13. Jalan

3.7K 178 23
                                    

Anya berdiri tegak di depan cermin. Ia menatap dirinya sendiri dari atas sampai bawah. Hatinya sedikit berdebar-debar.

Semuanya sudah siap. Anya sudah memakai baju dan celana yang sudah dipilihnya dari kemarin. Begitu pun dengan rambutnya, Anya sudah membuat rambut cokelat gelapnya itu terlihat cantik dengan model bergelombang.

Anya tersenyum sambil berdiri dan menatap dirinya untuk yang terakhir kali. Ia mengambil tas hitamnya dan turun ke bawah.

Anya berjalan pelan menuruni tangga. "Mau makan ah," pikirnya.

"Najis muka lu jelek banget."

Ya, Aldy langsung meledek ketika melihat penampilan adiknya itu. "Kurang ajar lo," sahut Anya sambil tertawa kecil.

"Mau kemana?" tanya Aldy sambil mengikuti Anya ke ruang makan.

"Kepo," jawab Anya singkat.

Anya melihat meja makan. Ia sedang memilih makanan apa yang akan ia makan. Anya sedikit bingung karena meja makan penuh dengan menu sarapan. Dengan cepat Anya mengambil nasi dan lauk yang tersedia di meja makan.

"Dikit banget, mana kenyang?" tanya Aldy.

"Cuma buat ngeganjel, biar nggak laper."

Anya segera menghabiskan sarapannya. Aldy menemani Anya sarapan sambil mengobrol dengannya.

Tak lama Anya sudah selesai dengan sarapannya. Ia segera menaruh piring kotornya dan segera berangkat.

"Dy, anterin gue mau nggak?" tanya Anya.

Aldy hanya mengangkat kepalanya dan menaikan satu alisnya sambil bertanya, "Emang mau kemana?"

Anya langsung menjawab, "Nanti lo juga tau. Udah jalan dulu aja."

Aldy segera masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaian dan menata rambutnya. Tak lupa ia membawa dompet dan kunci mobilnya.

"Gimana, ganteng nggak?" tanya Aldy sambil tersenyum.

Anya langsung tertawa melihat tingkah kakak laki-lakinya itu. "Najis, jelek banget. Lagian ngapain sih lo pake dandan segala, orang cuma nganterin gue doang," kata Anya.

"Emangnya yang hidup itu cuma lu doang? Gua juga punya acara keles," sahut Aldy sambil bertingkah seperti seorang perempuan.

Anya hanya bisa tertawa geli melihat tingkah laku Aldy. "Ini orang kakak gue bukan sih," ledek Anya sambil tertawa kencang.

Anya sedang memakai sepatu putih favoritnya. Lalu ia mengunci pintu rumahnya, sementara Alder segera masuk ke dalam mobil. Tak lupa Anya juga mengunci pintu pagar rumahnya itu.

Ketika Anya hendak masuk ke dalam mobil, datang sebuah mobil hitam yang tiba-tiba saja parkir di depan rumahnya.

Pengendara mobil tersebut turun dari mobilnya perlahan dengan gaya yang cool sambil diterpa angin pelan.

"Gausah sok keren," kata Anya dengan wajah yang datar.

Aldy langsung turun dari mobilnya dan mendekat ke arah mereka berdua. "Siapa ya?" tanya Aldy curiga.

"Wah Nando! Ngapain lu kesini," kata Aldy bersemangat sambil tos dengan Nando.

"Iya, Dy, gua mau jalan sama adek lu," jawabnya sambil melirik ke arah Anya.

Aldy langsung menggodai Anya. "Oh pergi sama Nando. Kok malu gitu tadi gak mau bilang," ledeknya.

Anya langsung salah tingkah. Ia langsung bertanya, "Kok kalian saling kenal?"

"Iya, dia senior gua di basket," jawab Nando.

"Yaudah ayo jalan, Dy," ajak Anya sambil berjalan ke arah mobil Aldy.

Anya menengok ke belakang, tapi Aldy hanya diam saja. Ia menggerakan bola matanya berkali-kali ke arah Nando. Ih ini kakak satu nggak tau apa kalau gue nggak mau bareng dia, batinnya. Anya sangat kesal dengan kakaknya yang tidak peka.

"Ayo cepet," teriak Anya sambil menyuruh Aldy untuk menghampirinya.

"Lu sama dia," sahut Aldy dengan santai.

Nando hanya tersenyum melihat tingkah kakak beradik itu. "Iya lu sama gue, kan gue udah bilang kemaren."

"Yaudah ayo," kata Anya singkat sambil berjalan dengan cepat memberikan kunci rumah kepada Aldy dan masuk ke dalam mobil Nando.

Ih Aldy malu-maluin banget sih, batinnya.

Mereka berdua masih mengobrol di luar sana. Tak lama, Nando masuk ke dalam mobil. "Jangan coba-coba kabur lagi," kata Nando sambil tersenyum.

Dari luar sana, Aldy melambaikan tangannya pada Anya dan Nando.

Anya mengepalkan tangannya dan mengarahkannya lurus ke depan, tepat ke arah Aldy seperti akan memukulnya. Aldy hanya tertawa dan segera masuk ke dalam rumah.

"Baju kita samaan ya," kata Nando, memecahkan keheningan.

"Oh iya, sama-sama biru ya," jawab Anya sambil tersenyum.

Nando segera menancapkan gas dan berangkat. Mereka melaju dengan kencang.

"Jangan kenceng-kenceng nanti gue mati," kata Anya.

Nando tertawa mendengar perkataan Anya. "Cemen lu. Lagian matinya sama gua ini. Kapan lagi mati sama orang ganteng," sahut Nando.

Anya langsung tertawa geli. "Orang ganteng? Itu sih cuma kata mama lo doang," ledek Anya.

Mereka akhirnya keluar dari komplek perumahan Anya dan menuju tempat acara.

Perjalan sedikit terhambat karena macet.

"Gua puter lagu ya, biar nggak bosen," kata Nando.

Lagu-lagu yang sedang hits banyak diputar. Mereka berdua bernyanyi sepanjang perjalanan.

Kira-kira 20 menit kemudian, mereka sudah sampai di tempat tujuan.

Nando mengunci mobilnya dan berjalan masuk ke dalam mall tersebut bersama Anya.

"Gue Line Amanda ya, tanya dia dimana," kata Anya.

Nando juga melakukan hal yang sama, ia mengirimkan pesan kepada Dion, menanyakan dimana posisinya sekarang.

"Mereka di lantai empat," kata Nando.

Anya dan Nando segera naik escalator dan menuju ke lantai empat.

*
a/n

Hai! Akhirnya gue update lagi cerita ini wkwk. Sebenernya ini tuh lama updatenya karena gue bingung kelanjutannya mau gimana, dan gue main terus sama temen-temen gue jadinya gue nggak lanjutin cerita ini. Dan akhirnya gue sempet nulis dan langsung gue publish yang pastinya.

Gue pastiin abis ini updatenya nggak lama-lama banget kayak ini.

Okay, happy reading!

-10 Juni 2016

Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang