1. Start

9.2K 460 37
                                    

"Every love story is beautiful, but ours is my favorite"

Itu adalah quote favorit Anya. Meskipun sebenarnya dia belum pernah merasakan yang namanya cinta.

Anya, gadis cantik berambut cokelat gelap panjang, matanya berwarna cokelat, 16 tahun, tinggi 168 cm, kulitnya kuning langsat, modis, tapi yang terpenting adalah nggak sombong. Bisa dirangkum Anya itu gadis yang baik.

Siang itu, Anya dan keempat sahabatnya yaitu Jean, Ami, Amanda, dan Lauren berkumpul di kantin sekolah. Seperti biasa, Anya sibuk dengan laptopnya, Ami dengan makanannya, sementara Jean, Amanda, dan Lauren sibuk ngobrol sambil membaca majalah fashion.

"Eh liat deh, Jean! Da! Modelnya cantik banget ya! Bajunya juga bagus lagi!"

"Iya! Model baju kayak gini lagi musim nih," Amanda setuju akan perkataan Lauren.

"Kapan-kapan kita beli baju kayak gini yuk! Biar samaan," ajak Lauren kepada semua sahabatnya.

"Boleh," sahut semuanya kecuali Anya.

Lauren melihat ke arah Anya. Dasar kebiasaan, pikirnya. "Heh pendek," teriak Lauren sambil tertawa.

Sontak Anya melihat kearah Lauren. "Ih Lauren! Gue gak pendek," jawab Anya dengan nada tinggi.

"Iya tapi kan lo yang paling pendek diantara kita," Amanda mulai meledek sahabatnya itu sambil tertawa.

"Yaelah, tinggi kita kan nggak beda jauh. Cuma beda berapa cm, Jean aja yang paling tinggi cuma 173. Nggak beda banget kan," Anya mulai ngambek.

"Hahaha, iya iya... kita cuma bercanda kok Anya," sahut Lauren.

"Iya. Gue nggak ngambek beneran kok."

Mereka semua tertawa bersama.

"Pendek juga nggak apa apa kok. Anya kan manis." Mendengar itu, mereka semua melihat ke arah suara itu datang. Siapa orang dengan suara berat itu?

Ternyata itu Nando, kapten basket sekolah, rambut coklat kehitamannya ditata sedemikian rupa dengan gel rambut yang membuat wajahnya semakin indah serta seragam sekolah yang dipakai tidak begitu rapi namun dibuatnya terlihat cocok dengannya. Tepat di belakangnya tampak teman-temannya berdiri.

Mendengar perkataan Nando, pipi Anya mulai memerah. Dia bingung harus berbuat apa. Dia tidak berani menatap wajah siapa pun. Akhirnya Anya sok sibuk dengan laptopnya. Canggung sekali.

"Cie," teriak Lauren dan disambung oleh Ami, Jean, dan Amanda.

"Wah kayaknya Nando mau kenalan nih sama yang itu," goda teman-teman Nando.

Anya hanya bisa menatap layar laptopnya dengan pipi yang masih memerah. "Aduh apa apaan sih mereka?! Cepetan pergi dong," pikir Anya.

Teman-teman Nando mulai iseng. "Nando, katanya kesini mau ngajak jalan Anya, udah buruan ajak! Lama banget!"

"Gimana? Mau nggak," tanya Nando.

"Apaan sih, wtf? Aduh temen-temen bantuin gue please, apa gue frontalin aja ya biar cepet selesai?" pikiran Anya mulai berantakan.

"Nggak ah. Nando kayaknya bad boy," jawab Anya gugup.

Mendengar itu, semuanya menjadi heboh dan mulai meledek Nando karena ajakannya ditolak. Terutama teman-teman Nando, mereka semua tertawa terbahak-bahak melihat teman mereka yang diberi jawaban konyol seperti itu oleh seorang perempuan.

"Hahaha, nggak kok. Emang tampangnya aja yang tengil, aslinya nggak begitu kok," kata Dion, sahabat Nando, mencoba meyakinkan Anya.

"Gimana Anya? Mau nggak," tanya Lauren sambil tertawa dengan yang lainnya.

"Yaudah nih." Nando menjulurkan Iphonenya ke arah Anya.

Anya melihat kearah Nando. "Gue minta id Line lu, nanti kita omongin di Line aja ya!"

Anya mulai kesal dengan Nando. Anya berkata dalam hati, "Ih apaan sih nih cowok?! Gue kasih nggak ya? Kasih aja kali ya, nanti kalau dia Line gue, gue nggak usah read."

Anya mengambil Iphone Nando dan... ya, contact Line Anya sudah ada di Line Nando.

"Oke sip. See you!" Akhirnya Nando dan teman-temannya pergi.

"Akhirnya, liat aja ya Nando, gue nggak bakal read Line dari lo," Anya tersenyum lebar akan kepintarannya.

"Wah wah... Anya lo keren banget sumpah! Udah, nggak apa apa lo sama Nando, dia kan populer, ganteng lagi," kata Amanda.

"Tapi hati-hati juga, gue denger sih, Nando blom bisa move on dari mantannya," kata Jean sambil mengedipkan mata kanannya ke Anya.

Mendengar itu, Anya sangat senang. Karena dengan begitu Anya tidak perlu berurusan dengan Nando jika Nando belum bisa move on dari Deana.

"Masa sih, Jean? Nando blom move on dari Deana?" tanya Amanda heran.

"Mendingan juga Anya dibanding Deana. Ya gak?" lanjut Amanda.

Anya langsung terbelalak ketika Amanda "menjodohkan"nya dengan cowok yang tidak begitu dekat dengannya, bahkan hampir tidak kenal. "Hah? Sama gue? Nggak, nggak, nggak! Semoga Nando gagal move on dari Deana," pikir Anya.

"Udah ah ke kelas aja yuk! Males di kantin, gerah." Anya naik ke kelas dan disusul keempat sahabatnya.

*
a/n

Maaf ya mungkin awalnya agak ngebingungin, tapi gue usahain nggak kok. So, baca terus Truth Or Dare ya!

-14 Desember 2015

Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang