The Killer

69 6 1
                                    


Aku tidak mengerti. Bagaimana ini bisa terjadi. Saat ini aku duduk di kelas mendengarkan pelajaran tetapi posisi belajarku benar-benar tidak nyaman untuk saat ini. Aku tetap duduk di tempatku seperti biasanya dan sebelahku tetap McKing hanya saja orang yang selalu menyiksaku berada di depanku. Dia duduk di bangku tepat didepanku. Aku benar-benar tidak dapat berkonsentrasi belajar. Apalagi LuMeyer memainkan pisau lipat di mejanya.

Aku menghembuskan nafas panjang, tanpa aku sadari McKing mengawasi gerak gerikku. Ia menyentuh tangan kananku yang masih di gips. Akupun menoleh kearahnya. Dia masih focus dengan pelajaran tetapi tangan kirinya memegang tangan kananku posesif. Aku sedikit bersemu mendapatkan perlakuan McKing.

"..jangan difikirkan.." bisik McKing

Aku pun menoleh kearah McKing. Ia tidak melihat kearahku tetapi dia mengucaplan sesuatu.

"jangan difikirkan biarkan saja dia bertingkah semaunya sendiri aku akan melindungi mu"

Kata-kata itu yang dapat aku baca dari gerakan bibirnya. Sementara itu aku mengangguk paham .Entah mengapa aku benar-benar merasa terlindungi saat ini. Jari-jari McKing menyusup diantara sela jariku. Kami memautkan jari kami. Ia menggenggam jariku sedikit erat tetapi berhati-hati seakan takut bahwa tanganku adalah benda yang mudah rusak. Aku menunduk kemudian tersenyum.

Benar McKing melindungiku.

Aku terlalu bahagia tanpa aku sadari orang yang duduk di depanku mengawasi kami dan semakin menekan setiap belati yang ia tusukan ke meja.

***

Aku berjalan menuju atap sekolah. Rasanya aku ingin sekali kabur dari sekolah saat ini. Mungkin itu yang lebih baik. Benar kan. Karena McKing ada keperluan akhirnya aku menghabiskan waktu istirahat pertama tanpa dia. Aku terlalu takut berada di dekat LuMeyer sehingga aku memutuskan pergi keatap sekolah. Aku membuka pintu atap. Saat itu aku disapa oleh sekumpulan asap yang keluar dari mulut seorang pria. Pria itu tingginya mungkin 180an lebih dengan mata biru laut yang manatap langit. Entah mengapa mata birunya seakan mencerminkan perasaan sedih. Pria itu berambut pirang. Wajahnya tampan seperti orang eropa lainya. Hidung yang kokok berada diatas bibir yang sedikit penuh. Ia dengan santai menghisap puntung rokok. Sadar jika ia di perhatikan dia menoleh kearahku dengan pandangan terkejut.

Biru bertemu biru. Mata kami saling menatap.Ia melihatku dari atas sampai bawah. Seakan aku hantu yang mungkin berhadapan dengannya. Sementara aku hanya melihatnya dengan pandangan aneh. Ada apa dengan orang ini?

"Nesa?"

Itu kata pertama yang dia ucapkan karena terlalu kaget aku hanya bisa membulatkan mata. Bagaimana mungkin dia mengenal Nesa?

Puntung rokok yang semula ada disela-sela bibirnya terjatuh.

"kau Nesa?"

Aku mundur selangkah kemudian menggeleng. Pria itu melihat gerak gerikku dan kemudian melihatku dengan pandangan yang tak dapat diartikan. Sedih. Itu kata pertama yang terfikirkan olehku. Ia kemudian tersenyum.

"maafkan aku, aku salah mengenali orang" katanya sambil tersenyum. Melihat tidak ada tanda bahaya aku hanya membalas senyumannya.

"kau murid sekolah ini?"

Aku hanya mengangguk. Pria yang aneh jika aku berada disini bahkan menggunakan seragam FIS harusnya dia sadar bahwa aku murid sekolah ini.

"siapa namamu?"

"..."

Sekarang bagaimana aku bisa manjawab? Jika aku dalam posisi menjadi si Bisu.

"apakah kau tuna wicara?"

King and The Dumb's GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang