kepingan puzzel

71 9 0
                                    


Sudah dua hari semenjak aku menemukan buku misterius yang disulap menjadi sekat rak buku dikamarku. Aku belum berniat membaca isi dari buku itu. Entah mengapa jika aku membukanya aku akan menemukan sesuatu yang seharusnya tidak diketahui.

Saat ini aku sedang duduk di dekat cendela yang menghadap ke arah hutan benar-benar perasaan yang menenangkan. Tanpa aku sadari ekor mataku melirik kearah buku yang berada di atas meja belajar.

Aku ingin membacanya

Keinginan ku tak dapat terbendung lagi, walaupun otakku memaksa agar aku tidak menyentuh buku itu, rasa penasaranku mengalahkan segalanya. Aku bangkit berdiri dan mengambil buku itu kemudian kembali duduk ditempat semula. Aku menghembuskan nafas panjang. Karena ke egoisanku kurasa aku akan mendapatkan karma, tapi karena sudah terlanjur mau bagaiman lagi. Aku mengamati buku itu sekali lagi. Masih sama saat aku menemukannya, berwarna coklat kayu dengan gambar mawar, tanganku dengan santainnya menelusuri gambar itu. Gambar itu terasa timbul ditanganku. Aku terus menelusurinnya kemudian berhenti di nama Nesa Tachibana. Nesa Tachibana adalah nama orang yang hampir ada disetiap buku dikamarku. Entah buku itu menunjukkan kepemilikkan atau nama pengarang buku tersebut. Aneh sekaligus menakjubkan. Bagaimana mungkin satu orang memiliki koleksi pribadi sebanyak ini? Apalagi disekolah yang akses mendapatkan sesuatu sangat sulit kecuali jika kau memesannya.

Aku menghembuskan nafas panjang. Baiklah ini saatnya...

Aku membuka buku itu perlahan takut jika kertas yang ada didalamnya lengket karena aku yakin buku itu sudah sangat lama tersembunyi disana.


TOK TOK TOK


Ketika mendengar bunyi ketukan dipintu secara reflex tanganku berhenti bergerak, rasanya seluruh tubuhku beku karena terkejut. Detak jantungku yang semula berirama sekarang rasanya berhenti berdetak.

"Reisa? Kau di dalam?"

Aku sedikit bisa melemaskan tubuhku karena mendengar suara McKing di balik pintu.

"Reisa? Kau baik-baik saja atau kau pingsan disana?" nada khawatir mulai terdengar dari suara bariton miliknya.

Aku segera bangkit berdiri dan membuka pintu, aku takut kejadian dua minggu lalu terulang lagi karena terlalu lama membuka pintu McKing mendobrak pintuku? Padahal saat itu aku masih tertidur.

Aku membuka pintu dan saat itu McKing sudah siap dengan posisi mendobrak pintu. Kami sama-sama terkejut melihat satu sama lain.

"kau baik-baik saja?" tanyanya kikuk

Aku hanya mengangguk.

"syukurlah" ia mendekatiku "apa yang sedang kau lakukan?" katanya sambil mencuri pandang ke kamarku. Aku menggeleng kemudian membuat gerakan membuka buku.

"oh sedang membaca"

Aku mengangguk.

"apa membacamu sudah selesai? Aku ingin mengajak mu ke kepala sekolah"

Aku memiringkan kepalaku karena tidak paham.

"kepala sekolah ingin bertemu dengan mu secara langsung, beliau ingin meminta maaf karena perlakuan siswanya disekolah. Karena itu segeralah ganti baju"

Aku mengangguk paham saat aku masuk McKing juga ikut masuk. Aku langsung menghentikannya.

"kenapa?"

Apa yang kamu mau lakukan? Tulisku ditangannya

"tentu saja masuk"

Aku menghembuskan nafas panjang karena mendengar pengakuan bodoh dari McKing. Aku menulis lagi di tangan McKing

King and The Dumb's GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang