Chapter 8 : Silent

79 9 6
                                    

Ah, rasanya males berangkat sekolah. Gue yakin pasti Farnan siap nimbrung gue dengan ribuan pertanyaan.

Tapi...nanti gak bisa ketemu

Ah gue plin plan banget sih, batinku

Akhirnya aku memutuskan untuk berangkat sekolah, aku siap menghadapinya

-sesampainya di sekolah-

"Al, lo akhirnya dateng juga. Tumben kesiangan" sambut Teo begitu melihat gue dateng

"Hah, Teo? Nunggu gue? Kiamat udah deket kali ya..." balasku dengan wajah pura-pura bodoh

"Segitunya lo Al, duduk. Gue mau tanya" ujar Teo bikin gue heran

"Tanya apa?" ungkapku sambil duduk di bangku gue, di depan dia

Teo diam. Dia hanya membalas tatapanku

DEG DEG

Gue gak suka keadaan hening gini, pekikku dalam hati
"Apaan sih?" ujarku geram

Lagi lagi Teo hanya diam, sekarang dia malah menyunggingkan senyum

DEG

"Ya udah" ucapku cuek lalu hadap depan
Anjiir lo Yo, batinku

"Hahahaa" tawa Teo menggelegar

"Ngapain lo ketawa?!" geramku balik menghadap dia lagi

"Gak, cuma mau mastiin aja. Gue mau tanya nomer 6, soal Bio. Gue tau rumusnya tapi gak tahu caranya" aku Teo sambil mengeluarkan buku bersampul biru

"Halah, gue kira apaan? Eh, lo mau mastiin apa?" tanyaku

"Kepo. Keburu Pak Hendra dateng kesini, cepetan jawab soal nomer 6" elak Teo sembari menundukkan kepalaku supaya menghadap buku

"Soal gini lo gak bisa? Ini cuma...." jelasku pada Teo panjang kali lebar kali tinggi sama dengan volume

Selanjutnya gue dan Teo ngobrol terus mulai dari pelajaran sampe hal yang gak penting sama sekali.

Dan itu deket banget, malah kita sering cuma jarak beberapa senti.

"Eciee, gue baru dateng langsung ngerasa jomblo" sahut Rere tiba-tiba

"Apaan lo nimbrung aja" geram Teo

"Re, lo jangan mikir aneh-aneh. Gue jitak lo" gertakku pada Rere yang ketawa ketiwi gak jelas

"Iya mak, ampun" ujar Rere lalu berbisik, "gimana keputusan lo? Yakin?"

"Eng, gue gak tau hari ini gue mau lari. Dan em..."

"Al, gue bawa motor lho. Lo mau ikut gak, gue mau nyoba bonceng orang nih, sekalian rumah kita searah" kata Teo tiba-tiba

"Eh, iya. Lumayan" jawabku antara bingung, semangat, dan beberapa perasaan yang tidak bisa dijelaskan

"Eciee, Teo mau pulang bareng sama Alysha. Boncengan motor lagi" ejek Rere keras membuat seisi kelas menoleh

"Re!" teriakku geram

"Eciee, Teo" ejek Dean, Derry, dan kawan-kawan

"PJ mbak, mas"

"Alysha ciee, Teo ciee"

Dan serangan bertubi-tubi lain dari anak sekelas.

Rere si biangkerok hanya tertawa geli ngakak.
Anjiir lo Re, batinku sembari menelungkupkan wajah ke meja dan menutup kepalaku dengan jaket

Feelingku tiba-tiba ganjal, merasa seperti seseorang sedang mengawasiku.

Aku mengintip dari balik jaket ke arah Teo, dia sedang sibuk menghajar Dean, Derry dkk.

The New PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang