10

11 2 0
                                    

Sedih banget udah nulis cerita ini untuk selanjutnya dan malah ilang gitu aja.
Terpaksa harus ngulang, udah gitu sedikit lupa pas di tengah ceritanya.
Hehe, tapi gapapa semoga masih ada yang mau baca cerita nya yaa.

#bighug

***

"Mama kapan sih papa pulang?"
Dengan bersusah payah enly naik ke atas tempat tidur sang mama yang super besar untuk ukuran sepertinya .
Sang mama yang masih asik dengan handphone, hanya melirik enly dan tersenyum kecil .

"Kenapa sayang? Iya papah masih lama disana"

Derin merangkul enly yang sudah ikut rebahan di sampingnya.

"Aku mau telepon papa"
Enly melirik ponsel derin yang baru saja diletakan di meja kecil.

"Oh gitu ya? Sebentar ya sayang?"
Derin kembali mengambil ponsel berwarna hitam kesayangan nya.
Enly hanya mengangguk kecil.

"Iya sayang"
"Aku lagi sama enly"
Derin terlihat sedang berbicara dengan Revin

"Enly mau ngomong katanya sama kamu"
"Oh oke"

Derin memberikan ponsel nya ke enly yang asik duduk di samping nya.

"Hallo papa"

"Iya sayang"
Terdengar suara revin dari Loudspeaker ponsel derin.

"Papa kapan pulang?"
Derin membiarkan enly asik dengan ponselnya .

"Nanti kalo kerjaan papa udah selesai papa pulang. En mau apa?"

"Ga mau apa-apa. En mau papa pulang"
Wajah enly terlihat sedikit murung, mata nya memerah. Iya langsung meletakan ponsel nya dengan kasar di atas tangan derin.

Derin tau puterinya kecewa,
Padahal revin baru 2 hari di kalimantan .
"Hallo sayang, en nangis nanti aku telepon lagi. Oke"

"Hmm. Yaudah deh. See you"

"See you too"

Derin mengusap rambut halus puterinya. Enly masih menyembunyikan tangis nya di balik bantal .

"Jangan nangis sayang. Nanti papa pulang, kan papa kerja cari uang buat en sekolah, iya kan?"
Derin mencoba menenangkan nya.
Ya. Bagaimana pun enly memang sangat dekat dengan sang papa.
Sampai seperti ini jika enly sedang tak karuan .

"Ayo dong anak mama gak boleh nangis. Papa kerja sayang buat en sekolah buat en beli coklat, beli mainan"

Enly hanya mengangguk kecil meng'iya'kan. Dengan malu-malu ia menyingkirkan bantal yang tadi ia gunakan untuk menutupi wajah nya.
Dengan cepat derin merangkulnya.

"Anak mama pinter, kalo anak pinter gak boleh cengeng. Sekarang enly bobo ya?"
Derin mengusap pipi halus enly, membiarkan puterinya terlelap di pelukan nya .
Menghilangkan rasa rindunya kepada sang papa.

***

Remember meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang