Anya's POV
Sudah tiga minggu semenjak kami jalan dan menghabiskan akhir pekan bersama. Saat itu aku tidak pernah 'melihat' Nando. Aku tidak mengerti apa yang orang lain lihat dari seorang Nando yang terkenal dengan impian semua perempuan. Maksudku, lihat saja dari wajahnya pun sudah tampak jelas dia bukan orang yang baik-baik. Tidak perlu mengenalnya aku sudah dapat menebak kalau dia itu tipe laki-laki seperti apa. Setidaknya itu lah yang ada dipikiranku tiga minggu yang lalu dan sebelum itu juga.
Tapi, coba tebak? Sekarang kami mengenal satu sama lain dan Nando bagaikan teman yang dapat diandalkan. Ternyata Nando tidak seburuk yang aku pikirkan ataupun yang orang lain katakan. Ya aku mengaku salah dengan stereotipe terhadap Nando yang terjadi dalam pikiranku ini.
Setiap hari kami bertemu di kelas dan hampir dari semua hari itu kami bertukar sapa dan tak jarang juga Nando mengirim pesan padaku via Line. Bisa dibilang kami dekat namun Nando seperti memberi kami sebuah jarak yang tak boleh dilewati. Jika yang kamu pikirkan adalah hubungan fisik, kamu salah. Aku senang Nando menghargaiku sebagai perempuan dan mungkin gebetannya, bisa saja kan, dengan tidak melakukan sesuatu yang aku tidak nyaman. Namun yang ingin aku katakan adalah sesuatu yang Nando tidak biarkan keluar dari dirinya. Mungkin butuh waktu atau mungkin Nando belum sepenuhnya percaya padaku.
Hari demi hari aku lewati tanpa Nando absen dalamnya. Lucu bukan bagaimana seseorang yang dulunya tak pernah kau kenal tiba-tiba menjadi bagian dari hari-hari membosankanmu, mengubahnya menjadi sesuatu yang kau tunggu kehadirannya, dan mungkin dirinya menjadi sebagian kecil di dalam hatimu.
Aku bohong jika aku tidak memiliki perasaan apa-apa pada Nando. Tapi aku tidak yakin ini perasaan apa, suka, sayang, cinta? Tidak, cinta adalah kata yang terlalu dalam untuk ini. Aku juga tidak mengerti sejak kapan aku mulai seperti ini, membuka kembali diriku dan meruntuhkan dinding yang aku bangun di sekitarku.
Yang jelas aku bahagia dengan diriku sekarang dan sekelilingku. Hariku menjadi penuh berwarna semenjak kehadiranmu, Nando.
***
Hari ini seluruh murid kelas sebelas akan pergi wisata alam. Mereka akan camping di dekat danau dan tempatnya sangat sejuk dan bersih. Disana mereka hanya akan menghabiskan waktu selama dua hari satu malam.
Semua murid sudah berkumpul di lobby sekolah. Satu persatu dari setiap kelas menuju bus mereka masing-masing dengan membawa barang bawaan mereka. Anya terlihat sibuk dengan tas jinjing yang dibawanya. Tangannya penuh dengan barang bawaan lainnya.
Melihat itu Nando menghampiri Anya dan langsung mengambil tas jinjing tersebut dari tangan Anya.
"Eh," kata Anya sedikit bingung.
"Gua aja yang bawa. Lagian bawa apa aja sih banyak banget," kata Nando sambil menatap Anya yang masih bingung. Anya hanya tersenyum melihat tingkah Nando.
Mereka berdua berjalan bersama menuju bus kelas mereka. Sesampainya disana, tempat duduk sudah penuh, hanya tersisa beberapa bangku saja.
"Barang lu banyak banget sih jadi udah keburu penuh," kata Nando
"Yaudah maaf," kata Anya sambil tertawa.
Anya berjalan menuju belakang bus dengan harapan masih ada tempat duduk yang kosong untuk ia tempati.
"Nya, sorry banget gua tadi masuk udah penuh semua makanya gua juga numpang disini," bisik Rena saat Anya melewati kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare
Fiksi RemajaSemuanya bermula dari game Truth Or Dare. Wanna play? Anya adalah seorang perempuan yang belum merasakan manis dan pahitnya cinta yang sesungguhnya. Tapi seorang laki-laki bernama Nando datang dan mengacaukan hidup Anya dengan mempermainkan perasaan...