MGA 2 : Aku dan Farrel Alfaren

4.1K 116 3
                                        

#31 Desember 2016#


*Aku menulis, karena inilah caraku untuk bersama dengan orang yang tak bisa ku dekati.*



Dengung suara orang berbicara dan tertawa terdengar riuh rendah di ruangan ini. Keriangan yang di bawa percakapan itu terasa kontras sekali dengan langit yang terlihat makin gelap di luar. Tak lama, hujan yang hanya rintik. Berubah menderas, menyapa dedauan yang mendesah dalam pelukan angin, menciptakan harmoni yang terasa menenangkan.

Satu demi satu kursi sofa di café melesak ke dalam di timpa penghuninya. Terdengar terlalu berisik, beradu nyaring dengan angin di luar. Setelah mengecap sedikit rasa pahit dan legit chocolate caramel, Aku memasang headset untuk menutup suara dua pelanggan remaja yang terkikik-kikik geli sambil mencuri pandang ke pada Adam dan Farrell yang tengah sibuk di balik bisingnya mesin kopi.

Bukan aku terganggu, tapi kalau mereka terus-terusan mendengar mereka seperti itu. akupun pastinya akan ikutan melirik ke meja kasir. Akan terus terpaku menatap ke arah sana sampai lonceng jarum jam berdentang terlalu lama. Dan aku menyadari belum ada satu paragraph pun yang berhasil aku revisi.

Senyum seorang Farrell saja cukup mengalihkan duniaku, sayangnya hanya duniaku yang teralih, dunianya tetap sama saja meski aku sudah memasang senyum termanis, semanis yang aku bisa tiap melihatnya.

"OOPS..."aku mengeplak kepalaku yang berkelana tak tentu arah.

Setelah mengatur playlist MP3, aku mulai menekuni coretan dari Windy. Bagian mana saja yang harus aku perbaiki. Satu persatu manuskrip naskahku di coret-coret menggunakan tinta merah. Dan tak tanggung-tanggung ini semuanya.

"Edan, banyak banget!!"

Aku menyandarkan kepala ke sandaran sofa, memejamkan mata. Mengumpulkan semangat untuk diriku sendiri, sembari mengingat tinta merah bertuliskan,

Feelnya kurang kena di sini, tambahi detail lagi, yang di tulis oleh editorku dengan huruf kapital berwarna merah.

Lagu Someone Like You – Adelle mengalun lembut di telinga dan serabut otakku mulai bekerja, menciptakan scene demi scene, sampai semacam trans, di mana hanya ada aku dan Annabella ( Bella ) karakter buatanku dalam buku Love, Lust and Lie.

Bella, seorang gadis berusia 24 tahun, berkarir bagus, berwajah menawan. Yang sedang berusaha menyelamatkan harga diri, karena janur kuning yang melengkung di depan rumahnya terpaksa di turunkan. Setelah seorang wanita datang dan mengatakan padanya untuk menunggu sampai surat cerainya dengan Saka keluar, sebelum dia bisa menikahi laki-laki itu.

Saka yang mengaku single itu ternyata adalah seorang suami dan seorang anak. Yang membuat Bella tak habis mengerti, kenapa tidak ada satupun dari keluarga Saka yang mengatakan hal itu. Kenapa mereka menutupi kenyataan bahwa Saka telah beristri.

Itu premis naskahku. Seharusnya gampang saja mengembangkan cerita dari situ. Karena kisah itu di alami oleh salah seorang wanita yang aku kenal. Kerangka karangan sudah jadi, plot sudah aku susun, sudah pula aku kembangkan menjadi hampir 250 halaman.

Ku pikir itu akan berbuah gelar BEST SELLER. Tapi nyatanya itu hanya berbuah coretan tinta merah yang membuat kepalaku berkunang-kunang melihatnya.

"Seharusnya percakapan suami dan istri itu ga sekaku inilah!!!"ucap Windy tadi siang setelah aku protes dengan banyaknya revisi yang dia katakana.

My Guardian Angel - RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang