Siang itu, kantin ramai sekali. Nando dan ketiga sahabatnya yaitu Dion, Aldi, dan Aaron sedang mencari meja kosong untuk mereka tempati. Setelah mereka berempat berkeliling kantin, ternyata semua meja penuh.
"Ah terpaksa kita gak bisa makan deh, padahal gue laper banget," keluh Nando.
Ternyata, sekumpulan cewek-cewek yang duduk tepat di sebelah Nando berdiri tadi, mendengar keluhan Nando. Mereka secara inisiatif menawarkan tempat mereka duduk kepada Nando dan kawan-kawan.
"Nando! Meja full semua ya?"
Nando menengok dan berkata, "Iya nih! Gue nggak dapet tempat," jawab Nando dengan muka lesu.
"Nih! Pake tempat gue aja! Udah selesai kok!"
"Bener nih?" tanya Nando bersemangat. Nando tidak percaya bahwa dengan mudahnya dia bisa mendapat tempat duduk, padahal cewek-cewek itu sebenarnya belum selesai makan.
***
"Gini nih kalau jadi ganteng kayak gue," kata Nando sambil membawa makanannya.
"Yeh, gue juga ganteng kali lebih ganteng dari lu malah Do," Aaron tak mau kalah.
"Udah ah ayok duduk gue udah laper nih! Ngaku ganteng tapi kagak laku," ledek Aldi kepada Nando dan Aaron.
Sembari makan, Nando, Dion, Aldi, dan Aaron menunggu sahabat mereka satu lagi, yaitu Albert. Ya, tidak heran kalau Albert kadang telat, karena ia sering dihukum telat istirahat karena tidur setiap jam pelajaran di kelas.
"Hey," Albert menepuk pundak Dion dari belakang.
"Bikin kaget aja sih lu!" Dion mengomel karena Albert hampir membuatnya tersedak.
"Mana makanan lu?" tanya Nando penasaran.
"Gue udah makan tadi pagi. Masih kenyang, jadinya minum aja," jawab Albert santai.
Tak lama, mereka sudah selesai makan. Setelah itu, mereka berbincang-bincang mulai dari pelajaran, PR, basket, band, sampai cewek.
"Bosen nih, maen yok," ajak Aldi.
"Maen apaan?" tanya Nando.
"Gue tau! Kita maen jebot aja! Yang kalah Truth Or Dare! Gimana?" Dion mengusulkan.
"Ah jebot gue pasti kalah. Lagian gak ada game yang lebih bagus lagi apa? Tanding basket atau apa gitu," tolak Nando.
"Udah slow aja sih. Jantan nggak lo?" tantang Aaron sambil tertawa.
Akhirnya Nando setuju dan permainan pun dimulai. Karena Nando yang paling cupu, akhirnya Nando mendapat giliran pertama. Ya, permainan ini mudah sekali ditebak siapa yang akan kalah. Benar saja, Aaron pertama, lalu disusul oleh Aldi, Dion, Albert. Nando kalah.
"Kan, gue lagi kan yang kalah."
"Udah takdir Do. Udah cepetan, Truth Or Dare?" Aaron menatap tajam.
"Dare," jawab Nando yakin.
Di saat yang sama, kira-kira 3 meja di depan mereka, Anya dan kawan-kawan sangat heboh. "Ampun semangat amat sih tuh cewek-cewek, brisik banget," keluh Aldi.
"Dare kan? Yaudah lu ajak jalan salah satu di antara mereka, harus sampe beneran jalan!" Albert menunjuk ke arah meja Anya dan kawan-kawan.
"Nggak ada yang gue kenal!"
"Nggak usah boong, lu satu SMP kan sama dia?" Albert mengarahkan telunjuknya ke arah Anya.
"Satu kelas juga kok," Albert menambahkan.
"Iya tapi tau doang kenal sih enggak. Yaudah deh, sebenernya darenya gampang banget," kata Nando sambil tertawa.
"Yaudah buktiin," teriak yang lainnya.
Dengan gaya cool, Nando, Dion, Aldi, Aaron, dan Albert berjalan ke meja Anya dan kawan-kawan. Ketika sampai, disaat yang sama Nando mendengar ledekan Amanda kepada Anya bahwa Anya pendek.
Dengan percaya diri Nando berkata, "Pendek juga nggak apa apa kok. Anya kan manis." Sontak Anya dan teman-temannya melihat ke arah Nando.
Mendengar perkataan Nando, pipi Anya mulai memerah. Dia bingung harus berbuat apa. Dia tidak berani menatap wajah siapa pun. Akhirnya Anya sok sibuk dengan laptopnya. Canggung sekali.
"Cie," teriak Lauren dan disambung oleh Ami, Jean, dan Amanda.
"Wah kayaknya Nando mau kenalan nih sama yang itu," goda teman-teman Nando.
"Nando, katanya kesini mau ngajak jalan Anya, udah buruan ajak! Lama banget!"
Nando mulai jengkel dengan kelakuan iseng teman-temannya. "Kompor banget sih, liat aja nanti gue bales," pikir Nando.
"Gimana? Mau nggak?" tanya Nando.
"Aduh kesian banget nih cewek gue kerjain, nanti kalau lu bilang mau gimana ya," ucap Nando dalam hatinya.
"Nggak ah. Nando kayaknya bad boy," jawab Anya gugup.
Mendengar itu, semuanya menjadi heboh dan mulai meledek Nando karena ajakannya ditolak. "Dih, sok jual mahal banget sih lu Anya, nggak tau apa gue malu banget sekarang, kalau gitu gue nggak bakal minta maaf sama jajanin lu," Nando mengomel dalam hatinya dan merasa harga dirinya jatuh seketika itu juga.
"Hahaha, nggak kok, emang tampangnya aja yang tengil, aslinya nggak begitu kok." Dion mencoba meyakinkan Anya.
"Gimana Anya? Mau nggak?" tanya Lauren sambil tertawa dengan yang lainnya.
"Aduh malu banget gue, udah ah gue minta Line dia aja deh, nanti gue omongin di Line. Haha, liat aja nanti lu bakal berubah pikiran," Nando merasa bangga akan idenya itu.
"Yaudah nih." Nando menjulurkan Iphonenya ke arah Anya.
Anya melihat ke arah Nando. "Gue minta id Line lu, nanti kita omongin di Line aja ya!"
Anya mengambil Iphone Nando dan... ya, contact Line Anya sudah ada di Line Nando.
"Oke sip. See you!" Akhirnya Nando dan teman-temannya pergi.
Di jalan menuju kelas, Nando diledek habis-habisan oleh keempat sahabatnya itu, khususnya Aaron. Aaron sangat puas meledek Nando sampai terbahak-bahak.
"Gampang? Kok ditolak," ledek Aaron.
"Ah itu mah dia aja yang sok jual mahal," Nando membela diri dengan gayanya yang cool.
"Hahaha, yaudah nanti lu screenshot chat lu di Line sama si Anya. Gue mau liat seberapa sedihnya lu ditolak sama dia."
"Ok," Nando tak mau kalah. Nando yakin Anya akan menyesal dan berubah pikiran.
-14 Desember 2015
![](https://img.wattpad.com/cover/56741870-288-k120744.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare
Dla nastolatkówSemuanya bermula dari game Truth Or Dare. Wanna play? Anya adalah seorang perempuan yang belum merasakan manis dan pahitnya cinta yang sesungguhnya. Tapi seorang laki-laki bernama Nando datang dan mengacaukan hidup Anya dengan mempermainkan perasaan...