Chapter 1 : Decided

213 14 4
                                    

Hari Senin, hari yang paling ogah-ogahan. Kenapa sih kalau Senin ke Minggu 6 hari tapi kalau sebaliknya cuma sehari. Gak adil banget.

Dengan rasa males kuadrat, aku berjalan gontai ke kamar mandi. Haduh, nanti aku bakal duduk di belakangnya si Dhamar. But it's better than beside him.

Begitu udah keluar dari goa (kamar mandi) akhirnya aku nyadar, "Njiir, udah jam 5 lebih. Alamat telat nih."

Yee, semales-malesnya gue. Kalau berangkat pasti pagi, apalagi kalau harus naik angkutan umum.

-

Jam 6 kurang 5, aku udah sampe di sekolah. Lihat siapa yang sudah di kelas sebelum aku.

Farnan

Dan jadilah kita berdua di kelas, sebangku lagi. Njiir.

"Al, lo udah ngerjain PR Bio belum?" tanya si ayam kepagian begitu gue masuk kelas.

"Ya udahlah, secara, gue rajin gitoh" aduh, alay gue kambuh.

"Liat dong, gue butuh nomer 3 aja"

Gue duduk dan naruh tas, terus nyari buku bio dan wooplah, gue kasihkan ke dia lah.

"Thanks"

"Hem" balasku sembari sibuk memakai headset dan memilih lagu.

Dahulu ku bermimpi
Kisah cinta abadi bersamamu
Ternyata semua berakhir
Tak seperti yang ku harapkan

Lagu ini selalu mengingatkan aku tentang kandasnya hubunganku sama Dhamar. Sadar Alysha, hubungan lo sama dia itu mulai awal palsu.

Baru ku mengerti
Ku sadari

"Oh, ku tak sendiri. Pancaran sinar mentari menemani tiada henti. Oh, dan tak kusesali. Tlah ku lupakan dirimu tak apa aku melangkah. Sendiri dapat ku jalani." Oops, tanpa sadar gue nyanyi walau gak keras sih...tapi di deket Farnan. Gue gila.

"Lo masih galau, woi nyadar Al. Udah kelewat 4 hari dan lo masih nyanyi lagu itu. Lagu galau lo itu...." mulai deh ceramahnya.

"Hidup gue, apa peduli lo"

"Oke gue gak berhak ikut campur," ujarnya sambil ngangkat tangan kayak ditodong sama polisi.

Dan alhasil, gue badmood buat nyanyi.

***

Tet...tet... Bel istirahat pertama, tujuan utama. Tetep duduk di tempat.

Gue badmood parah, bayangin aja. Lo diputusin dengan alasan keluarga yang ngelarang, tapi ujungnya dia suka sama cewek lain.

Aku cuma butuh musik sekarang. Headset di telinga, musik mengalun.

You can tell me that there's nobody else
(But I feel it)
You can tell me that you're home by yourself
(But I see it)
You can look into my eyes and pretend all you want
But I know, I know
Your love is just a lie!

"Woi, denger kagak sih?" Rika narik-narik kerudungku.

"Apaan sih Ka?" ucapku sebel. Dia temen gue, walau gak akrab banget sih. Tapi dia teman yang sukses bikin gue cerita apa isi hati gue.

"Lo beneran putus sama Dhamar? Kok bisa sih? Kenapa lo pindah sama Farnan?" tanyanya bertubi-tubi.

"Iya. Karena dia dilarang ortu nya pacaran. Aslinya pingin pindah sama Putri, tapi Farnan suruh pindah disebelah dia biar gue gampang diskusi sama Teo"

"Eh, sumpah. Bukannya Dhamar lagi suka sam..."

"Suka sama Reina" jawabku acuh tak acuh.

"Yaa, gak asik ah. Semangat ya Al, gue salut sama lo bisa strong kayak gini"

"Makasih ya Rika"

"Oke"

Dhamar, hubungan gue cuma setting-an sama dia. Tapi gue gak nyangka kalo gue bisa tertarik sama dia. In the end, dia ninggalin gue.

Remember Alysha, you have been decided to forget him.

"Ngelamun aja" gertak Teo.

"Apaan sih, ganggu aja."

"Aduh, salah ganggu orang. Kan orang galau gampang marah," katanya sambil ngelirik nyindir gitu

"Apaan sih lo, kayak laler aja. Gue gak galau so, go away." sambil ndorong dia kayak ndorong lemari.

"Iye iye, gue pergi deh. Dasar tukang galau." ejeknya sambil lari entah kemana

"Teo!" gerangku sebel.

***

Ada tokoh baru, walau nyeritain nya maksa banget. Hee, maaf kalau gak nyambung. Masih amatiran *pis

Aku butuh banyak-banyak saran nih buat chapter selanjutnya. Blank nih.

The New PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang