopot" goda Dean, ketua rumpi cowok yang paling nyebelin.

"Duh Teo, lo sih nyindirnya terlalu keras. Jadi nyadar kan." Derry ngomel gak jelas.

"Tau tuh Teo" tambah Dean.

Sumpah kalo lo sekali liat Derry gabung sama Dean. Kayak gunting, nempel terus, ilang satu gak guna.

"Kenapa jadi gue yang salah sih" Teo pasang wajah bingung.

"Nasib lo kali" tambah gue yang didukung si couple gunting itu.

"Woi ada guru, baris!" teriak Ekki dari pintu yang membuat semua anak beranjak keluar.

-

Ma.te.ma.ti.ka. Pelajaran yang bisa bikin lo pusing tujuh keliling.

Selama Bu Tya njelasin, gue malah mainin penggaris. Diputer-puter di tangan, ujungnya yang bekas patah gue tusuk tusuk ke tangan, terus diputer lagi.

Lagi asik eh, si Farnan ngganggu. "Woi, diem. Dengerin Bu Tya noh" geramnya sambil ngambil penggaris gue.

"Apaan sih lo ngikut aja" balas gue sambil berusaha ngambil penggaris dari tangannya diem-diem.

Akhirnya kita tengkar sambil bisik-bisik dan narik-narik penggaris yang sama di bawah meja. Biar gak ketahuan.

"Itu kok pacaran aja ya, denger yang saya omongin" sindir Bu Tya sambil liat kita.

"Oh shit!" umpatku sambil masih mertahanin penggaris gue.

Respon Farnan cuman nutup wajah, yang berarti dia ngelepas penggaris gue. Yee!

"Aduh, berat Mar!" sindir Dean sambil ngelirik Dhamar yang cuma nunduk.

"Apaan?" responnya pura-pura bodo.

Shit! Kenapa gue jadi malu gini? Sama Farnan aja kok gini sih. Gue gak boleh kayak gini, inget. Gue janji sama Vania, Emma, mereka kan suka Farnan. Anjiir amat.

Gue gak boleh suka sama Farnan. Titik.

"Al, ndenger gak sih? Ngelamun aja" gerang Farnan sambil nusuk tangan gue pake pulpen.

"Ih, apaan sih/"

"Kamu gak mau balik sama Dhamar?"

***
Kayaknya keluar dari judul nih, tapi mirip lah. Dimiripin aja yaa :v

Thanks buat yang mau baca

The New PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang