Chapter 6 : Friendzone

110 11 8
                                    

"Al, lo duduk sama gue ya" Rere memanggilku.

"Oke Re" balasku.

Sejak seminggu lalu, aku udah pindah sama Netta. Sedangkan Farnan sama Putra. Tapi apapun, aku masih depan belakang sama dia.

"Re, disini yaa" ujarku

"Terserah, jangan paling belakang" balasnya

"Oke" jawabku lalu duduk

"Al, gue di depan lo ya" ujar Farnan

"Terserah" jawabku

"Al, lo kok disini sih!" bentak Teo dari belakang

"Apaan sih lo biangkerok?! Terserah gue lah duduk dimana" omelku sambil niupin kuping

"Gak apa sih, hehehe. Jangan ngambek gitu ah" rayu Teo

"Kalo gak mau aku marah ya, jangan teriak!" bentakku balas

"Iye deh, maap mbak" ucap Teo medok.

-pelajaran Biologi-

Ulangan dimulai. Dan kita harus duduk urut sesuai absensi. Oh demi apapun, soalnya gampang parah.

Tapi gue gak boleh sombong, sekalipun gampang gue gak pernah dapet nilai sempurna.

Jadi gue koreksi lagi.

"Psstt, psst, peka ah" bisik seseorang di belakang

"Apaan sih Nan?" bisikku balas, sambil sedikit menengok ke belakang.

DEG

Mata kita bertemu kayak biasanya, tapi feelingku mengatakan 'tatapannya berbeda'.

"Nanti lo tulis jawaban lo di kertas yaa, gue mau nyocokin" bisiknya lagi

Aku segera menatap ke depan dan membalas dengan telunjuk dan ibu jari yang melingkar. "Oke"

Tatapannya, senyumnya, rambutnya, entah itu istimewa. Gue gak peduli kalau Vania suka dia, toh, Emma juga udah move on. Gue bebas, pikirku

Tapi....belum tentu dia suka aku kan?!, batinku

Tiba-tiba tanganku menuliskan kata 'Friendzone' di tanganku yang lain.

Am I really in 'friendzone'?, tanyaku pada diriku sendiri

"Okay guys, kumpulkan lembar jawaban kalian dan soalnya. Segera" ujar Pak Anrul

Aku mengoreksi sekali lagi, setelah yakin baru aku kumpulin.

Saat ngumpulin, gue bareng Farnan dan beberapa teman lain.

"Al, lo udah tulis, mana gue bandingin sama jawaban gue" bisik Farnan.

"Di meja gue" balasku.

Setelah kita duduk, gue cari kertas gue di tepak dan tunjukin ke dia.

DEG

Kita tatapan dan tanganku sama tangan dia bersentuhan.

Walau dulu pas sebangku udah biasa, tapi sekarang beda banget. Terutama tatapannya dia.

Ngambil kertas yang harusnya cuma sedetik, jadi lima detik tahu gak.

Five second, we were left in our world. Just us.

Set, gue lemparin kertas gue ke tangannya. Kelamaan

Dia suka gue?, batinku

"Oke anak-anak, saya keluar kelas dulu. Belajar yang rajin, besok kita masuk ke bab baru. Selamat pagi" ujar Pak Anrul sambil keluar kelas

The New PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang