Delusi

92 10 5
                                    


Perlahan aku meraskan, rasa kesemutan diseluruh tubuhku. Ada rasa hangat di pipiku dan kelopak mataku. Aku dapat merasakan hembusan nafasku yang teratur. Dadaku naik turun memompa oksigen keseluruh tubuh. Suara mesin dan tetesan air yang pertama tertangkap oleh indra pendengaranku. Aku masih berusaha membuka mataku, perlahan cahaya menyilaukan menyapa mataku yang sedikit terbuka. Saat kesadaranku kembali sepenuhnya hal pertama yang aku lihat adalah ubin berwarna putih menenangkan. Aku melihat kesekeliling. Disebelah kiri. Sebuah infus tergantung tak bernyawa diatasku dengan bantuan tiang penyangga. Selangnya dengan setia mengantarkan cairan infus kedalam tubuhku. Disampingnya ada alat pendeteksi jantung yang menunjukkan garis naik turun yang konstan. Kurasa pihak rumah sakit terlalu khawatir jika terjadi sesuatu denganku. Sementara disebelah kananku walaupun dengan sedikit memaksa menoleh. Aku dapat melihat tanganku di gips dan digantung sedikit lebih tinggi. Benar juga tanganku patah karena diinjak oleh gadis bernama Anna itu. Tiba-tiba rasa mual menyerangku. Aku menutup mulutku agar tidak muntah. Suara alat pendeteksi jantung langsung meningkat karena detak jantungku yang tak terkendali. Orang-orang berpakaian putih masuk keruanganku, mereka mengerubungiku. Salah satu dokter memegang tangan kiriku dan menyuntikkan sesuatu pada selang infus yang terhubung ke tangan kiriku. Apa yang... tiba-tiba aku mulai merasa mengantuk... badanku lemah tak bertenaga.. detak jantungku mulai setabil dan... aku mulai jatuh tertidur.

***

Aku membuka mataku perlahan, cahaya lampu langsung menyilaukan mataku. Mataku berusaha menyesuaikan cahaya asing yang masuk melalui pupilku dengan amat lambat. Kurasa hari sudah masuk malam ketika aku sadar.

"...kau sudah sadar.."

Aku mengerjap tertahan kemudian menoleh kesebelah kiriku. Mataku membulat saat mengetahui Michael McKing berasa disana.

"apa kau baik-baik saja? Mana yang sakit?..."

Sederetan pertanyaan langsung di lontarkan oleh McKing tanpa berhenti. Aku ingin menghentikannya tetapi suaraku tertahan. Merepotkan sekali menjadi si bisu.

"...jadi... apa yang kau rasakan?" akhir dari sederetan pertanyaan McKing.

Aku menghembuskan nafas panjang. Seakan aku baru saja lepas dari sesuatu yang membebani telingaku. Ia melihatku kikuk. Dan kemudian tertawa.

"hahahahahaha.. maafkan aku, kau tidak diizinkan berbicara. Kenapa aku memberimu banyak pertanyaan yang tidak mungkin kamu jawab"

Dia baru menyadarinya? Dia bodoh atau bagaimana?

Aku memutar bola mataku bosan

"jadi apa yang kau rasakan?"


Ya Tuhan dia masih bertanya


"apakah kau baik-baik saja?"

Aku hanya mengangguk dan kemudian menunjukkan tangan kananku yang digips lalu menggeleng

"ohh... tangan kananmu belum baik-baik saja"

Aku mengangguk lagi. Ia menghembuskan nafas panjang seakan beban dipundaknya baru saja memuai.

"... maafkan aku.."


Aku melihatnya dengan ekspresi bertanya. Kenapa?


"seharusnya aku segera datang setelah diberi tahu tim yang mengawasimu"

Salah satu alisku terangkat tanda tak mengerti.

"aku di beri tahu bahwa kau mengeluarkan suara seperti menelan sesuatu, dan kemudian suara terbatuk. Saat itu aku masih belum memahaminya. Kemudian mereka mengatakan bahwa kau dipaksa masuk kedalam toilet itu membuatku sadar ada sesuatu yang tidak beres.."

King and The Dumb's GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang