TOK TOK TOK
Aku melihat kearah pintu kamarku. Siapa yang bertamu? Apakah Mr Rei melupakan sesuatu? Atau mungkin dokter Vincent? Aku berjalan menuju pintu dan membukanya tanpa rasa curiga. Saat pintu terbuka lebar aku hanya dapat membulatkan mata dan semuanya menghitam.
.
.
.
Udara lembab memuakan penciumanku. Suara tetes air yang menggema membuat suasana disekitarku menjadi lebih menakutkan. Aku hanya dapat melirik ketakutan dalam kegelapan. Sepertinya kepalaku ditutupi oleh sesuatu. Aku mencoba menggerakkan tanganku. Aku merasakan tanganku diikat dengan sesuatu. Aku menghembuskan nafas panjang. Disaat seperti ini aku harus tenang. Aku tidak boleh terkena sindrom ketakutan lagi. Aku mencoba menggerakkan kakiku. Sepertinya kakiku tidak diikat.
Kurasa aku bisa melarikan diri.
Aku menelan ludahku dengan susah payah. Aku mencoba menajamkan pendengaranku. Mungkin saja seseorang akan datang kemari dan benar saja baru aku memikirkannya. Aku mendengar suara langkah kaki mendekatiku. Mataku dapat melihat dengan jelas saat tudung hitam yang menutupi kepalaku dilepaskan. Didepanku sosok yang benar-benar tidak ingin aku temui tersenyum dengan senyum andalannya. Michael McKing. Ia dengan balutan baju berwarna hitam ketat menunjukkan lekuk tubuhnya yang sempurna. Ia mengenakan kaos hitam dan celana hitam serta separtu berwarna senada, ia tanpak menggiurkan jika aku tidak ingat dia adalah seorang pembunuh mungkin aku akan terpesona.
"bagaimana kabar anjing kecilku ini?" katanya sambil mengelus pucuk kepalaku.
Aku hanya dapat menepisnya tangannya dengan kasar dan menatapnya lekat-lekat. Apa sebenarnya mau laki-laki ini? Sudah 2 minggu dia tidak muncul dan sekarang di datang langung menculikku?
McKing dengan santai mengelus tangan yang aku tepis.
"kurasa aku harus belajar cara menjinakkan anjing kecilku ini"
"..."
"kau pasti bertanya-tanya kenapa aku baru datang sekarang?"
Aku hanya membuang muka kesembarang arah. Aku mencoba menghilangkan rasa takutku padanya, karena menurut dokter Vincent jika aku tidak melakukannya maka selamanya aku akan di hantui mimpi buruk terus.
"kebiasaan baru ini pasti kerena didikan Vincent, kurasa dia perlu diberi pelajaran karena mengajari anjing kecilku pelajaran yang tidak perlu"
Aku langsung mendelik kesal kearahnya. Seandainya bukan karena permainan ini aku ingin sekali menjawab semua pertanyaannya dengan makian. Melihat ekspresiku itu McKing malah tersenyum penuh kemenangan.
"bukankah lebih sopan seperti itu, anjing harus melihat pemiliknya. Kau tau Reisa..." McKing mensejajarkan pandangannya dengan pandanganku "aku ingin menunjukkan sesuatu kuharap kamu menyukainnya"
McKing langsung memaksaku bangun, ia memaksaku mengikutinya. Entah kemana. Ia terus memegang lengan tangan kiriku, karena tinggi kami yang berbeda aku cukup kesulitan mengikutinya. Kami keluar dari ruangan itu dan memasuki sebuah lorong. Aku tidak mengenali tempat ini yang pasti bangunan tempat kami saat ini merupakan bangunan tua. Beberapa dinding catnya sudah mengelupas, bahkan langit-langitnya sebagian sudah jatuh dan meningalkan lubang-lubang besar. Lorong itu memanjang seperti lorong-lorong sekolah. Dikanan kiriku aku dapat melihat candela kotor yang pecah sehingga nampak ruangan gelap. Kurasa bekas sekolah sebelumnya. Dari pendengaranku aku dapat mendengar deburan ombak. Itu artinya kami ada di bangunan utara. Dekat dengan tebing. Genangan air dan beberapa pecahan kaca menjadi teman perjalan kami. Suasana seram benar-benar terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
King and The Dumb's Girl
Teen FictionFlower International School, sekolah yang di idam-idamkan oleh setiap siswa yang ada di belahan dunia. Sekolah ini memiliki sebuah permainan yang bernama King and The Dumb. Jika seseorang mendapatkan predikat Raja(King) dia dapat memerintah semua or...