Dengan perlahan Anya berjalan keluar kelas. Tampak dari wajahnya, Anya menyesali perbuatannya. Semuanya memperhatikan Anya, termasuk Nando. Setelah Anya keluar kelas, Ibu Nia melanjutkan materi pelajaran. Nando melihat wajah Anya yang tertunduk sedih. Nando mempunyai rencana.
Dengan sengaja Nando membuat kelas menjadi ribut, namun secara perlahan. Caranya adalah dengan bercanda dengan teman di sekitarnya terlebih dahulu. Benar saja, beberapa menit kemudian kelas mulai gaduh kembali. Melihat itu, Anya kesal karena hanya dia saja yang dihukum tapi yang lain tidak. Tapi Anya juga sadar bahwa dia salah dan pantas menerima hukuman.
"Tolong semuanya diam! Berisik sekali kelasnya! Ada lagi yang mau belajar dari luar seperti Anya?"
"Saya, Bu!"
Semuanya langsung melihat ke arah suara itu datang. Ternyata itu Nando, dia mengacungkan tangannya tinggi-tinggi. Semua murid menganga tak percaya, termasuk Anya. Keadaan menjadi sangat canggung.
"Baik, silahkan keluar!"
Ibu Nia mempersilahkan Nando untuk keluar kelas. Nando bangkit dari kursinya, lalu berjalan keluar dengan santai. Pintu tertutup. Nando sudah berada di luar kelas di samping Anya. Pelajaran kembali dilanjutkan.
Sementara itu, di luar kelas Nando tak berhenti memperhatikan Anya yang berdiri di sebelahnya. "Ya ampun nih anak belom pernah dihukum kali ya," pikir Nando.
"Bego," kata Anya sambil menengok ke samping. Sontak Nando langsung terkejut.
"Hah?" tanya Nando bingung.
"Kenapa tadi tunjuk tangan? Pelajaran tuh penting tau gak! Kalau bisa gue gantiin lo! Biar lo yang di luar gue yang belajar di kelas," kata Anya sambil memukul bahu Nando.
Mendengar itu, Nando tertawa.
"Kenapa ketawa?!"
Nando membungkukan badannya ke arah Anya. "Perhatian banget sama gue?"
"Ih! Minggir sana!" Anya mendorong badan Nando.
"Haha, gue mau nemenin lu biar lu nggak dihukum sendirian. Dari tadi gue perhatiin lu kayak mau nangis. Udah nggak usah sedih gitu, cuma dihukum gini doang nggak seberapa," Nando mencoba menghibur Anya.
"Apaan sih?!" Anya mengerutkan alisnya.
"Tapi emang bener kan?" tanya Nando.
Anya hanya bisa terdiam.
"Yaudah, jangan sedih lagi ya, senyum!" Nando menyilangkan kedua tangannya dan menaruh kedua telunjuknya di pipinya.
Mereka berdua tertawa. Anya terpaku melihat senyum Nando, sangat manis.
"Makasih ya udah mau nemenin. Ya seenggaknya kalau dimarahin nanti nggak cuma gue doank," kata Anya sambil tertawa kecil.
"Sama-sama," kata Nando kembali tersenyum.
"Baru pertama kali liat Nando senyum begitu," pikir Anya.
Anya dan Nando akhirnya bercerita tentang diri mereka masing-masing mulai dari hobi, warna favorit, makanan favorit, semuanya yang berhubungan tentang kepribadian mereka masing-masing. Dari itu Anya jadi lebih mengenal Nando, begitu juga sebaliknya.
Mereka menjadi lebih mengenal satu sama lain.
Anya sudah mulai tidak curiga dengan Nando. Anya merasa bahwa Nando tidak seburuk yang orang-orang katakan. Tapi tetap saja Anya tidak mau menganggap Nando lebih. Ajakan Nando pun tetap akan Anya tolak.
Sementara itu, Nando yakin Anya pasti akan menerima ajakannya. Bahkan Nando merasa bahwa Anya mungkin menyukainya sekarang. Dia merasa bisa mendapatkan semua perempuan, bahkan dalam waktu yang singkat.
*
a/nHai! Bentar lagi tahun 2016, gak terasa ya!
Btw, habis ini kayaknya bakalan lama update lagi soalnya besok mau pergi liburan.Jangan bosen-bosen baca ya, i love u guys!
-30 Desember 2015

KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare
Teen FictionSemuanya bermula dari game Truth Or Dare. Wanna play? Anya adalah seorang perempuan yang belum merasakan manis dan pahitnya cinta yang sesungguhnya. Tapi seorang laki-laki bernama Nando datang dan mengacaukan hidup Anya dengan mempermainkan perasaan...